point
ewek untuk ngintipin mereka. Sebenarnya sebelum kejadian di toilet cowok itu, aku sudah beberapa kali melihat dia mondar-mandir sambil membawa b
rusaha menampilkan muka memelasnya kepadaku dan memintaku untuk
an perhatiaannya nggak pernah lepas dari buku. Apalagi ekspresinya selalu menyiratkan kalau aku mengganggu 'zona nyaman' nya dia. Tapi entah kenapa bukannya malah tersinggung, aku justru terus saja ngedeketin dia. Sampai sekarang aku se
cam barang di kantong roknya. Mulai dari tisu, minyak angin, bulpen, permen, pensil, obat sakit perut dan masih banyak lagi yang lainnya. Jadi jika ada yang memerlukannya dia langsung merogoh kantongnya dan memberikannya pada orang itu. Apapun yang di perlukan selalu tersedia di
masalah, dia pasti langsung mengeluarkan ide-ide aneh yang tidak pernah terpikirkan olehku sebelumnya. Tapi lucunya, malah ide-ide aneh te
a pada siapapun, terutama Anna. Aku takut kalau sampai Anna tau, dia bakalan tersinggu
gobrol serius dengan seorang cewek. Nggak biasanya dia begitu, pikirku. Anna biasanya jarang bicara pada seseorang tapi ini kelihatannya cewek tersebut cukup akrab dengan Anna. Daripada berlama-lama penasar
i dan Erna bagaikan air. Itu semua karena sifat Anna yang cenderung ekspresif, keras kepala, dan gampang meledak-ledak. Sedangkan Erna kebal
ngan Erna mulai berubah dari sahabat menjadi sepasang kekasih. Sebenarnya sih sebagian besar itu berkat usaha Anna yang selal
ng-out bareng dan bahkan DOUBLE DATE bareng. Aku dengan Erna sedangkan... Anna bersama
na. Namun... pengalaman indah dan sempurna tersebut mendadak be
ada Anna dan Erna jadi aku tidak begitu stress menjalani hari-hari membosankan itu. Namun aku mulai memperhatikan ada yang aneh dari Erna. Dia tidak seceria biasanya. Seringkali aku mendapatinya melamun
u tetap berpikiran ini mungkin hanya keputusan yang di buat berdasarkan emosi belaka dan dalam waktu dekat dia pasti berubah piki
ana. Yang membangunkanku dari lamunan adalah suara keras klakson mobil yang melaju dari arah berlawanan. Tampaknya motorku sudah melenceng melewati jalur dan terlalu ke tengah. Aku kaget dan langsung membanti
asa luar biasa sakit. Aku tau pasti lukaku tidak ringan. Aku ketakutan dan tanpa s
kesal. Kesal karena harus terlihat kalah dan tak berdaya di depannya, juga kesal karna melihat tatapannya yang tercengang melihat kondisiku. Aku ingin bangkit berdiri d
pi dasar Anna memang kepala batu. Dia bukannya pergi tapi malah terus-terusan datang. Berap
r dengan sempurnanya di seluruh penjuru kamarku. Barang-barang itu semua malah mengingatkanku akan betapa jauh bedanya hidupku sebelum dan sesudah kecela
Berharap dengan begitu aku akan melupakan semuanya dengan segera. Oleh karena itu, saat Anna mulai berus
unya berdiri. Bukannya berdiri, dia malah menggenggam tanganku dan mulai menceramahi aku tentan
nghantuiku tiba-tiba berkurang di gantikan dengan kelegaan yang amat sangat. Saat itulah aku memeluknya. Doraemonku menyela
lipun mengalami 'emotional break down' lagi. Nilai-nilaiku di sekolah juga tidak ada satu pun yang turun meskipun hampir sebulan tak ma
n semakin tak tergoyahkan. Memang sih ada satu kejadian pada waktu ultahku ke delapan belas yang membuat Anna ngambek
rusan sastra asing, sekarang mengajar di sebuah sekolah internasional bergengsi di kota kami. Sedangkan aku yang akhirnya mengambil k
sekalian meminta pendapatnya tentang progress yang aku buat. Seperti yang diharapkan pun dia sering memberiku ide-ide dan kritikan-kritikan yang lumayan membantu meningkatkan kinerja restoran kami. Namun, karena aku terlalu sering membawanya ke tempatku bekerj
an malamnya jam tujuh, jadi aku masih punya banyak waktu untuk bersiap-siap, pikirku. Tepat jam enam aku sudah turun ke bawah dan siap-siap berangkat. Namun saat aku hendak me
urus dibandingkan Erna yang dulu. Wajahnya yang dulu selalu terlihat polos pun sekarang di penuhi make up warna-warni. Tapi aku kenal bet
panya enteng sambil meleng
gatakan itu padaku?" hardikku sambil membantin
marah segal
anku selama lima tahun ini." Aku menatap lekat-lekat wa
an kenapa melak
apa yang begitu penting hingga kau pergi dari
bangkrut sehingga rumah dan semua aset
rus
kami harus pindah ke desa untuk
usss
nya dari situ kau sudah bi
dengan hubungan kita. Walaupun kamu bangkrut atau pindah rumah dan sekolah se
di usir keluar. Aku kemudian menarik tangan Erna dan menyeretnya ke lantai atas untuk melanjutkan pembicaraan kami. Sesampainya di lantai atas
ji makan malamku dengannya. Tapi semua itu tidak penting lagi. Se
galkan kami berdua untuk melanjutkan pembicaraan kami. Anna yang
erti itu sampai akhirnya Erna yang duluan memecah keheningan dengan berkata, "Aku malu, lex. Aku
rta dan status sosialmu? Aku mencintai Ern
." pintanya lirih den
tiba-tiba. Aku tidak tau apa
mendekatiku dan langsung menyap
al Alex, bisakah kau me
u, dengan deras mengalir lagi di hatiku. Tanpa pikir panjang aku menariknya mende
a jika kau melakukannya lagi seumur hidup aku tidak akan pernah me
*