sampai berhari-hari. Siapapun tidak bisa mendekatinya. Bahkan orang tuanyapun, tak bisa membujuknya. Aku berusaha membawakan jajanan kesayangannya dan DVD film-film te
palaan sahabatku itu, yang mulai membuatku ikut-ikutan emosi. Tapi nihil. Selalu saja hasilnya nihil. Boc
ung berlari ke atas untuk melihat apa yang terjadi. Di sana, aku melihat Alex sibuk melempari barang-barang dari kamarnya ke dalam gudang. Aku penasaran ingin tau
ya berusaha merebut barang yang ingin di lemparkannya. Cela
ngku menjauh. Dia bahkan tak peduli
rhenti membuat kegaduhan di rumah itu. Tetapi dengan gampangnya dia melepaskan diri dariku dan melanjutkan kegiatannya melempar-lemp
luar sana!' teriaknya sambil berusaha bangk
n emosiku. Tapi ini benar-benar sudah keterlaluan,"teriakku balik samb
" Mau berteriak macam apapun. aku takkan mu
di sini dan mengubah sifat burukmu yang
gak karu-karuan. Kalau di rumahku, dia sudah dibuat pecel lele sama mamaku. Boro-boro bertingkah depresi, nangis a
kausnya lepas dari tanganku. Tapi karena gerakannya terlalu tiba-tib
enarnya aku bereaksi berlebihan sih. Tanganku cuma sakit sedikit saj
kitan, dia langsung berba
kit, An? Kamu sih dari tadi nggak mau minggir," ser
i aku berbohong. Aku bahkan berpura-pura mer
"Atau gini aja deh. Kita ke rumah sakit aja. Daripada nanti tambah parah trus jadi kaya
g diulurkannya kepadaku erat-erat. Dia menatapku bingung, kare
rti itu jugalah seharusnya kamu membuka hatimu, membagi ke
k atau bahkan mengusirku. Dari pandangan mat
gar orang lain tidak bisa melihat ke dalam hatimu dan tau tentang semua kesedihan dan luka-luka yang kamu simpan. Tapi
ngin menjotos hidung temanku ini, tapi melihat kesedihannya, hatiku pun jadi luluh. Aku sadar dia sedang terluka dan reaksi
ari mulutnya yang selanjutny
a ke pergelangan tanganku. "Aku pikir tadi kamu bene
habatmu Alex. Kalau lelah... bersandarlah padaku. Jangan di tahan-tahan! Jangan di tutup-tutupi! Ceri
ggot-jenggot kecil yang mulai tumbuh di wajahnya menggesek kulit lembut leherku seketika dan membuatnya memerah. Tak pe
ng perasaan aneh pun perlahan meliputiku. Perasaan seperti ingin menangis dan melompat kegirangan pada waktu bersamaan. Aku bingung. Padahal seharian, aku ba
erasaan tersebut dan mencoba perlahan mengenalinya. Hatiku menghangat seiring waktu. Seakan saat ini, Alex bukannya
i sebelumnya, pikirku. Gejala yang aku alami mirip seperti yang pernah dialami Juliet dan tokoh
ayap perlahan di hatiku
*