ingin. Di atasnya, langit kota penuh bintang, namun tatapannya tak terarah ke sana. Pikirannya melayang jauh, kembali ke
i kepalanya terbayang kembali senyuman Aira saat mereka pertama kali bertemu di bangku SMA,
r jelas di benaknya, seolah kembali ke masa itu. Waktu itu mereka sedang duduk di tama
esempatan kuliah di luar kota, dan Aira juga memilih melanjutkan kuliah di tempat yang jauh. Janji unt
an Aira?" tanyanya dalam hati. Pertanyaan itu menggema dalam benaknya, membuatnya semakin tak tenang
r. Ia membawa secangkir teh hangat, lalu duduk di samping
adi?" tanya Sinta sa
namun mencoba untuk tetap tenang. "Iya, reuni tadi
aja?" tanya Sinta de
erasaan bersalah yang diam-diam merayapi hat
gguk. "Oh, Aira. Aku ingat kamu pernah cerita
ugup. "Ya, bisa dibilang begit
derhana yang ia katakan. Tatapan Aira tadi seolah-olah membawa
ekarang?" tanya Sinta
nya masih sama seperti du
seolah mengikatnya dalam dilema antara masa lalu dan kenyataan saat ini. Ia sadar bahwa mengenang masa lalunya bersama
g telah lama terkubur. Kenangan tentang cinta yang tak pernah benar-benar hilang, tentang harapan-h
mun, hati Damar tak kunjung tenang. Kenangan-kenangan tentang Aira semakin mengusik pikirannya. Tatapan mata Aira saat reuni t
lama dari rak. Jari-jarinya menyusuri sampul berdebu itu, lalu ia membukanya. Di antara lembaran-lembaran itu, ada foto-foto masa
berdua berteduh di bawah pohon besar di halaman belakang sekolah. Aira menatapnya dengan mata berb
, namun entah kenapa ia menjawab, "Aku percaya. Suatu saat, di mana
h berbeda dari yang pernah mereka bayangkan. Kini ia sudah punya keluarga, dan Sinta... wanita yang selama ini mendam
a di sudut pikirannya. Apa yang sebenarnya kamu cari, Damar? A
ai muncul kembali. Namun, saat-saat bersama Aira kembali menyeruak, membuat hatinya berdebar tak karua
man. Sinta sudah bersiap di dapur, menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Damar duduk di meja maka
gan dan meraih tangan Sinta ket
senyum lembut, terkejut mel
ak apa-apa, cuma pengin bilang makasih. Untu
lan. "Aku nggak tahu kenapa kamu tiba-tiba jadi serius begitu,
hal berharga yang mungkin akan ia korbankan jika ia terlalu larut dalam masa lalu. Namun, bayangan Aira dan tatapan yang
a di reuni seolah menyentuh bagian hatinya yang tak pernah ia sadari masih terluka. Meski ia
untuk sekadar mengirim pesan singkat pada Aira. Jantungnya berdebar keras. Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan sekadar
a mengetik pesan sederhana, "Hai, Aira.
layar ponselnya menyala. Aira membalas dengan singkat, "Hai, Damar. Ka
mengobrol tentang hal-hal ringan-tentang pekerjaan, tentang kehidupan setelah SMA, ten
iba Aira menulis pesan yang me
erharap kita nggak berpisah dul
an yang ingin mengakui perasaannya pada Aira, bahwa ia juga sering bertanya-tanya bagaimana hi
-sama punya mimpi masing-masing. Aku pikir itu a
ia bisa menambahkan apa pun, Aira mengirim pesan balasan, "Ya, kamu benar. Mungkin mema
. Mungkin memang lebih baik mereka tetap berada di ma
ari sesuatu: meskipun ia mencintai Sinta, ada ruang kecil di dalam dirin
yang tak pernah berubah. Dan dalam keheningan malam, Damar mulai bertanya-tanya,
ambu