di Bandung, sebagai fokus matanya kini. Semuanya hampir menunjukkan garis yang sama. Dua. Rasanya
! Semalaman memang. Tapi digempur gila-gilaan gitu." Jess memijat pelipisnya. Mel
Tidak.
yang menyebalkan itu? Argh! Jess memekik setengah gila saking tak pernah menyangka, mereka benar-benar lekat
alau ada sesuatu yang
aat ini.
atu sama lain. Tak jarang, membuat orang di sekitarnya mengira mereka adalah musuh abadi. Siap berperang dengan senjata tajam juga benda-benda yang ada di dekatnya
jadi. Hanya nada yang cukup tinggi
ni enggak salah. Yang salah gue." Lalu tangannya sontak mengusap perutnya yang masih rata ini. "Hai, Po. Kamu hadir buat temani aku, kan? Aku bakal
ia harusnya dirudung kebingungan justeru menyikapi hal ini
asti!" Jess segera keluar dari kamar mandi. Suara b
A
ngin ke
pria itu segera menyingkirkan Jess dari amban
Bar! Tung
terla
laskan i
rusan lo!" katanya demikian dingin. Di mana apa yang ia ka
e toilet dulu. Saya masih mau jag
uma. Tak lama berselang, Xena masuk. Dengan wajah pol
lo ajak
na boleh gue sendirian p
cec
a gue?" Lalu mata Xena terfokus pada benda yang ada di genggaman Jess
ng mana belum sempat gadis itu sentuh. Membua
es
n apa
. Lo enggak bisa
ga
ss. Saya m
*
enar-benar hamil
Anak k
amu samakan saya de
tasi bola
narik tangan Jess walau gadis itu memberontak. Arslan sudah sangat biasa kalau gadis itu menampil
api Arslan pernah sekali merasakan betapa sifat galak Jess ini tanggal. Seiring dengan pakai
lo bicara
s ketimbang
kap. "Apa? Tanggung jawab denga
h. "Kenapa?" Hanya itu ya
Tentang kita," Jess menekankan sekali kata-katanya. "Kita enggak pernah akur, selal
jui apa yang Jess kat
Sorry to say, enggak. Gue enggak mau. Gu
ya ayahn
ng lo nengok
P
gusap kembali perutnya penuh s
ndut kaya
ayak gitu lo mau kita nikah? Lo aja
kan kecuali tergelak kembali. Kali i
ketawa. Harus
gaimana, Jess? Kamu bic
apa yang tengah mereka alami ini adalah sebuah kewajaran dalam satu hubungan, membuat Je
dengan segera. "Serius? E
a? Yang mati dalam hitungan men
*
l anak saya. Kamu mau pesta seperti apa, kamu bisa pilih dan tentukan
k tadi ia usir tapi tetap bertahan di posisinya duduk. Di ruang tamu yang ia jadikan meja
ngan ganggu gugat apa ya
saya itu bur
h-jauh-jauh lebih seksi. Dalam arti seperti ini. Balutan kemejanya selalu membungkus tubuhnya dengan apik. Wajahnya memang Jess akui, menarik.
dan Jess mau tak mau mengakui hal itu. Walau sering kali menjengkelkan saat mereka masih berad
coba lo tanya ke
. "Buat saya se
berkerut jad
spontanitas kalau bertindak, tanpa berpikir, ta
rslan yang tertawa. Tak puas sampai di situ, Jess mendekat. Melayangkan
Jess.
ak?! Seenak
semangat sekali seolah tumpukan rasa kesalnya sengaja disalurkan pada saat
terengah. Agak gerah juga dan segera saja ia sambar minum yang ada di meja. Hingg
ah. Ini kan a
n akan mengalah jika berkaita
a menormalkan napasnya. Entah kenapa ia menjad
buat Jess menikah dengannya. Agar bayi yang ada dalam perut jess bertumbuh baik walau Arslan yakin, Jess tak akan macam-macam. S
gue." Jess berkata dengan suara lirih. Ma
mengetahui perubahan dari Jess, s
tu meng
a? Kamu belum periksa k
ggeleng. "Enggak mau. G
kamu sayang sama Po, kamu nurut
icekik dan napasnya makin pendek. "Ini gue ka
menggendong Jess. Yang mana gadis
ri mendongak ketika ia sudah me
Lebih pentin
-ta
a kembali pulang ambil barang yang kamu butuhkan. Sekarang yang pa
ess men
u saya tiba-tiba ciu
am
h baik disimpan energinya sampai kita di rumah s
*
dengan wanita paruh baya itu, kesan dingin juga tak bisa sembarangan berkata, mengua
kit ini memang enak dan membuat nafsu makan Jess naik ribuan kali lipat. Sungguh. Sajian yang pihak rumah sakit sediakan
ruangan-ingatkan Jess betapa orang kaya itu memang seenaknya bertindak. Jess ditempatkan di ruang VVIP di mana fa
elelahan walau Jess mengerutkan kening lantaran ia tak melakukan apa-apa selain memasak
menjalankan roda dengan baik. Tak ada kendala berarti di sana, sepert
elat minum vitam
ya memerah tanpa bisa ia cegah. Tak berani lagi sekadar diam-diam memperhatikan betapa
ya. Meraih tangan Jess yang saling tertaut itu dan menggenggamnya
bermula. Tidak. Jess menggeleng pelan berusaha sekali menyingkirkan apa yang ti
kenapa
perkataan selanjutnya dari wanita yang elegan mengen
u. Kamu sebentar lagi jadi menantu Ma
ngo. Bibirnya
sudah tau mengen
Y
n kamu. M
lagi-lagi menghela napas pelan. geraknya m
kenapa Mami mera
"Wah, Mami kayaknya perlu sesekali berada di tengah kam
s. Dunia Laras kecil lingkupnya. Hanya sebatas belanja, bersosialisasi ala kadarnya, akrab dengan model ca
ketajaman sorot yang tak main-main. Belum lagi tubuhnya yang semampai. Terasa pas jika gadis itu tengah bersama putra kesayangannya. Dan satu ha
an mengenai betapa menyeba
-sama di meja makan. Mami masak. Atau kamu yang mau
tapi mana mungkin, kan? Jadi lah ia hanya mer
pernikahan model seperti apa. Seperti Xe
nik
t menjuntai berantakan. "Jess nanti diskusikan maunya apa, ya. Dan kalau b
kata lanjutan untuk