uman. Namun suasana ramai dan riuh ternyata terlalu membebani Andhika. Sambil menghela n
n sekolah yang luas, di mana mereka bisa makan siang dengan tenang. Saat mereka duduk d
dang berdiri bersama pacarnya, Ano. Mereka sepertinya sedang berdebat, suara
k pernah memikirkan siapa pun ke
Aku selalu ada unt
Kau selalu mengutamakan teman da
dan kharismanya, tetapi jelas bahwa dia sedang berjuang dalam hubungannya. Andh
egalanya akan baik-
ika. Dia tahu bahwa dia benar. Apa pun yang
ika menyaksikan dalam diam, hati mereka dipenuhi kekhawatiran. Akhirnya Ni
ampiri Ano. "Apakah kau ba
tahu harus berbuat apa. Aku sangat sayang gadis
atinya. Dia memberikan kata-kata penghiburan dan nasihat. Ke
tidak tahu apa yang akan k
. "Sama-sama. Itu
o pergi mening
numan, suara tamparan yang keras menggema di sekitar kantin. Misa dan Andhika
ak Ano, suar
pipinya dengan keras. Air mata menggenang
hat!" t
ya, tangisannya semakin keras. Akhirnya, dia berbalik dan berl
tetapi Andhika menarik tanga
ku akan ke An
g Andhika. "Dia tidak
kening. "Kenapa t
g, yang dia butuhkan adalah wa
a mengangguk. Dia tahu Andhika benar. Ano
i sudut ruangan. Misa tidak bisa berhenti memikirkan apa yang baru
g sebenarnya terj
sudah SMP tapi masih belum berubah juga. Tapi aku menyukai kepolosanmu itu,
kannya, bukankah tadi d
ya akan membuat gadis itu merasa kecewa karena wa
endiri melihat kalau sekarang Ano terlalu sibuk dengan kegiatan
rapa saat. Akhirnya, Misa memecah kesu
kita harus mem
ntuk Ano. Mereka tahu bahwa dia akan baik-baik saja pada akhirnya, t
ana ke percakapan yang baru saja dialaminya. Kata-kata Andhika masih te
asih belum berubah juga. Tapi ak
telah berkembang, namun pikirannya masih tertinggal jauh di belakang. Ia tak mengert
ut. Perasaan aneh menyergapnya, seperti kegembiraan yang tak pernah ia ra
a dengan pelajaran dan selalu ada untuknya saat ia membutuhkan. Misa merasa nyaman berada di d
, Misa dan Andhika ini bukanlah sepasang kekasih tapi juga mereka bukanlah teman biasa. Hubungan mereka