Darma, mencari buah dan sayuran sebagai oleh-oleh keluarganya di kota. Besok Kevin akan kembali pulang. Ratna, yang
an kembali karena ada sesuatu yang harus dia bereskan, akhirnya hanya Kevin dan Ratna. Udara ter
arnanya mulai pudar. Sementara Kevin tampil dengan gaya khasnya: celana loreng milit
an semak hijau. Obrolan ringan tentang keadaan kampung me
annya ketika mereka tiba di depan hamparan padi yang menguning. Angin se
lau cangkul besarnya punya, hahahaha
na tak menyangka Kevin, yang biasanya terkesan kalem,
it kecil yang letaknya tak jauh dari situ. Bukit itu dipenuhi rerumputan yang
gin, dan memandangi aliran sungai kecil yang jernih di bawahnya. Suara gemericik air dari sunga
ersila di atas rerumputan. Kevin mengeluarkan r
Romi juga perokok berat,
ke udara. Obrolan ringan mereka berlanjut, hingga tiba-tiba Ratna terdiam. Pa
emanggil, nyaris
n perubahan nada suara Ratna. "Ya, M
ya tetap kosong, seolah mencari keberani
i setelah beberapa saat Ratna ta
berkata, kali ini lebih jelas. Namun ia masih tak menoleh, bahk
Ratna tak melihatnya. "
h Kevin. Tatapannya tajam namun penuh keengganan, seperti sed
anya tiba-tiba. Suaranya pelan, nyaris
ahami maksud pertanyaan itu. Ia menelan ludah,
i dengan nada lebih lembut namun so
ih, "Empat kali." Kepalanya tertunduk setelahny
ujur. Maaf, pertanyaan selanjutnya agak pri
ah, menatap Ratna de
lakukan sesuatu... den
U
ersentak, langsung mengangkat wajahnya. Matanya melebar penuh keterkejut
ng kedalaman yang sulit ditebak. Wajah Kevin yang awalnya santai beru
rnya, dengan suara terbata-bata, seperti tersangkut di tengg
mu melakukannya?" tanya Rat
g sulit ia sembunyikan; topik ini terlalu sensitif, terutama karena ia sangat me
a tidak tega terus-menerus menekan Kevin, yang terlihat semakin teng
rnya memberanikan diri bertanya. Suaranya terde
njawab dengan nada yang lebih
egitu? Apa mereka merasa tidak puas? T
berbicara tentang dirinya, tetapi mungkin ada seseorang lain yang menjadi objek kegundahannya. Apakah Ba
para lelaki itu gonta-ganti pasangan demi kepuasan semata? Atau... mereka b
erti petir yang menyambar telinganya. Ia
man dan nyaman aja, Mbak," jawabnya, mencoba meng
gan, memandangi langit y
uduknya. Awan hitam tampak menggantung rendah di langit. Ang
"Hah, udah mulai gerimis. Ayo kita cepat pul
kan kecemasannya. Embusan angin yang dingin menyapu wajahnya,
rintik kecil itu berubah menjadi hujan lebat. Derasnya seperti ember besar yang ditumpahkan dari langit
ak Ratna, suaranya nyaris teng
s kabut hujan. Dengan jarak pandang yang semakin pendek, mereka hanya bisa merab
. Mereka harus berhenti sejenak di bawah pohon besar, mencari perlindungan dari derasnya hujan. Ra
da, kok," ujar Kevin,
Kevin sekilas, lalu kembali memandangi hu
besar mereka terpaksa memutuskan untuk melanjutkan
nya mereka pun tiba di ujung kampung
*
alam lewat du
A Fahrul. Mau main PS sampai pagi." Ilham berteri
dan bikin malu ya,
lu duduk termenung depan televisi tempat biasa anak-anaknya bersama Fahrul dan Kevin main PS. Mata
idupnya. Setiap sudut rumah ini terasa sunyi. Terlebih lagi, besok Ke
namun juga penuh kebimbangan. Bagaimana bisa ia, seorang wanita yang sudah berusia hampir sebaruh
sebagai anak muda dari kota yang kebetulan kondangan dan sedikit iseng. Namun, set
an mampu menyentuh sisi Ratna yang selama ini terlupakan.
imana ia selalu membuatnya merasa dihargai. Bahkan ketika Kevin menyentuh tangan Ratna d
kangan Kevin yang menekan pantatnya. Ratna bahkan telah merasakan kepuasan batin yang tiad
*