gin yang menusuk kulit menjadi
ekerja. Rasanya sudah lama ia tidak melakukan ini. Menunggu Adam hingga selesai bekerja namun selalu
ada hal yang harus ia bicarakan dengan Adam malam ini juga. Ia t
membuat Medina kian leluasa mengamati setiap inci pergerakan Adam yang sibuk meracik kopi dengan mesin yang Med
kalau bukan karena k
anpa cela. Dia tampan, hidungnya yang mancung, rahangnya yang tegas, dan mata teduh yang men
na mendengar kakaknya berpikiran jelek terhadap
nggak pernah absen. Baca Al-Qur'an? Adam adalah qori terbaik di mata Medina. Tidak heran kenapa
baik dan sempurna untuknya. Lagi – lagi Medina berpikir, apa benar ia adik kandung dari
seorang wanita membua
jalan kian mendekat ke arahnya. Sepertinya ia telah mengamati gadis itu dar
ndangi wanita berbalut dr
a. Aroma parfumnya yang cukup tajam langsung menerobos indra penciuman
a mereka pernah bertemu sebelumnya? Tapi...dimana? Medina tidak ingat sama sekali. Ia bukan tipe orang
in tahu, tak peduli jika kini ia sedang berbicara denga
r penerbit yang dulu
atas, ia kembali mengulik isi otaknya agar bisa m
ina langsung berubah masam, ia ingat
t. Bahkan ia juga sempat bilang kalau cerita Medina tidak bisa di sebut sebuah kar
kemana?" tanya
gentayangan di sini," ketus
ina yang masih menyimpan kemarahan padanya. Medina yang merasa tawa itu tertuju untu
udah tahu jawabannya. " Ok...Ok...saya minta maaf, waktu itu saya terlalu sombong
ngrum dengan muka jutek. Pikirnya buat apa bersikap baik terhadap orang yang t
itu. Saya rasa, saya tertarik untuk meminang karya k
r rese' ini berminat menerbitkan novel yang ia posting di platform onlin
Apa mungkin satu – s
edina masih pada posisinya bersikap seakan
g peminat." - Ningrum berjalan mendekati Medina dan berdiri tepa
an tatapan curiga pada Ningrum,
," Ya nggaklah. S
ga tak menemukan kebohongan se
Bukannya dulu Ningrum dengan tegas
mu terlal
Nggak ada ras
nggak layak d
yang melesat masuk ke telinga Medina satu tahun lal
h mempertahankan senyum terbaiknya. Ia masih tid
e?Ah...nggak. Nggak. Kak Adam bilang kita ngga
suara Ningrum kembali menyad
njuk ke dagunya, sepasang bola matanya bergerak ke s
– tiba dan mencurigakan dari orang yang pernah menghina karyanya dul
amu bisa langsung hubungi saya," saran Ningrum sambil menyerahkan kartu namanya pada
i menoleh. Entah sejak kapan Ia datang, Baik Med
kini tak mempedulikan lagi kehadiran N
ngan kehadiran Ningrum yang kini mematung memandanginya dengan mulut setengah ter
da yang mau aku bicarain sama
amu nggak perlu repot
menjemput Adam dan menemani laki – kali itu sepanjang perjalanan pul
sendiri yang repot karena haru
dari ucapan Adam barusan. Ia malu sendiri jika mengingat kelakuan
batnya ngantu
a. T
menyela pembicaraan kakak adik ini. " Saya Ningrum, saya editor yang akan m
pis sambil menangkupkan kedua ta
song tangannya yang enggan
. Lo nggak perlu meratap sedih kayak gitu," terang Med
Ningrum salah tingkah.
m lagi dengan senyum ramah. Senyuman yang suks
– sama," gu
yang perlu kita omongin," ajak Med
aikum," Adam kemudian bergeg
uan Ningrum menghen
apa ya
yang perlu di bahas tentang kita. Maaf...maksudnya tentang karya Medina yan
a mengang
ekikan Medina membu
sul Medina. Ia tak ingin adiknya itu ngambek dan kembali mengurung
lepaskan pandangannya sedikitpun dari Adam.
asih berdegup cepat walau bayangan
hasil memikat perempuan seumuranny
rjalan pulang, membawa kebahagiaa
an terasa dingin, tapi entah kenapa
a Ada
*