Rafa masih terjaga. Keempatnya duduk dalam diam yang penuh kegelisahan, hanya suara detak jam di dinding yang menemani mereka. Daniel, yang p
apu wajah teman-temannya yang sama-sama gelisah. "Kemarin malam kit
n juga sudah lebih dari seminggu menghilang, bahkan orang tuanya tidak tahu dimana d
ruangan, akhirnya membuka suara. "Apakah
a menoleh ke arah Sony, wajah-wajah mere
. "Itu tidak mungkin, Sony. Liana sudah meninggal, dan kejadian itu suda
gus teman-temannya. "Liana memang sudah mati, tapi kalian lupa satu hal. Dia masih punya ibu yan
ny, kau terlalu banyak menonton film. Ibu Liana? Ayolah, dia cuma perempuan tua yang lemah. Mana mungkin dia bisa m
ng ibu, Rafa. Kau tidak tahu apa yang bisa dilakukan seseorang yang kehilangan anak
suaranya masih dipenuhi ketidakpercayaan. "Me
a. "Sudah cukup!" perintahnya tegas, mata gelisahnya menyapu seluruh ruangan. "Ini bukan waktunya un
elisahan yang tak bisa dia sembunyikan. "Mungkin Sony ada benarnya. Ingat ancaman yang diterima Tony be
"Tony pasti sedang bersenang senang sekarang... mungkin dia pergi tanpa mem
perlahan merambat di hati mereka. Semua kemungkinan buruk mulai memenuhi pikiran mereka
el sendirian dengan pikirannya. Ia menuju minibar yang terletak di sudut ruang tamu, tangannya terulur ke arah botol whiskey Glenfiddich , minuman favoritnya yang bias
akhirnya ia mengangkat gelas itu ke bibirnya. Satu tegukan pertama membakar tenggorokannya, namun Daniel t
pemandangan kota yang terbentang luas di bawahnya. Namun malam ini, pemandangan itu terasa jauh, tak menyentuh, seolah ada jurang tak terlihat yan
hi bintang. Tapi bukan bintang yang ia lihat dalam pikirannya, melainkan bayangan Liana-bayangan seorang gadis
y lagi, berharap alkohol bisa meredam kegelisahannya, namun yang terjadi justru sebaliknya. Pikirannya semakin terbang ke dua tahun