terdengar bunyi ponsel berdering. Jelita terus mencari suara ponsel yang ia duga ponsel milik pria itu yang
gkat panggilan telepon tanpa meminta persetujuan dari pria yang tidak sadar
au kamu berbuat hal yang aneh-aneh tanpa persetujuan
dang mabuk berat dan tidak sadark
a yang membuat Jelita menjauhkan pon
ng ada di
kan, takut jika pria itu tertangkap paparazi. "Oke aku akan ke sana. Kirimkan alamat lokasinya." Belum
ergi sekarang
an mengancamnya dengan kata cerai. Itu hal yang sangat menakutkan di hidupnya.
nya sudah saya kir
Kamu jangan berbuat macam-macam. Aku akan video call kamu saja." Temi tidak
. Namun, ia segera tersadar saat pria itu mengubah panggilan suara k
erawat itu. Ia tidak percaya ternyata masih ada wanita yang tidak bisa
kartu identitas yang ada di dompetnya. Setelah berhasil mengamb
an fotomu dan kartu identitasmu. Kalau sampai macam-macam, aku akan melaporkanm
mudian, kameranya ia hadapkan ke wajah Affandra. Temi yang melihat wajah Affandra yang sedang tertidur pulas, han
o yang ia ambil tadi. "Kamu tahu nggak,
yang sedang bersamanya itu. "Ahh, Syukurlah kalau gitu. Habis ini aku kirimkan alamat rumahn
dian, ada pesan masuk di ponsel milik pria itu yang berisikan tentang alamat rumah
*
Kini penampilan Jelita berubah. Ia memakai topi dan jaket yang dikenakan oleh pria itu untuk mengelabui para pria
asana di sana sangat sepi. Ia terus memapah tubuh Affandra yang cukup berat. Bahkan pria
ungnya?" racau Affandra yang menghitung jerawat di wajah Jel
ih sempat menghitung jerawat di wajahnya. Ingin sekali dirinya merobek bibir mungil dan seksi yang berani mengejek fisiknya itu. Namun, pikirannya mas
o mereka dari depan. Paparazi itu berhasil mengambil foto yang terlihat jelas sekali wajah sang artis
membuat kariermu hancur. Ahh, pasti aku sebentar lagi akan mendapat
*
nya ingin meninggalkan pria itu di sana sendirian. Ia sangat frustrasi kali ini. Apalagi gerbang
rik pria itu. Namun, tiba-tiba pria itu nyengir sambil memamerkan gigi putih yang tersusun rapi. "
ote control gerbangnya? Ahh, aku sunggu
utnya. "Di laci mobil. Hueekk ...." Dia me
buka kaca mobil supaya bau muntahan tidak terlalu menyen
obil dan menuju ke pintu utama rumah itu. Kepalanya seperti dihantam palu saat melihat pintu itu menggunakan kunci pintu digita
nya Jelita yang langsung di
dian berdiri. Lalu ia me
ini kamu bisa l
nyandar di tepi pintu. Jelita menghela napas dalam-dalam, kemudian Jelita
Tubuhnya tidak sanggup lagi jika harus membawa pria itu ke lantai dua. Saat Jelita membuka pintu kamar, i
i samping pria itu. Namun, saat dirinya baru menempelkan pantatnya di ka
dengan mata melotot. Dia sangat terkej