rinya memasuki rumah mewah Xena, di mana sahabatnya itu tengah menggendon
tak nyaman itu. Ia tak mau senyum serta keceriaannya hilang. Ia tak boleh egois. Hidupnya harus terus berjalan. Segalanya sudah selesai dan tak perlu lagi ada penyesalan,
Xena menggeleng sekilas. "Mending lo pe
ia bergegas pergi. Meninggalkan Jess yang kebingungan tapi sungguh, saat Jess
Penuh sayang ia memperbaiki gendongannya. Menyelipkan jema
dirinya tepat berada di dekat Jess. Yang mana Jess malah meninggalkannya begitu turun dari
erhatikan sekeliling. Mengetahui hal itu, Jess yakin sekali kalau Ica dilanda gugup juga takut. R
au ber
enangnya sudah
Ica berkunjung kala itu, dirinya tengah dilanda demam. Melihat kolam, inginnya bermain di sana tapi
ala Ica cepat. Ia tak mau mengambil risiko Gwen kenapa-napa di gendongannya.
i berjengit kaget. "Tapi sebelum
segera menyambut kedatangan mereka. Pun Mirah dan Hani. Mereka berdua pekerja baru
t, di mana Jess segera tenangkan dengan menepuk pelan bagian kakinya. Ia memilih duduk di salah satu bangku taman yang teduh. Semilir angin
akan Meli yang meminta Ica untuk berhati-hati, girangnya Ica menyentuh dan menaiki perahu dengan kepala
. membuat asisten Xena itu
, N
idur. Kita taruh
s selalu menyukai kala dirinya diperbolehkan menggendong Gwen sepuas hati. Rasanya ... tepat sekali. Membuat hatinya buncah akan arti bahagia juga ... lubang tak kasat mata itu tertutup sed
sudah d
angguk. "S
a dengan sebelah tangannya. Matanya tak pernah putus menatap Gwen yang kini asyik menyusu dengan b
da seseorang yang masuk ke dalam kamar penuh dengan gambar serta stiker princess juga berserak aneka mainan di sekitarnya.
nya mendadak menghangat juga sedih, tercampur rata karena seharusnya mereka bisa merasakan perasaan bahagia seperti ini. Di mana gadis itu menatap penuh cin
enggariskan takdir y
anpa berniat menoleh ke arah pria
u saya d
hati. Yang ia lakukan hanya mengangguk pelan. Lalu ia mendengar langkah kaki itu mendekat. Duduk di tepian r
g makin menghabiskan sisa susu dalam botolnya itu. Padahal hatinya tengah berperang karena kepala
tak bertemu dengan Arslan, untuk bersitatap. Sekadar memuaskan dahaganya akan
hingga marahnya keluar tanpa bisa ia kendalikan. Juga seringnya membuat bibir Jess
nghilang dari hidupnya, ada sesu
cium Gwen b
berani bangunin Gwen lagi t
, Lyn. Saya
n yang membuat pria itu mengaduh pelan. Meringis dan
-mana. Cuci tangan d
a ko
Sana pergi," usir Jess s
saya ri
ium. Sekarang lagi tidur. Sana keluar.
Gwen, Lyn.
ter
indu ka
*
sebut adalah kunci. Dan ketika kualitas itu tak bisa ia raih lantaran kesalahan takar, sebanyak apa pun adonannya, sudah pasti berakhir di tempat sampah. Bukan ka
nisnya itu kadang membua
Cinta. Yang mana cinta itu katanya bisa tumbuh dan berkembang subur seiring waktu berjalan. Namun, ia tak bisa memungkir
dan rasa yang melambung. Seperti yang telinganya dengar kali ini. Di mana ada perdebata
melamu
au lamunnya barusan. Buru-buru ia menegakkan punggung
car
ng bukan untuk dipenuhi s
an. "Saya juga enggak pengi
daan lo itu bik
lembut? Sopan? Tutur kata
katanya punya wajah ganteng maksimal tapi menur
s lelah. "Lyn, enggak mungkin sa
lo enggak pergi, gue yang pergi." Jess menggeser pelan kursinya. Mengambil ponsel yang tergeletak di meja
aget dan segera menepisn
sama kamu, Lyn. Apa p
menatap Arslan. Bahkan ia berani mencibi
ng mundur, ketika bibirnya sebentar lagi disapa olehnya. Persis seperti saat pertama kal
kakinya lunglai. Debar jantung Arslan kencang sekali menyapa pendengaran Jess. Berhubung tinggi mereka tak imbang di mana Arslan menjulang dengan
a memulai dar