-buru gitu, Nak." Anna mengusap
dilontarkan dari Eyang serta ayahnya. Makanya kenapa, ia buru-buru menyantap sereal berkuah manis itu. Sesekali, netranya
tahu Miss Rina tentang
ya. Persis seperti ketakutannya. Pasti nanti dirinya y
gapain di seko
a." Sheryl mulai memelank
putri. Pagi ini, sosok kecil yang menjadi sumber seman
etakkannya sendok yang sedari tadi menemaninya makan. Sebuah tisu yang ada di tengah meja makan, ia ra
selesai bica
cil itu
encoba bicara mengenai sebab akibat yang cucunya perbuat. Entah sudah berapa puluh
tap eyangnya dengan sorot mata berkaca-kaca.
ang."Memang Princess eng
dah. Tapi Anka malah bilang ke teman-teman, kalau
nka seperti itu, Nak." Anna kembali men
ursinya. "Mbak, sudah belum? A
elas merekam segala percakapan tadi. Dirinya memang yang memberitahu Anna mengenai apa yang terjadi di sekolah. Bagi Kala
sama Anka. Princess salah."
Dengan hentakan kaki, ia melangkah pergi keluar tanpa pamit. Tak ada yang bisa dilakukan Kala
pada sang ibu mengenai Sheryl. Apa yang ia dapatkan pun sebenarnya bukan kali ini saja. Entah sudah berapa
enepuk bahu sang putra pelan. "Enggak baik unt
bisa mengan
*
apa sama Pa
rsi penumpang berjengit kaget dengan pertan
erita aku kemarin?" Sheryl sudah menunjukkan sikap antipatinya.
gak,
tu hutang. Mbak sudah janji ke aku enggak a
kan dari Miss Rina, kan?" Wanita itu memilih menatap lekat-lekat anak asuhnya. "Dan pasti,
ening Sheryl berkerut seolah sedang berpikir k
ngadu,"
mua yang terjadi pada Sheryl, pun respon yang anak itu dapat dari orang tuanya. Teruta
i lagi. Getar suara Sheryl berbeda. Ada nada kebohongan di sana, Kala bisa merasakan hal
ambutnya yang basah sudah cukup mengering. Seragamnya jug
erasa, semua yang terjadi pada Sheryl memiliki benang yang tertahut meski samar. Apa perbuatan Sheryl pada Anka, buah dari keadaan sang ana
irik ke arah nona muda yang kini asyik mel
sama
, mun
terhenti, yang artinya Sheryl mem-pause apa
engaruh oleh hal apa pun. Sorot matanya terlihat kecewa dan tak suka secara bersam
nta maaf ke Anka. Jangan paksa a
gga besar rasa ingin Kala untuk menarik sang nona muda dalam peluknya. Sekadar berbagi, semu
akan minta Non u
ja tanpa pamit. Kala sudah tak heran lagi. Ia hanya memperhatikan be
ekolah, Kala manfaatkan masa tersebut untuk mencari pekerjaan di laman pencarian kerja yang tersedia secara online. B
gat mengenai selembaran yang semalam Daru beri. Ada-ada saja memang majikannya ini. Padahal Kala sudah mulai terbiasa dengan do's a
depan pintu runag tunggu, anak itu sudah ada di sana. Wajahnya ter
" panggil Ka
beli baju re
i bekal yang tadi ia siapkan. Sebelah tangannya yang bebas ia gunakan untungusapnya pelan agar dingin yang tadi sempat menyapa, bisa segera mereda. Dirasa cukup, Kala menghentikan kegiata
eryl ad
mau beli b
nnya semalam Mbak sud
enang baru. Bisa, kan, enggak t