desa ramai dengan gemuruh par
kampung. Warga pendatang baru itu memang dikenal sangat dekat dan baik dengan semua warga kampung, ta
antikan dan keanggunannya selalu membuat suasana terasa lebih hidup. Keluarga Ratna dengan keluarga Sudarma memang sud
stel yang memeluk lekuk tubuhnya dengan sempurna membuat tamu
ut, dan pembawaannya memancarkan keanggunan. Setiap tamu yang datang disambutnya denga
Ketika ia mengangkat pandangannya, ia mendapati seorang lelaki muda dengan kemeja merah marun, ce
yikan kekagumannya. Wajahnya tampan, bersih, dengan rambut yang tertata
tidak terlalu memikirkannya. Tapi lelaki mu
kali lihat ibu-ibu sini yang sekeren Mbak," ujarnya sambil t
bisa tersinggung kalau dipanggil ibu-ibu, baiknya dipan
saya kira Mbak ini masih seusia dengan penjaga t
ka tamu-tamu lain mulai berdatangan. Tapi Kevin tetap ada di sekitar sana, s
*
n hiburan dangdut. Panggung relatif besar di halaman rumah besar itu dip
citranya sebagai perempuan yang sudah berkeluarga. Namun
areng, yu. Di sana lebih asyik," a
g. Tapi tatapan penuh antusias dari lelaki muda itu membuatnya tak tega menolak. Lagian Kevin juga tidak
kuti ajakan Kevin juga Fahrul yang sama-sama tinggi dan ganteng, wajar mereka masih sepupuan.
ahrul memilih pisah, karena dia
n dan kekurang ajarannya pada perempuan. Dia bahkan tak sedikit pun menyentuh Ratna, walau berdiri nyaris berdempetan se
gan dan menganggap wanita kampung sebagai obyek, sama sekali tidak terbukti
*
an ha
krem motif batik yang melilit anggun tubuhnya, lengkap dengan kerudung warna senada.
aat mendengar deru motor m
erdengar familiar, dan saat Ratna menoleh, ia me
menyangka lelaki muda itu
adi malam bilang, pagi ini mau balik lagi
ya tertaw
segar banget, orang-orangnya juga ramah. Term
rkekeh c
i?" Kevin kembali mengulang pertanyaannya sambil m
Mas." Ratna m
tar?" tawar Ke
k ini, mau minta diantar sama Ardi, men
, oke." Kevin menawarkan, sembari menepuk jok belakang
ki seusia anaknya, yang baru dikenal kemarin siang. Namun Kevin t
dari saudaranya Pak Darma, soalnya Mbak juga kemarin uda
, Ratna
-macem ya, Mas. Maklum namanya juga di kampung," ujar Ratna sam
at pangkalan ojek, malu sama Ardi menantunya kalau sampai dia
na sampai depan pintu seperti yang ia kira. Lelaki
. "Mas Kevin, nggak usah ikut-ikut, nanti mala
tahu nanti bisa bantuin istri belanja kalau saya ni
Saat ia hendak membayar belanjaannya, Kevin m
kenapa malah Mas Kevin y
traktiran kecil-kecilan dari saya
angnya banyak, mungkin dia anak sultan di kota, pikir Ratna. Kabarnya keluarga dan saudara-saudara Pak Darma d
mengajak Ratna mampir ke kedai
gat dan segelas es sirup. Obrolan awalnya ringan, seputar kehidupan kampu
"Saya masih nggak percaya kalau Bang Ardi yang biasa ba
saya menikah sama Ardi, sudah punya anak satu. Dua anak saya yang lain ma
nan sama Il
et
an takjub, seperti mendeng
pasti cantik, soalnya Bang Ardi juga ganteng, terus mamanya juga luar biasa, hehehe
isa aja. Jangan terlalu banyak memuji kami, nanti saya j
emarin saya lihat Mbak ini beda. Cantik, anggun, tapi sederhana. Nggak banyak pere
g bagaimana harus merespons. Dalam hati, ia bertanya-tanya, apa
al-tingalin, apalagi sampai berhari-hari, hehehe
ak makan dong. Laki-laki kan e
nya. Tapi ya, namanya juga kerjaan si
kampung kan kalau gak mau bertani
melanjutkan menyantap
sa-bisa dia naksir sama ibu mertunya yang cantik
Lagian Ardi itu orangnya kalem, soleh, penyayang sama anak dan is
. Jangan-jangan malah Mbak Ratna nanti
n lah, udah gila apa dunia ini?" Ra
ngalor ngidul, mereka pun pu
elaki muda ini, dengan segala ketulusannya, telah membuatnya merasakan sesuat
depan rumahnya, Ratna
ot-repot nganterin saya sampai bayari
kok, bisa bantu Mbak Ratna,"
s lagi ya, Kevin aja, kan
ya berdiri di depan pintunya, memandang kepergian anak muda yan
*