pamannya. Ia kemudian beranjak berdiri dan keluar dari ruangan. Ia memilih untuk pergi menu
ta yang sedang berdiri di ujung rooftop. Bayangan mengenai kejadian pada kakaknya beberapa waktu silam kembali mengusik. Tubuhnya berdesir hebat k
ng dan terjatuh menimpa tubuhnya. "Aakkhh ...," ringis Affandra dengan wajah menengadah ke langit yang sedang turun hujan. "Apa pun masalahmu,
ia kenal. "Kenapa kamu menghalangiku? Jangan campuri mas
sudah basah kuyup sekarang. Tatapannya langsung tertuju pada wajah wanita yang sedang menatap sengit ke arahnya. Matanya terbelalak ketika mengenali w
g pria yang terlihat misterius dengan memakai masker dan topi. Jika dipikir-pikir, penampilan pria it
nginjak plastik yang membuat tubuhnya oleng. Untung saja tangan Affandra langsung ce
i depan seorang pria. Namun, dia merasakan jika ada sebuah tangan yang me
Affandra sengaja. Tangannya semaki
ergah Jelita
tkan pegangannya di pinggang ramping itu. Ia kembali teringat dengan kejad
! Jadi tolong lepaska
maskernya. "Oke. Aku akan me
ta itu tanpa memberikan kesempatan untuk wanita itu mengenali wajahnya. Dia menyesap bibir itu kua
at tenaga, dia mengontrol gairahnya yang mulai muncul. Dia dengan sengaja langs
dra memegang bibir bawah
jah pria yang berani mencium
dah mengingatku." A
ras mendarat di pi
teriak Jelita sangat kencang. Namun, masih kal
aran keras wanita di hadapannya sekarang. "Maafkan aku.
. Kakinya tak sanggup lagi menopang tubuhnya, hingga membuatnya ter
k Jelita. Dia sangat membenci ketika ada orang yang menyerah dalam menjalani hidup
in tidak tahan. Pria itu menunduk, mencengkram kedua bahu Jelita den
lemah!" teriak J
da di hadapannya sekarang. Satu-satunya cara yang bisa dia lakukan saat ini adalah menjatuhkan harga diri wanita itu supaya terpancing e
a. Dia kemudian bangkit, menegakkan tubuhny
esal kepada pria yang ada di hadapannya sekarang. Dia
gsung menarik tangan Jelita dan m
elita kembali
tangga. Keheningan melanda keduanya, tidak ada yang mau mengaw
u rasakan. Namun, aku nggak setuju dengan caramu. Masih banyak cara untuk mengatasi semua masalah."
?" Akhirnya J
enyerang kulitnya. "Aku akan membantumu mengahadapi masalah ini. Aku memang nggak sepenuhn
mau menikahiku?" Jelita
nikahi wanita berwajah kusam s
tampan Affandra. "Pria brengsek!" Jelita henda
jangan langsung memotong perkataank
k, ia kembali melanjutkan perkataanny
akit? Aku nggak sakit!"
mmu lagi, lebih kasar dari tadi." Affandra mengancam.
barusan. Ingat itu!" Affandra rasanya ingin ter
amu pasti pernah mendengar nama rumah sakit itu, karena itu memang rumah sa
ar yang harus dipikirkan secara matang. Namun, aku rasa hanya ini jalan keluar buat kita untuk menangani masalah yang terjadi pada
setiap perkataan Affandra. "Maks
Affandra de