penuh dengan sayuran yang akan dibawa ke pasar. Dengan tangan yang gemetar, di
ada rasa kesal ya
annya. Kali ini, Ratna tampak begitu akrab dengan Kevin, anak mud
lalu. Dalam kegelapan yang sedikit menghalangi pandangannya dia mengintip. Dan itu cukup jelas baginya u
menuju pasar. Anak kota itu, yang baru saja datang dengan motor mentere
telah dipermalu
ngusan, memang bisa apa dia?" gumam RT Juhar
ikenal sebagai orang sukses, yang sudah mengumpulkan harta dan pengaruh di kampung, tidak bi
RT Juhari tahu ada sa
hormati banyak orang. Dengan statusnya yang begitu kuat, RT Juhari merasa terjebak. Meskipun ingin marah, di
Namun dalam dadanya, kebakaran itu tak kunjung padam. Keinginannya untuk menun
a bukan urusan besar. Bukankah sekelasnya Ustadzah Mintarsih, Bu Lurah, Bunda Koni, Dokter T
*
amarah yang semakin membara. Dengan tongkat di tangan, ia menyelinap keluar dari
enahan langkahnya agar tidak terdengar. Ini adalah malam yangyang tampaknya punya hubungan khusus dengan Ratna, pasti akan datang ke ruamh Ratna. Semua sudah dipersiapkan, ter
, momen itu. Tak lama setelah itu, dia melihat Kevin muncul dari balik jalan setapak, berjalan kaki dengan santai, tampak b
ya menyala dengan api cemburu. Kevin, anak muda itu, yang dengan mudahnya membuat Ratna tersenyum. RT Juhari
il yang dihasilkan tongkat kayu yang menyentuh tanah seakan menggema di telinganya, membuatnya
akin gelisah. Dengan tekad yang semakin kuat, dia
elalak mencoba menyesuaikan diri dengan kegelapan. Tapi apa y
yang sedang asyik bermain PS dengan Farul juga Kevin. Sementa
ua perhitungannya, semua upaya
Anak muda itu hanya datang untuk bermain bersama anak-anak Ratna yang hampir sebaya. Sementara Ratna seperti seorang
ri berganti menjad
ngkap dalam perasaan yang
gitu was-was, seolah ada yang perlu dipe
Semua yang dilihatnya malam itu seperti mencabik-cabik perasaann
nyataan bahwa ia hanya
tu yang lebih dalam dar
akrab, sehingga tak heran kalau Kevin pun dalam beberapa hari ini terbawa akrab. M
*
Karta, duduk di bawah pohon bambu yang rindang. Mereka berdua menikmati secangkir kopi, se
enyangkut kehidupan pribadi orang-orang di sekitar mereka. Mang Karta, yang usianya
aja sama pemuda kota, sodaranya Pak Darma." Suaranya terdengar se
. "Masa sih? Kok abah gak pernah tahu. Maksudnya gak pernah lihat." Ia menjaw
ak tahu?" ujarnya, seolah mengingatkan Bah Akin akan posisinya sebagai b
besan, bukan polisi mereka, bertemu pun jarang, hehehe." Dia sedikit m
olan dengan sedikit nada curiga. "Tapi RT Juhari sangat ya
aja. Dia mah biang kerok sekaligus b
muda itu sama Ratna. Gak takut apa sama
kirkan sejenak. Tak percaya dengan apa yang didengar, namun juga sedikit memaklumi kenyataan
sa lebih tegang. Bah Akin menatap kosong ke depan, melihat kilau sawah yang berkilauan tertimpa sin
ang kita gak tahu apa yang sebenarnya terjadi, Bah. Tapi kalau sampai begit
san, ia merasa kalau Ratna tidak mungkin selingkuh. Kalau pun benar, ia merasa sangat tak rela jik
tu sekarang sudah berani selingkuh?' tanyan
a. Sama-sama kurang nafkah batin da
arena terlalu lama memendam hasrat yang masih bergelora
tak lama kemudian permisi hendak melanjutkan pekerjaan di s
ma anak muda dari kota. Dia belum tentu anak baik. Namanya juga orang kota." Sesal
h dengan RT Juhari di saung sawah, ti
*