img DIGILIR BESAN DAN MENANTU - Rahasia Birahi Kampung  /  Bab 5 Dilema dalam Kecanggungan | 83.33%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 5 Dilema dalam Kecanggungan

Jumlah Kata:1386    |    Dirilis Pada: 28/01/2025

a, ada suara celotehan Dimas dan Nayla, atau sekadar suara TV yang

ng. Di sampingnya, kedua anaknya bersandar, seol

a-pura batuk, lalu bergegas

ut, tapi entah kenapa seperti membawa beban be

rumah Dina," jawabnya cepat, walau

eheni

kin menatap punggungnya, mungkin sedang berpik

us cerita begitu? Batin Bah Akin berteriak-teriak, t

hat aja, Bah." Suara

i dulu, baru ke mas

tidak berusaha mendekat. Tapi justru itu

duk dan bergegas ke jamban. Tak

lur waktu agar tidak bertemu Widya. Masih belum siap jika harus membicarakan kembali m

hadapi Widya, berkali-kali

*

m yang masuk lewat celah jendela yang menemani kebingungannya. Dimas dan Nayla sudah terlelap sejak tadi

mpak lelah, dengan sorot mata yang tak bisa disembunyikan. Rasa malu yang begitu da

bil meremas lengan bajunya. Kenapa aku bisa sebo

canggung saat mendengarnya, membuat Widya merasa seperti sudah menaruh beban yang terlalu berat pada bahu mertu

ain untuk curhat... tapi kenapa harus ke Bah Akin, aya

malah sering menghindar dan marah setiap kali topik itu muncul. Dilema antara ingin mencari jalan keluar tapi ta

emahamiku? Hati Widya makin bergejolak antara ingin mengungkapkan

Widya berbaring, menarik selimut menutupi wajahnya, mencoba menghindar dari pikirannya yan

enar gak suka dan gak nyama

. Widya memejamkan mata, berusaha menenangkan diri, tapi tetap saja bayangannya tentang ayah m

semakin jelas rasa sesal itu meresa

*

a. Warung itu hanyalah bangunan sederhana dari kayu dengan atap seng yang sudah mulai berkarat. Di depannya,

mengepulkan asap tipis. Duduknya masih tegap, tidak seperti lelaki sebayanya yang sudah mulai membungkuk atau b

mereka, sesekali menyulut kretek dan menghembuskan asapnya ke udara mal

belahnya. "Sawah Abah yang di belakang rumah Pak Anwar u

"Halah, masih diolah dulu, Jang. Tanahnya kemarin rada keras

"Sekarang tanah makin rewel, Bah. Hujan telat, pupuk mahal, panen serin

a barudak? Pusing pala bapak-bapak juga atuh! Dulu mah tanam padi sekali, bisa m

an sudah beda. Dulu kita nanam padi, tanah yang kerja buat kita. Sekarang, kita yang ker

h kayak perempuan. Kalau enggak dirawat, jadi ngambek. Harus dikasi

u ngomong pasti bawa-bawa perempuan. Udah, daripada

ng belum menikah hanya bisa ceng

ndekat. Seorang lelaki berjaket turun dan melangkah ke warung. Wa

ang. Sama pisang g

enali sosok itu. Roji, te

eberapa detik. Roji, lelaki yang dulu dikenal sebagai anak muda gagah, pali

nya itu dalam-dalam, lalu menghela

mengambil tempa

andang gelas kopinya yang tinggal separuh, pikirannya entah ke mana. Banyak cerit tentang Roji yan

dari mana mulai bicaranya, padahal dulu ketika masi

yang semakin menyusup ke dalam dada. Satu per satu mereka pun membubarkan diri, yang tera

tup pintu, lalu bersandar dengan napas berat. Keadaan rumah

erbaring dalam tidurnya. Wa

ngin membisikkan sesuatu, ingin mengeluhkan betapa pusingnya dia hari in

erngiang kembali ucapan

nya kebutuhan

firul

h. Hidup hampa serasa tidak bersuami

ipikirkan, Sadikin! Batin B

ha, semakin kalimat itu

lan

yang terlihat adalah w

rbayang malah Widya dengan waj

panjang, menutup

baik

baik

harap Rosid segera datang menjemput istri dan anaknya. Saat itulah Bah Akin akan mengobati anaknya,

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY