aki. Hujan diperkirakan akan turun, dan dia tidak ingin kehujanan. Namun, baru berjalan bebera
Apa kau butu
a. Ano, teman sekelasnya yang selalu menggang
n di sini?" tanya Mi
tergesa-gesa." jawab A
apa itu salah? Oh, aku lupa kalau kau tak bisa menaiki sepeda walau kau
desis
rti aku benar?" tanya Ano,
muak dengan sikap Ano yang selalu me
adaku?'"Ano bertanya dengan nada merayu tapi dengan mengejek. "Itu sangat tidak baik,
katamu? Kata-kata itu membuatku i
h, memuji dirinya sendiri dan merendahkan Misa. Misa
dengan sepedanya. Misa terjatuh di pinggir jalan, lututnya t
Ano berkata d
ngan kebencian. "Ka
k untuk berangkat bersama dengan sepedaku. Kau tidak tahu betapa ber
meratapi nasibnya yang malang. Ano meninggalkannya begitu sa
darah. Ano, teman sekelasnya yang selalu mengganggunya, tel
ng. Lututnya terasa nyeri setiap kali ia mencoba menggerakkannya. Ia be
lalang. Namun, hari ini terasa berbeda. Apakah karena perkir
dak ada seorang pun yang datang membantunya. Ia mulai
duk di jalanan ini de
, membuat Misa mendongak
Tolong aku,
tir menuju Misa. "Sebenarnya apa y
berita perkiraan cuaca pagi tadi, dan saat aku berlari tiba-tiba a
dhika tidak khawatir dan menghindari pertar
endong kau pulang
pulang. Aku tak ingin satu hari pun membolos sekolah, bagaimanapun a
ja. Mungkin takkan ada orang yang sepertimu saat sedang terluka seperti ini untuk melanju
a lemah. "T
isa merasakan kehangatan dan perhatian dari Andhika. Berbeda
erawat segera memberikan perawatan pertama pada luka Misa. Seme
saja," kata Andhik
um lemah. "T
h berdenyut di kakinya yang terluka beberapa menit sebelumnya. Ia terjatuh
!" Ano berteriak lantang di depan teman-temannya, suaranya menggema di lorong. "Hebat bukan a
nunduk, air mata menggenang di matanya. Ia merasa malu dan terhina,
u benar-benar
dan tidak berharga. Dia menundukkan kepalanya, menghindari tatapan tajam A
berbohong pa
n ketakutan yang sangat besar. Dia tidak berani
ang, Andhika berlari masuk ke dalam ruang kelas dan langsung meninju pipi kiri Ano dengan sanga
i itu. Selama ini, ia selalu menganggap Andhika sebagai sosok yang pendiam
n itu?" tanya Misa d
mbut. "Karena aku tidak tahan melihatm
a selalu merasa sendirian menghadapi ejekan Ano. Namun, seka
gang pipi kirinya dan menatap tajam penuh amarah ke arah Andhika yang dengan santai
eberapa guru untuk menghentikan mereka berdua yang tengah bersiap untuk berkelahi. Di sisi lain, Misa