yata benar-benar muat di kakinya, bahkan terasa pas di pinggulnya. Kemejanya memang agak
ian ini cukup lumayan. Untungnya pakaian dalam
a abu-abu itu. Lampu besar berwarna putih yang ada di tengah ruangan masih menyala terang,
ntu, dia langsung disambut oleh ruang tamu ukuran sedang yang merangkap juga sebagai ruang
galkannya sendirian? Bukannya ini apartemen milik Alan, kenapa
tinya mengarah ke dapur. Terlebih laki-laki itu kini membawa beberapa piring dan peralatan m
menatap tubuh Jeanne dengan terang
n saat laki-laki itu berjalan melewatinya. Laki-laki itu terlihat tidak peduli, dia hanya berjalan
gi, sama sekali tidak menunjukkan kalau dia
ggeleng. "
n punggung ke sandaran sofa. Dia terlihat santai sekali, seperti tidak berniat mela
nya. Dia tidak terlihat sedang merasa canggung ataupun tidak enak hati pada Jean
m-diam Alan ingin lari dari penjelasa
duduk di atas sofa. "Lo nggak lupa, alasan kenapa gue m
ab, "Enggak, tapi gue mau kita makan dulu sekarang. Lo
tapnya taja
selimut gue penuh isi muntahan lo doang."
ih pakai selimut dan nggak ada jejak muntahannya sama seka
in. Warnanya aja beda sa
rasaan abu-abu semua. Apa dia perlu mengeceknya ke dalam un
, bawa pulang, gih! Cuci sampai bersih!" per
seperti tersangka utama penghancur selimut orang? Bukannya dialah korban yang sebena
eriak Jea
Lo tenang aja, gue nggak serius soal nyuruh lo nyuci sampai bersih, k
beli
n, lalu menepuk sofa di sampingnya. "
ia sedikit menurunkan tingkat kewaspadaannya
berdeham pelan. "Makanya gue pesan
jadi racun segala!" Je
ringai. "L
un, tapi masih dimakan juga?" Jeanne menata
sedikit merasa bersyukur, karena Jeanne bisa berlaku biasa dan tidak la
berbahaya. Bukan karena Alan takut berada dalam posisi seperti itu, melainkan karena
ukses membuat Jeanne melompat ke arah Alan d
ksi Jeanne yang cukup berlebihan it
tatapan horor. "Keren apa
dakan yang berhasil membuat perempuan berumur dua puluh lima itu merasa malu dengan t
mbil memegangi dada. Dia menatap Alan dengan helaan napas lega,
h makanan itu tadinya baru saja dijatuhkan. Toh itu memang terjadi karena salahnya se
a iseng banget," kata Jeanne
aktu denger suara belnya." Alan memasang wajah berpikir. "Tapi suaranya udah nggak berpengaruh lagi ke gue a
e menatapnya horor. Dia bersumpah tidak akan datang ke sini lagi, ji
tes semua," kata Alan dengan wajah polos tanpa
serah lo aja, deh!" Paling tetangga lo pada langsung manggil damkar atau R