gelam dalam rasa sakit dan dendamnya. "Tidak ada belas kasihan untukmu, T
menatap Tony yang kini terkulai lemah, tubuhnya penuh dengan luka
ang bergaung di gudang kosong itu. "Ini belum selesai, Tony," bisiknya
kangnya. Dia tahu, ini belum cukup. Tapi ini adalah awal dari balas dendam yang selama ini dia impikan.
kulit yang robek. Tony terkulai lemah di kursinya, nyaris tak sadarkan diri karena rasa sakit yang tak tertahankan. Maya, dengan tenang dan tanpa
gat menyebar di seluruh ruangan saat dia mendekatkan ember itu ke wajah Tony yang masih terkulai lemah.
ulai kembali, dan rasa sakit yang mengerikan di kakinya segera menguasai tubuhnya. Dia melihat kakinya yang sudah dipenuhi perban, tapi it
h menikmati penderitaan Tony. "Bagaimana rasanya sekarang, Tony? Kaki yang
hnya. Mulutnya membuka, tapi tak ada suara yang keluar. Dia masih berusaha me
ya semakin tajam. "Jawab aku!" suaranya menggema di sel
luarkan sepatah kata pun. Tubuhnya menggigil, berusaha me
menendang wajah Tony dengan keras. Tendangannya mengenai hidung Tony dengan tepat, menyebabkan darah segar mengalir dari hidu
h, suaranya terdengar serak karena amarah. "Kau berani me
ng keluar, penuh dengan ketakutan. "Tolong... berhenti... Ak
akah kau tahu bagaimana rasanya ketika anakku memohon ampun pada kalian? Ketika dia mencoba melari
yang mengalir di wajahnya. "Aku... Aku panik... Dia l
tuk menghancurkan tulangnya. Kakinya robek, tulangnya hancur... semua karena kau panik?" Maya mendekatkan wajahnya ke
edikit belas kasihan dari wanita yang sudah berubah menjadi monster karena dendam. "Aku minta maaf... Tolong,
penderitaanmu ini sudah menjadi sebagian dari balas dendamku, Tony. Tapi
rlihatkan sedikit pun belas kasihan. Dia berbalik dan mulai berjalan keluar dari ruangan ita terdengar dingin. "Aku punya lebih banyak kejutan yang men