n apakah ada orang selain dirinya. Namun, tidak ada siapa pun, "Aku jadi meri
nya ditarik begitu erat. "Lepaskan! Si
r!" teriak para p
an orang yang mengejar mereka tidak bisa lagi mengejar mereka, karena setiap pintu perusahaan memiliki keam
ya. Namun, ia penasaran. Kenapa sahabatnya itu terlihat panik sampai membawanya kabur dari para
ahi keningnya. "Kenapa tadi nggak langsung lari? Apa kamu sengaja mau
Kenapa merek
g pergi ke club malam bersama Affandra sudah menyebar ke seluruh penjuru perusahaan. Mungkin satu negara,
sahabatnya itu masih memasang wajah datar selayaknya tidak terjadi apa-apa. Dia langsung membawa
nya. Namun, saat melihat tatapan para pegawai yang seakan ingin menerkamnya hidup-hidup, membuat dirinya tersadar akan perkata
*
ekat-dekat dengan Affandra yang sangat
itu. Aku nggak terima nama Affandra t
fans Affandra pasti
rang aja mereka sudah berada d
ang tidak mengenakkan itu ternyata terdengar oleh Jelita. "Apa yang kalian ma
ang ternyata." Teman-teman Je
n menoleransi ketika semua orang mengejek tentang fisiknya. Namun, dia tidak tahan jika s
alah satu teman Jelita menunjukkan sebuah artikel dari pons
alanya. Memori tentang kejadian semalam, kembali terputar di otaknya. Ia masih tidak percaya jika pria yang ia temui tadi malam adalah seorang idol atau artis yang sangat te
janda
lek, peng
h tertuju dengan kejadian tadi malam. Betapa bergairahnya dirinya saat berada di bawah kukungan pr
*
ir di depan restoran tempat di mana dirinya pertama kali bertemu dengan Jelita. Namun, ia belum menemukan sosok wanita itu. Bahkan ia sudah
identitas wanita itu?" Aff
memijat pelipisnya. "Ya ampun. Otakmu taruh di mana, sih? Makanya ka
hah?!" Affandra juga ikut teriak. Pikirannya sudah buntu, terpenuhi
iklanmu dan juga jadwal konsermu yang berantakan gara-gara ulah cerobohmu!" Temi langsung mematikan sambungan telepon s
di trending topik. Namun, matanya terfokuskan dengan salah satu tayangan video yang memperlihatkan para fansnya sedang berada di sebuah perusa
*
-masing. Namun, tidak dengan Jelita dan Livia. Mereka berdua masih berdiam di ruanga
anyak lagi." Livia terus mondar-mandir, memikirkan cara bagaimana b
idak bisa berpikir normal. Kejadian demi kejadian tadi malam terus berputar di otaknya. "Akhh, kehormatanku direnggut ole
?" Livia lang
osan. Ia lupa jika saat ini dirinya masih bersama Li
k fansnya artis tampan itu
lita langsung beranjak berdiri da
Livia sambil mengambil tasnya di
ggu kemunculan Jelita. Namun, tak kunjung ia temukan. Rasanya, ia ingin memasuki peru
omel tidak jelas, meluapkan segala emosinya. Dia ingin meminta bantuan kepada Temi untuk menyuruh orang mencari keberadaan wanita itu. Nam