img DIGILIR BESAN DAN MENANTU - Rahasia Birahi Kampung  /  Bab 4 Kejutan Siang Bolong | 66.67%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 4 Kejutan Siang Bolong

Jumlah Kata:1645    |    Dirilis Pada: 28/01/2025

lir di pelipisnya saat ia menghela napas panjang, meletakkan sabit di tanah. Rumput di sekitar

bayangan Widya menantu solihahnya yang selalu anggun juga tak kunjung pe

di atas tanah yang berdebu. Namun, ke

rdengar lang

Assalamu

a berdiri di hadapannya, membawa rantang makanan. Menantu yang sejak kemarin sore terus mengisi piki

t mencari kaosnya yang entah tergeletak di mana. Tubuh tuanya yang

sama Nayla gak diajak?"

u lihat-liat kerbau di sawah dekat rumah Ardi, mu

ya, abah juga tadi malam lama main s

ata Widya sambil tersenyum lembut, tapi di mata Bah A

atau pake caping, kan panas" sahutnya sambil tergopoh-g

gubug sawah. Suasana di dalam terasa hening. Hanya suara angin yang m

dimasukan ke dalam botol air mineral, lalu menuangkannya k

an yang masih canggung, berusaha fokus pada makanan di depannya. Tapi

-tiba dan tumben datang siang bolo

ngan mertuanya, Widya

a lirih, hampir

tunya. Tapi yang ia dapatkan justru sesuatu yang

ita sesuatu," Widya menunduk

ludah makin dagdi

h dari dua tahun..." Widya menggantungkan

n menyampaikan sebuah kabar yang memang seharusnya tidak dia dengar. Cuku

irnya, masih dengan suara pelan, tapi cukup jelas untuk me

kin mencoba bertanya, meski

a berkaca-kaca. "Mas... Rosid

de

a seperti diha

ua tahun," lanj

t? Sudah ham

ng keluar. Ia ingin menjawab, tapi pikirannya seperti kabur.

an bercerai?

dama Dimas, saya juga uda

aa

m meledak di t

obat belum?" Suara Bah

berobat, tapi gak ada

mbicaraan macam apa?' t

gakuan Widya. Keringat yang tadinya hanya akibat pa

a Bah Akin berusaha keras untuk tetap terlihat tenang meski

begitunya?" suara Bah Akin terd

us. "Abah pasti tahu, istri juga kan bukan

E

genteng rumah di musim kemarau. Napasnya tercekat, kepalanya langsung menund

ya, ya itu... Ya, gimana ya...?" Bah

mencondongkan tubuhnya sedikit. "Makanya, B

nantunya. Aroma yang biasanya hanya lewat sekilas ketika

em, mungkin... mungkin minta didoakan ke kyai?

Bah... Gak ada perubah

melihat ke arah lain-ke arah dinding bambu, ke arah

kata yang tepat, tapi Widya justru s

siapa. Saya cuma butuh tempat buat ngeluh, buka

tuanya gemetar saat menyentuh

g sabar ya, Neng

uk lemah. Ia k

keluhan saya," katanya dengan senyum ya

tanya mengikuti langkah Widya yang kelu

padi, Bah Akin menyandarkan punggung ke dinding

gumamnya denga

dengan kedua te

ntang dengan kedua ta

ah, Sid. Kamu kan tahu, sudah ba

ung melayang pada peri

at empang kebanggannya. Dia ditangi Ohim, tetangganya yang agak

menikmati angin sepoi-sepoi dan tarian sejumlah ikan d

Ohim, dia melihat ada kegusaran di wajahnya, sudah

hat Ohim yang menghela napas panjang, beberapa kali sambil memegang sebatang rokok, tapi h

ik, lalu menye

ngomong apa sama abah. Kaya

, menepuk jid

, Bah.

mendelik,

u ngutang ke RT Ju

a kutukan apa gimana, saya tidak tahu? Jujur aja Bah, udah

yeruput kopinya lang

us kamu?" se

nganggu

n kecil, tapi buru-buru menutup mulutny

u kok akhir-akhir ini kayak orang gak p

anjang, lalu meremas

ulu, nyindir tiap hari, sampai bilang mau cerai

ruk kepalanya y

periksa belum? Siap

uruh saya ke dokter, tapi malu, Bah! Masa laki-lak

ela napas, men

beda. Ini urusan rumah tangga. Kalo kamu nggak buru-bur

mende

dari pasar, abah tau kan yang

mengang

e doang, mana bisa ngangkat y

mel

angan ngeled

, tapi tidak keras dan

min gitu. Dia dipijat sama temen abah

ah yang mijitnya?

sud

a, katanya Abah bisa bantu mi

gak mijit lagi, ilmunya udah abah turu

bah Adul i

in men

nep juga di sana." Tanpa ba-bi bu lagi Ohim langsung pergi seteng

Bah Akin, memberi isyarat dengan acungan jempo

*

e. Lalu dia melangkah pulang, walau dengan perasaan yang

ah anaknya sendiri, nggak mau ditolong. Rosid dari dulu tahu ka

senja, rudal Bah Akin selain besar dan panjang ju

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY