di diusir Asya pada akhirnya. Ia harus segera menyelesaikan apa yang ia sebut kegagalan dalam menghias lantaran Loissa justeru memuji d
arena apa. Jess rasa campuran bahan cokelat pelapisnya ada yang salah dan ia tak mencobanya terlebih dahulu. Saking buru-burunya, ia letakkan
nga kecil di tempat yang berantakan. Buat nutupin tapi saya enggak melihat itu jelek, sih," ter
udah berkata demikian. Ditambah Asya yang meri
r pendek agar ia bebas bergerak. Berjalan mengambil air mineral dari kulkas, meneguknya dengan rakus, juga membuka laci s
apan lo kehilangan fokus?
erperisa keju, duduk menyamankan
dah semingguan ini lo enggak
ang lucu. Gwen Himeka. Belum lagi kadang Xena mengeluhkan ia jadi lebih sering bolak balik ke Djena. Wa
mengalihkan pembicaraan. "Gue
i sebatas video call. Nanti Gw
t di sini, Na. Kalau enggak si
k masuk akal. Kak Asya dan Mbak Me
ia kenal dekat ini. Buat apa melaporkan kegiatan
kan apa dari
ia tutupi. Dan tak sekali ini Jess mendengar desakan Xena terutama pada bagian, "Kita sahabat, kan? Kenapa lo jadi
a. Memejam sejenak sembari tangannya memijat pelan pelipis
Sekalian sama Meli dan
aja
k Riga, Jess mau ke sini. Sama Me
ku; Riga Angkasa. "Iya. Kamu atur aja. Meli suruh libur
seminggu tuh toko ja
dengar suara
g pasangan kompak. S
cebik sebal. "Nanti kasih tau Mbak Meli kalau mau ke Jakarta. Gue
n Mbak Meli. Lo j
em
k-baik aja sama
*
h lama ia tak merasakan perasaan seperti ini. Seharusnya ia bisa menyingkirk
duduk di lantai dua kafe. Tak ada pengunjung di sana seolah menger
aja. Repot bange
ssl
l berangkat aja. Enggak a
berpura-pura menyesap gelas kopinya, tapi matanya berkhianat. Tetap s
ak larang
keh. "Gue?
masih
berkerut. "M
a kian menunjukkan kefrustrasian. "Kit
ggung jawab. Gue dan lo tau, masing-masing
bisa bela
, sudah enggak ada yang perlu kita pelajari, Ar. Lo dan gue itu kayak minyak
ndangan yang sukar sekali Jess artikan karena selain tepat membuat
di muka bumi. Bego banget gue enggak bisa jagain apa yang seharusnya gue jaga. Kenapa gue enggak min
. Memindahkan bokongnya pada salah satu kursi yang paling d
Jangan bikin waktu kita terbuang bu
ngannya digengg
. Kita masih punya
p ia merasakan betapa hangat tangan yang meling
nap
nyorotinya dengan pandangan kecewa-lagi-lagi. Jess memilih bungkam. Membiarkan waktu yang ada terputar, dari d
a sekali enggak a
ring kali perdebatan mereka terjadi. Jess tak pernah mau menunjukkan rasa taku
ergi, kamu enggak
menggeleng.
Jaga diri baik-baik, Lyn." Padahal sungguh, Arslan ingin memaki dan menjeritkan gelisah yang ia miliki. Atas segala yang
i, sungguh untuk yang terakhir kalinya Arslan memastikan sendiri di kedalaman netra Jess. Jikalau gadis itu
erada di sini
pa sendu di sana. Yang mana Arslan artikan, Jess memang menging
a pe
kah tanpa perna
sadari, saat kali terakhir Jess menatap Arslan hingga punggungnya benar-benar lenyap dari pandangan Jess, ia menyesa
"Nangisnya udah kenapa, sih? Gue capek, kan," gerutunya lagi. Sembari menyambar ponsel yang tak jauh berada di sampingnya itu. Menggulir banyak pesan yang masuk dan berhenti di s
lagi ada masalah? Kenapa? I wann