yang membara kontras dengan udara dingin yang menusuk dari jendela yang terbuka. Kesad
a! M
ekhawatiran. Misa menoleh lemah ke arah sua
u kemari?" tanya Mis
dekati Misa yang tengah terbaring di atas ranjangny
gatan yang aneh mengalir ke seluruh tubuhnya. "Kau tidu
ng menyelimuti tubuhnya. Andhika duduk di sa
semua ucapannya untuk istirahat. Mungkin saja kalau dia menyuruhku untuk hujan-hujanan
pat tidurnya. Dia memegang tangannya erat-erat, tatapannya lembut dan
ebih baik?" t
. "Terima kasih karena sudah menyempat
ndhika. "Aku akan s
dhika. Saat tertidur, Andhika selalu mengelap keringat dari tubuh Misa ju
epalanya berdenyut nyeri. Ibu Misa masuk dengan segelas ai
alaku masih terasa
ut sang ibu, mencelupkan kain ke dalam air. Saat ia mulai
memulai dengan ragu, "itu yang sela
a menggantikan Ibu yang sedang membeli obat unt
?" Misa
Tapi Andhika kelihatannya memang peduli sama kamu. Tadi sewaktu Ibu masuk, Ib
ormasi itu. Karena kepalanya masih
am yang dideritanya. Ia bisa kembali menjalani aktivitas
atnya ketika sakit. Sewaktu jam sekolah berakhir dan saat Misa berjalan pulang dari sekolah, ia dikejutkan ol
dhika yang hanya cukup untuk satu orang saj
bil menunjuk besi yang ada d
? Pasti sakit jika duduk
di jok itu," ujar Andhika meyakinkan. "Atau kalau tid
aik sepeda," protes Misa. "Nanti kita mal
jawaban Misa yang terdengar san
tidak
ru kali ini aku mendengar ada orang y
eninggalkannya yang tertawa terbahak-bahak set
jika aku tak bisa nai
ngg
ang sudah mulai berjalan menin
pa
bisa naik sepeda, hanya saja Misa trauma karena dulu saat Ayahnya mengajarinya naik sepeda sewaktu kecil, ia pernah tertabrak
uk menaiki sepedaku lagi, bahkan sekarang sepeda
duduk di atas besi yang ada di depan jok sepeda itu. Tangaanya Andhika yang merasakan tubuh M, suaranya bergetar. "Sepeda pernah membawaku masuk dan di
is dan memaksamu," kata Andhika, nad
nya. Andhika memacu sepedanya lebih kencang dari sebelumnya, hal itu
kau t
he-e
r lagi kita akan sampai
takut yang menguasainya. Sepeda yang dikendarai Andhika melaju
lan!" teriak Misa,
i wajahnya. "Tenang saja, Misa. Kecepatannya ha
rasa mual yang mulai menyerangnya. Lama-kelamaan, kecepatan sepeda berkurang. Misa pun akhirnya membe
rhenti?" t
k," jawab
ecepatannya sekitar 20 sampai 30 kilometer per ja
jalan menanjak,
berada di tempat yang sering mereka kunjungi, s
a!" seru Misa,
mpat ini adalah mika. Tempa
i bermekaran dengan indah, memenuhi udara dengan aroma harum ditemani kupu-kupu y
awar dan memberikannya kepada
itu dengan senyum lebar
alu mereka duduk di antara bunga-bunga, menikmati keindahan al
i, kira-kira sudah berapa lama ki
pat kita tapi mulai saat ini kita sudah jarang ke tempat ini lag
u, bercengkerama dan tertawa bersama. Trauma Misa dengan sepeda pun