. Setelah belasan tahun berlalu, kebanyakan kenangan masa sekolahnya sudah terkubur, tersapu oleh realitas kehidupan dewasa yang penuh tanggung jawab. Pern
tatapan lembut yang menghujam jauh ke dalam dirinya. Mata itu-sepasang mata cokelat tua yang pernah ia kenal
mam Damar
dan tatapan mereka bertemu. Ada keheningan sejenak di
rsenyum lembut, be
pernah ia rindukan tanpa sadar. Waktu seolah-olah tak berlalu untuknya. Masih cantik dan
sekali, ya?" Aira
santai, meski di dalam hatinya bergemuruh.
un menyisakan sedikit rasa misteri. "Kupikir begitu
k tahu harus berkata apa, hanya berdiri memandangi Aira yang masih memancarkan pesona seperti dulu
a. Sungguh," ucap Damar dengan n
gat. "Terima kasih, Dam. Kamu juga terlihat... mapan se
kaku. "Ya, begit
in bertanya banyak hal, tapi merasa ragu. Ada perasaan ganjil yang menyusup
sekarang, Dam?" tanya Aira a
ja, membangun keluarga. Semua berjalan biasa saja." Damar berusaha menjaga
an sebelah alis, seolah in
"Ya, kurasa kita semua sampai pada titik
ring kali... berbeda dari harapan,"
atan dan juga kepedihan yang tersirat di dalamnya, sebua
amar, berusaha mengalihkan topik, m
kin terpaku. "Aku? Aku menjalani hidup yang... kuanggap cukup baik. Beberapa
saan yang sulit digambarkan-seolah-olah mereka adal
tapi kupikir kita akan bertemu lagi suatu saat. Kada
perasaan yang dulu pernah ada, yang kini tiba-tiba kembali bersemi tanpa permisi. Mungkin memang takdir membawanya k
b Damar lirih, dengan tatapan ya
ang baru pertama kali jatuh cinta. Tatapan itu-tatapan yang seolah mengajaknya menga
ira sambil menunjuk
-tiba begitu kuat. Mereka duduk berhadapan, dan Damar merasakan ketegangan aneh
Aku hampir tak pernah mendengar kabar tentangmu s
Damar. Aku menikah... tapi akhirnya berpisah juga. Sekarang, aku
in terlihat terlalu penasaran, ada dorongan kuat untuk tah
suatu yang jauh di luar ruangan itu. "Ya, tak apa. Kadang kehidu
paham rasanya, Aira. Kadang aku berpikir... apa
Dam, dulu aku pernah berpikir bahwa kita mung
. "Tidak bodoh sama sekali. Aku juga berpikir begitu waktu itu
itu. Rasa nyaman yang tak biasa mulai muncul, se
erkata pelan, "Ka
diam, menimbang jawaban yang akan ia berikan. "Aku... y
ujuran di balik jawaban itu. "Seharusnya bahagia
nnya yang terdalam. "Aira... aku sudah menikah. Kami punya keluarga ya
penuh gairah. Kita bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk
a, kenangan yang seharusnya ia tinggalkan. "Ya, waktu berjalan begitu cepat. Aku b
ia katakan namun terlalu berat untuk diucapkan. "Terkadang, kita perlu bertanya
lu jauh, tapi tatapan Aira... tatapan itu membuatnya tak bisa berpaling. Ia merasa terperangkap
umkan bahwa acara reuni akan segera dimulai. Para tamu mulai ber
sana," kata Damar dengan
a dengan sorot mata penuh arti. "Sena
Aira. Sang
ang sama yang pernah membuatnya jatuh cinta, kini kembali membayangi, menyisakan pertanyaan yang tak terjawab. Dan,
ambu