r kopi hitam dan sepiring makanan ringan. Jantungnya berdegup sangat kencang kala
sa takut dan gugup untuk mengetuk pintu ruangan tersebut, muncul begitu sa
n itu, perintah dari sang ibu me
banyak tiga kali. Itu pun tak terlalu keras, ia takut
eorang pria terdengar da
ya ke dalam mulut sambil memutar keno
uara sedikit pun. Kepalanya tertunduk dan
sangat luas dengan cat warna hitam dan sedikit
rina sedikit gugup sera
sebuah map berwarna hitam, seketika mengangkat wajahnya. Ia terd
alnya ia sama sekali belum pernah melihat ga
Akan tetapi tak dapat menutupi paras cantik Arina. Pria itu terdiam, matanya men
ahkan pagarnya saja begitu menjulang tinggi, hingga terlihat seperti sengaja
Ia tak mampu menahan lebih lama lagi tatapan tajam bak busur
hadapannya itu. Bahkan saking cantiknya tanpa terpoles make up apapun di wajah berkulit putih itu, m
tetapi ia segera menggelengkan kepalanya untuk sesaat agar pikiran
makanan Anda," ujar Arina sembari melangka
mengamati gerak-gerik Arina. Gadis itu terlihat bersimpuh di lant
tetap berada di tempatnya sambil memegang
diri kala itu memakai sandal jepit murahan yang ia
Rafael pada akhirny
kepala Arina seperti tersiram air es. Terasa di
u kuping telinga Rafael hingga pria itu memejamkan kedua m
ediamanku ini?" tanya Rafael sambil menyandarkan punggungnya dan
ngatakan yang sebenarnya. Gadis muda yang tak pernah menginjakkan kaki di kota be
, Rafael tak mengingat dengan jelas nama-nama para pelayan itu. Hanya b
" Seketika Rafael ber oh ria saja. Ia sangat mengenal wanita
ya dengan cepat, hal itu membuat Rafael semakin merasa penasaran akan jawaban
nyuruh aku untuk datang ke sini setelah memiliki biay
rbuat apa saat ini. Ingin sekali ia berlari, akan tetapi ia tak mau kala
Arina hingga nampan yang sebelumnya ia pegang, jatuh begitu saja
ejut akan kelakuan Rafael dan kini
Jantungnya seketika berdegup kencang seakan ing
ik perhatianku," ujar Rafael yang sama
besar Rafael mengelus lembut permukaan kulit d
kedua matanya kala ia mendekatka
i tak dapat melakukan apapun. Kedua tangannya saling bertauta
irimu terlebih dahulu," jawab Rafael dengan suar
menjatuhkan mangsanya ke atas sofa.
ak pernah sekalipun berdekatan dengan seorang pria. Teman-temannya hanyalah p
di wajah Arina terlihat begitu jelas. A
dingin serta datar seperti sebelumnya. Sehingga Ari
lu," ujar Rafael yang langsung menyibakkan kelopak mawa
satu alis matanya tertarik ke atas saat segitiga piramid terlihat lebih membentuk
tak saja Arina mengarahkan kedua tangannya ke bagian inti sari. Ia menutupinya sambil
ra Arina terdengar begitu l
rpasang apik di kerah bajunya dan dengan cepat meng
uduk yang berada di samping sofa itu berada dengan sangat kuat. Hingga Arina tak dapat mengh
kasar!" seru Rafael yang me
sil terlepas sempurna. Ia melempar ke sembarang tempat sebelum i
ini. Aku sangat malu sekara
Arina yang sudah terlihat seperti buah tomat.
dengan orang lain?" tanya R
nkan melakukan hal-hal aneh, ia bahkan tak pernah berpac
gapa jawaban Arina membuat Rafael merasa sangat senang. Ada ke
ma yang melihatnya." Arina menganggu
p memohon agar Rafael melepaskannya. Ia juga sudah berusaha melepaskan ikatan dasi di k
terbang melayang ke langit dengan menaiki capung udara berwarna-warni,
an Rafael, akan tetapi ia tetap kalah ol
ka kawah putih lebar-lebar dengan sekuat tenaga. Bahkan ia me
jelas di depan mata Rafael di bawah sorot
m oleh indra penciuman Rafael. Pria itu memejamkan sejenak kedua
ria itu. Rasa takut tak dapat dihilangkan dari dalam diri Arina. Ia merasa mala
Rafael sambil tersenyum kecil penuh arti. Arina hanya diam dan menegang di tempatnya