ma Affandra. Tidak ada satu pun di antara mereka yang mengenali dirinya. Saat ini, ia sedang memakai pakaian satpam dengan
penggemar, membuat langkah
nmu ketahuan sama mereka?" bisik L
membalikkan badan mereka, menatap segerombol orang-
r janda jelek itu?" ujar salah satu r
itu gugup. "Maaf ada apa, ya?"
bolan para penggemar itu me
sengaja mengatakan seperti itu agar mereka tetap me
dia sengaja
janda ngga
n kita menun
Livia langsung pergi sebelum mereka mulai menyadari tentang penyamaran Jelita. Affandra tida
tak henti-hentinya mengacak rambutnya. Bahkan sesekali t
*
Penampilannya masih tetap seperti satpam. Ia jaga-jaga jika di depan rumahnya juga a
itu pelan saat melihat penumpangnya sudah keluar dari
akkan kaki di halaman rumah, ia diperlihatkan dengan pemandangan yang membuat tubuhnya lemas. Sampah berserakan di mana-m
a satu pun tetangga yang membantu dirinya. Mereka semua seolah-olah buta dengan kondisi yang dialami dirinya saat ini. Begitu miris me
mbil sapu untuk membersihkan sampah-sampah yang berserakan. Bau amis begitu
*
berdiri di depan pintu rumah
alam rumah manajernya itu. Ia tidak ingin pulang ke rumahnya, karena
halangi jalan Affa
Ia kemudian masuk ke kamar tamu dan langsung menutup pintunya. Namun tak l
i tertutup. "Waahhh. Lihatlah! Dia sangat nggak so
a, istri Temi b
ke sini," jawab Temi masih menat
a butuh teman." Diana mengelus pund
egiatan kita yang tertunda!" Temi
*
an rumah akibat ulah orang tidak bertanggung jawab. Ia masih penasaran siapa yang melakukan hal yang t
arang. Tapi, gimana lagi? Aku harus berangkat pagi-pagi supaya nggak berpapasan deng
di sana, sehingga dirinya bisa memasuki perusahaan. Keadaan perusahaan masih sangat s
s tidur lagi." Jelita menaruh tasnya di meja kerjanya,
a semua terlihat sedang membicarakan berita yang menghebohkan dunia hiburan pagi ini. Bagaimana tid
Jelita itu wanita polos, ternyata
lihat mukanya. Sudah jel
raikan dia. Siapa juga pria yang mau hi
g dikeluarkan oleh Romi. Di dalam video wawancara dengan para wartawan itu, Romi menanggapi foto Jelita be
ng berjalannya waktu, aku sudah nggak tahan lagi. Dia sering bermain di belakangku, hingga pada akhirnya aku dipertemukan dengan Helena yang saat ini menjadi tunanganku. Aku sadar, jika aku nggak sehar
rekan kerjanya menatap jijik ke arahnya saat ini. Namun, bukan tatapan jijik itu yang melukai hatinya. Ia terluka, karena pernyataan mantan suaminya. Ingin sekali dirinya berteriak ke semua orang kalau ala
rnah percaya dengan
lingkuh dirinya sendiri. Bisa-bi
membuktikan kalau om
punya teman kerja yang
ejekan teman-temannya. Dia lan