Sebuah kisah tentang seorang gadis yang bernama Misa Almira, ia masih belum bisa melupakan kenangan di masa kecilnya bersama sahabat sekaligus orang yang membuatnya merasa bahagia. Suatu hari ia membuat satu kesalahan fatal di masa lalunya yang merubah hidupnya bahkan membuat sahabat sekaligus orang yang selama ini disukainya tanpa sadar menghilang secara tiba-tiba. Dan saat ia mengetahui hal yang sebenarnya terjadi pada sahabatnya itu, ia merasa sangat bersalah sampai tak bisa untuk melupakannya sampai ia dewasa dan bekerja.
Selama 8 tahun lamanya, kucoba untuk melupakan kenangan manis bersamanya yang telah mengalir dan menyebar ke seluruh tubuhku bagaikan darah yang sedang mengalir.
Apakah arti kehilangan bagimu sendiri? Yakinlah, kau tak akan pernah benar-benar tahu sampai kau sendiri yang mengalami hal itu.
Suatu hal yang sangat menyakitkan dan menyedihkan yang pasti akan kau alami di dalam hidupmu entah kapan terjadinya hal itu, kuyakin semua manusia pasti akan mengalaminya suatu saat nanti di dalam hidupnya.
Suaranya...
Tangannya...
Kehangatan pelukannya...
Hingga senyumannya, tak akan pernah kulupakan sampai saat ini dan juga mungkin sampai selamanya. Akibat kebodohan yang telah dilakukan olehku sendiri, sekarang aku mengalami kehilangan seseorang yang sangat penting bagi hidupku.
Apakah manusia bisa membuat mesin waktu yang bisa membuatku kembali ke masa itu agar aku tak melakukan hal yang menyakitkan ini?
Apakah suatu hari nanti orang itu akan kembali padaku?
Selama 16 tahun terakhir aku terus menantinya.
Aku sangat yakin kalau ia pasti akan kembali padaku suatu saat nanti, walau nantinya aku tak bisa bersamanya yang penting aku bisa melihatnya meskipun hanya satu detik saja.
Sudihkah dia untuk melihatku kembali yang sudah menyakitinya jika dia sudah kembali padaku nanti?
Jika iya, aku akan merasa sangat senang ... tapi, jika tidak ... lebih baik aku menghilang saja dari dunia ini...
***
Misa menatap layar komputernya, jemarinya gemetar saat mengetik kata terakhir naskah iklan. Tenggat waktu tinggal besok, dan beban di pundaknya terasa berat. Ia bertanggung jawab untuk memastikan kesuksesan proyek besar ini.
"Misa, tenggat waktunya adalah besok," kata Pak Kepala, suaranya tegas. "Saya harap kau bisa menyelesaikannya tepat pada waktunya."
"Ah, baik, Pak Kepala!" Misa menjawab, berusaha menyembunyikan kegugupannya.
Hari itu menandai tahun kedua Misa bekerja di perusahaan periklanan terkemuka di kotanya. Perusahaan itu bertahan di tengah persaingan ketat, meninggalkan pesaingnya bangkrut. Strategi promosi perusahaan yang agresif dan fokusnya pada jasa periklanan menjadi kunci keberhasilannya.
Misa beruntung bergabung dengan perusahaan itu, menyadari betapa sulitnya mencari pekerjaan di tengah iklim ekonomi yang menantang. Ia merasa beban berat untuk membuktikan dedikasinya.
Tugas utamanya saat ini adalah membuat naskah iklan untuk perusahaan minuman terkemuka di negerinya itu. Misa bingung mengapa perusahaan sebesar itu memilih perusahaan di kotanya yang terpencil untuk membuat iklan televisi. Bukankah lebih mudah meminta perusahaan periklanan di ibukota?
Namun, Misa tidak memikirkan hal itu terlalu dalam. Ia telah menyelesaikan naskahnya dua hari lebih awal dari tenggat waktu. Namun, ia menahan diri untuk memberikannya kepada atasannya karena rekan-rekannya di bagian logistik masih belum kembali dari ibukota untuk membeli bahan dan properti yang diperlukan.
Saat waktu istirahat akan tiba tak lama lagi, rekan kerja Misa yang duduk di sampingnya, menepuk bahunya. "Jangan terlalu stres, Misa. Kita pasti bisa menyelesaikannya tepat waktu," katanya meyakinkan.
Misa tersenyum, meskipun ia tidak yakin. Ia kembali memeriksa naskahnya, membuat beberapa perbaikan kecil. Saat siang menjelang, ia mengumpulkan rekan-rekannya dan mereka bersama-sama meninjau naskah tersebut.
Setelah beberapa diskusi dan revisi, mereka akhirnya siap untuk menyerahkan naskah itu ke atasan mereka. Pak Kepala tampak senang dengan hasil kerja mereka dan memuji Misa atas kerja kerasnya. Misa merasa lega dan bangga karena telah memberikan yang terbaik.
Di tengah hiruk pikuk kantor, lamunan Misa buyar saat suara lembut rekan kerjanya memanggil namanya dan memecah konsentrasinya. "Misa, waktunya istirahat. Ayo kita makan bersama di taman~"
Misa mengalihkan pandangannya dari layar komputer, menoleh ke arah dua orang yang berdiri dengan kotak bekal di tangannya. Dia adalah MIra, sahabat baik Misa.
Di samping Mira, ada Hani yang juga ikut tersenyum kepada Misa. Misa tersenyum balik. "Baiklah, mari kita pergi."
Ketiganya berjalan meninggalkan ruang kerja mereka menuju ke sebuah taman kota yang terletak di depan kantor mereka. Udara segar dan hijaunya pepohonan menyambut mereka begitu tiba di sana. Misa menarik napas panjang, menikmati kesejukan yang menenangkan.
"Bagaimana pekerjaanmu, Misa?" tanya Hani sambil membuka kotak bekalnya.
"Lumayan. Cukup sibuk, tapi aku bisa mengatasinya," jawab Misa. Ia juga mengeluarkan kotak bekalnya dan mengeluarkan isinya yang sederhana, nasi goreng dan tumis sayuran.
"Semangat ya, Misa. Kau pasti bisa menyelesaikan semua tugasmu." ucap Mira
Misa mengangguk. "Terima kasih."
Ketiganya makan bersama sambil mengobrol ringan. Mereka membicarakan tentang kehidupan pribadi, hobi, dan rencana mereka untuk akhir pekan. Misa merasa senang dan rileks. Ia merasa seperti memiliki teman dekat meskipun mereka bekerja di divisi yang berbeda.
Setelah selesai makan, mereka bertiga duduk di bangku taman sambil menikmati pemandangan kota. Misa melihat gedung-gedung yang ada di sekiratnya dan lalu lintas yang lumayan padat di bawah. Ia merasa bersyukur atas pekerjaannya yang memberinya kenyamanan hidup.
"Aku senang kita bisa seperti ini, menjadi teman seperti ini." ucap Hani.
"Aku juga," timpal Mira. "Misa, aku selalu mengagumi semangat kerjamu. Kau selalu menyelesaikan tugas tepat waktu dan dengan kualitas yang baik."
Misa tersenyum mendengar pujian itu. Ia merasa dihargai oleh rekan kerjanya. "Terima kasih. Aku hanya berusaha melakukan yang terbaik."
"Kau gadis yang hebat, Misa," kata Hani. "Aku yakin kau akan sukses di masa depan."
Misa tersipu. Ia tidak menyangka rekan kerjanya akan memberikan penilaian yang tinggi kepadanya. "Terima kasih. Aku harap begitu."
Saat tengah duduk dan menikmati waktu makan siangnya, Misa terkesima oleh pemandangan dua anak kecil, seorang laki-laki dan perempuan, yang mengejar kepakan kupu-kupu.
"Kalau saja kau mau dengarkanku tadi, kita sudah menangkapnya!" gerutu si anak laki-laki.
"Iya-iya, maaf ya~" jawab si anak perempuan dengan wajah imut yang menggemaskan.
Misa mengamati mereka, hatinya dipenuhi rasa manis dan nostalgia. Mereka sangat mengingatkannya pada masa kecilnya yang berharga, jauh di masa lalu.
Sebuah taman yang penuh dengan bunga dan kupu-kupu pernah menjadi dunia keajaiban bagi Misa, tempat ia menghabiskan waktu berjam-jam bersama sahabat laki-lakinya. Mereka berlarian melintasi lautan bunga, mengejar kupu-kupu yang menari di udara seperti peri berwarna-warni.
Misa terharu saat melihat anak-anak itu menghidupkan kembali kenangannya. Setiap tawa, setiap cibiran, setiap senyum mengembalikan momen-momen berharga yang tersimpan jauh di dalam hatinya.
Ia memicingkan matanya, memejamkan mata untuk membenamkan dirinya dalam ingatan masa kecilnya. Sahabat laki-lakinya ada di sampingnya, tangan mereka bergandengan, senyum ceria di wajah mereka. Mereka berlomba mengejar kupu-kupu yang cantik, saling mendorong dan tertawa terbahak-bahak.
Dunia mereka hanyalah kupu-kupu yang menari, kicauan burung, dan persahabatan yang tak tergoyahkan. Itu adalah surga yang tak pernah bisa ia kembali.
Saat Misa membuka matanya dan kembali pada kenyataan, Misa pun ingat kalau sahabat laki-lakinya itu telah lama menghilang, meninggalkan hanya ruang kosong di hatinya. Masa kecilnya telah menjadi harta karun yang berharga, kenangan yang ia hargai dengan segenap hatinya.
Misa bangun dari tempatnya dan berjalan perlahan keluar dari taman meninggalkan Hani dan Mira, membawa serta kenangannya. Meskipun masa kecilnya telah berlalu, ia tahu bahwa ikatan persahabatan yang dia bagikan akan selalu menjadi bagian dari dirinya.
Taman itu akan selamanya menjadi tempat sakral di mana mimpi-mimpinya melambung tinggi dan kasih sayang berkembang. Dan saat ia menyaksikan anak-anak kecil itu mengejar kupu-kupu, ia merasa terhubung dengan masa lalunya, mengisi kembali kekosongan yang telah mengganggunya selama bertahun-tahun.
Zephyr adalah satu-satunya penyihir yang selamat dari pembantaian mengerikan seratus tahun lalu, ketika manusia menyerang dan membantai seluruh kaumnya di malam yang penuh kegelapan dan darah. Di detik-detik terakhir hidupnya, sepupunya berhasil menyelamatkannya menggunakan sihir teleportasi, meninggalkan Zephyr sendirian untuk mengarungi dunia yang penuh kebencian dan dendam. Selama seratus tahun, Zephyr hidup menyendiri di hutan yang dahulu merupakan ibu kota Kadipaten Elzir yang kini menjadi reruntuhan. Keheningan dan kesendirian menjadi sahabatnya, hingga suatu hari, pasukan dari Kerajaan Elde menemukannya. Mereka menganggapnya sebagai ancaman dan berusaha melenyapkannya. Apakah dia akan membalas dendam dan menghancurkan manusia yang telah melenyapkan kaumnya? Atau mencoba mencari cara untuk hidup berdampingan dengan mereka? Pilihan ini akan menentukan masa depan tidak hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi hubungan antara manusia dan penyihir di masa depan.
Tahun 2050, keadaan Indonesia sangat memprihatinkan. Korupsi merajalela di kalangan pejabat, membuat negara merugi dan pembangunan terhenti. Hukum tak lagi berlaku bagi para koruptor, dan lembaga-lembaga keadilan sosial tak mampu menolong rakyat dari penindasan. Presiden, yang sudah kehabisan cara konvensional untuk memberantas korupsi, akhirnya memutuskan untuk mengambil langkah radikal. Dia membentuk sebuah lembaga rahasia yang tugasnya adalah membasmi koruptor. Lembaga ini, yang dikenal dengan nama sandi “Lembaga Pemuda dan Pemudi”, merekrut pemuda-pemudi yang baru lulus sekolah dan memiliki tekad kuat untuk mengubah nasib bangsa. Dengan peralatan canggih dan pelatihan intensif, para agen ini bergerak dalam bayang-bayang, menyusup ke dalam jaringan korupsi yang telah mengakar dalam. Mereka menghadapi bahaya dan konspirasi, berjuang untuk mengungkap kebenaran dan membawa para koruptor ke hadapan keadilan. Kisah ini mengikuti perjalanan gadis muda dengan code name amaryllis, penuh dengan intrik dan aksi. Di tengah kegelapan, mereka adalah harapan terakhir bangsa. Akankah mereka berhasil menghapuskan korupsi dan mengembalikan keadilan di Indonesia?
Kirana Ayu Wening, seorang gadis dari kerajaan Medang tak sengaja melakukan perjalanan waktu ke masa depan yang berjarak sekitar 1024 tahun kemudian dan datang tepat di tengah-tengah kota yang ia tak ketahui bentuk bangunan dan warganya. Di sana ia tanpa sengaja bertemu dengan Yodha, seorang pekerja yang baru saja putus cinta. Tanpa pamrih, ia memungut gadis itu untuk memulai hidup baru di dunia yang asing ini baginya. Rasa sedih, sakit, kebingungan, senang dan haru kini akan mereka lalui bersama.
Karin jatuh cinta pada Arya pada pandangan pertama, tetapi gagal menangkap hatinya bahkan setelah tiga tahun menikah. Ketika nyawanya dipertaruhkan, dia menangis di kuburan orang terkasihnya. Itu adalah pukulan terakhir. "Ayo bercerai, Arya." Karin berkembang pesat dalam kebebasan barunya, mendapatkan pengakuan internasional sebagai desainer. Ingatannya kembali, dan dia merebut kembali identitasnya yang sah sebagai pewaris kerajaan perhiasan, sambil merangkul peran barunya sebagai ibu dari bayi kembar yang cantik. Arya panik ketika pelamar yang bersemangat berduyun-duyun ke arah Karin. "Aku salah. Tolong biarkan aku melihat anak-anak kita!"
Dimasa lalu dia tidak jadi menikah dengan kekasihnya karena jebakan seorang perempuan yang adalah teman baiknya hingga dia harus terjebak pernikahan yang tidak dia inginkan, dimasa kini siapa sangka dia bertemu dengan gadis yang mirip dengan mantan kekasihnya, tanpa sengaja terlibat skandal one night stand dan tanpa di duga rupanya itu adalah putri mantan kekasihnya. bagaimana kelanjutan hubungan mereka? apakah restu akan mereka kantongi untuk menuju ke jenjang yang lebih serius?
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Naya Agustin, "aku mencintaimu, tapi cintamu untuknya. Aku istrimu, tapi kenapa yang memberi segalanya ayah mertuaku?" Kendra Darmawan, "kau Istriku, tapi ayahmu musuhku. Aku mencintamu, tapi sayang dosa ayahmu tak bisa kumaafkan." Rendi Darmawan, "Jangan pedulikan suamimu, agar aman dalam dekapanku."
Warning 21+ Harap bijak memilih bacaan. Mengandung adegan dewasa! Memiliki wajak cantik dan tubuh sempurna justru mengundang bencana. Sherly, Livy dan Hanny adalah kakak beradik yang memiliki wajah cantik jelita. Masing-masing dari mereka sudah berkeluarga. Tapi sayangnya pernikahan mereka tak semulus wajah yang dimilikinya. Masalah demi masalah kerap muncul di dalam hubungan mereka. Kecantikan dan kesempurnaan tubuh mereka justru menjadi awal dari semua masalah. Dapatkah mereka melewati masalah itu semua ?
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.