Tahun
ng menjalani ospek tampak kelelahan, peluh membasahi wajah-wajah mereka yang tegang. Di antara mereka, Liana, seorang gadis berambut panjang dengan wajah yang
angan dengan tangan disilangkan di dada, bibirnya menyunggingkan senyum sinis. "Baru lima putaran saja sudah seperti itu. Lemah sekali," gumam
andy, dengan wajah yang tampan dan tatapan mata yang tajam, telah memperhatikan Liana sejak awal ospek. Ada sesuatu pada Liana yang
. Tubuhnya tak lagi sanggup menopang beban, dan dalam sekejap, dia jatuh pingsan di tengah l
anya penuh dengan kepanikan. Randy mengangkat tubuh Liana yang lemas dengan lembut, merasakan betapa dinginny
, keringatnya bercucuran meskipun bukan dirinya yang berlari sepuluh putaran. Di sebelahnya, Vivi masuk dengan langkah tergesa, masih m
tuan, bukan cemoohan. Kalau kamu tidak bisa membantu, lebih baik kelu
-nyala. Sejak lama, Vivi menyimpan rasa terhadap Randy, dan perhatian Randy terhadap Liana membuatnya merasa tertolak. Tanpa berkata apa
buram, tapi dia bisa merasakan seseorang duduk di sampingnya. Ketika pandangannya mu
gar menenangkan, seolah-olah segala kekhawa
Apa yang terjadi? Di mana aku?" tanyanya dengan sua
dy menjelaskan, masih dengan senyum yang sama. "Tadi kamu sudah diperiksa, dan
ospeknya. "Aku... seharusnya tidak pingsan. Ini memalukan. Aku harus kembali k
u memaksakan diri. Aku akan mengurus semuanya. Lagipula, aku ketua ospek di
dak ingin dianggap menghindar dari ospek. Ini hari pertamaku, dan aku
ada yang akan berpikir begitu. Kamu hanya perlu fokus untuk memulihkan dirimu. Se
asa sedikit lega. "Terima
an. Kamu mahasiswa baru yang penuh semangat. Aku suka semangatmu, tapi lain kali
dia merasa nyaman di kampus baru ini.
terbakar cemburu. Dia mengintip dari balik pintu, matanya menyipit, penuh keben