adalah hari kelulusan mereka dari SD, hari yang telah mereka nantikan sejak masih duduk di kelas enam.
ini selalu mengganggu Misa, menghampiri mereka dengan wajah penuh
n dia tidak pernah menyangka bahwa Ano akan kembali meminta
Bukannya kau sudah lama meminta
kanku sebelum kita lulus, aku ingin semuan
bahkan melukainya. Namun, melihat penyesalan yang terpancar di mata Ano, Misa merasa ka
adalah hari kelulusan mereka dari SD, hari yang telah mereka nantikan sejak masih duduk di kelas enam.
ini selalu mengganggu Misa, menghampiri mereka dengan wajah penuh
dia tidak pernah menyangka bahwa Ano akan kembali meminta
Bukannya kau sudah lama meminta
kanku sebelum kita lulus, aku ingin semuan
bahkan melukainya. Namun, melihat penyesalan yang terpancar di mata Ano, Misa merasa ka
emaafkanmu," ka
angguk. "Aku juga
anji akan benar-benar merubah kelakuanku in
elanjutkan perjalana
kegembiraan dan kebahagiaan. Mereka bernyanyi, bercanda, dan berfoto bersama. Misa dan
iduga ketiganya mendaftar di SMP yang sama, bahkan merekap
dhika, sahabatnya yang diam-diam menyimpan rasa padanya. Ano, yang du
ng bersama, dan pulang sekolah bersama. Namun, seiring berjalannya waktu, Ano m
merusak kesenangannya. Diam-diam Ano menyimpan rasa pada seorang gadis yang dudu
ta tertuju padanya. Bola matanya yang hitam kecoklatan memancarkan pesona yang tak tertahankan, sementara rambut hitam panjang
gerai di bahunya, membingkai wajah yang telah matang menjadi kecantikan yang lembut. Matanya, y
sebutan pasutri karena mereka berdua selalu bersama dan tak terpisahkan. Bahkan
i bawah rindangnya pepohonan taman sekolah, Misa dan Andhika duduk berdampingan, menikmat
," kata Misa, menggigit kenta
agipula, teman-teman sekelas kita suka
kita 'pasutri'," keluh Misa
ya aku tidak masalah dipanggil beg
aku tidak suka. Aku tidak
. "Aku akan berusaha untuk t
epoi bertiup, membawa aroma bunga yang bermekaran
ginnya sangat kencang, lho!" celetuk salah seorang teman sekelas
akan di kelas, sih
ejekan yang dilontarkan teman-teman mereka. "Ber
Suaminya yang marah?" lanj
iak Andhika, tak tahan lagi deng
tidak pernah menyangka teman-tema
a berteman baik. Itu yang dipikirkan Misa selama ini. Namun, akhir-
salah tingkah. Wajahnya memerah, dan dia akan mengalihkan pandangannya dengan canggung. Misa, di
ka?" tanya Misa setelah
nimbang kata-katanya. "Entahlah, Misa," ka
mengerutkan ke
ika. "Mungkin karena... kar
akan keberatan dengan candaan itu. "Tapi itu hanya ca
a Andhika. "Setiap kali mereka memang
rasakan Andhika. Andhika menyukainya dan can