engan senyum kecil yang ia punya. Di depannya duduk pria yang mengenakan Polo sh
ria itu dengan sedikit bertopang dagu. Be
g membuat Kala bingung h
an kerja
paling membuat Kala k
ak a
usap ujung dagunya penuh pertimbangan. "Apa yang membuat kamu mau bekerja
jaan." Kala menja
sang lawan bicara menghela
sangat, kening pria itu berkerut. Mungkin pikirnya, tanp
nak?" tanya
detik sebelum Kala
anak-anak nilainya be
tak kalah cepat
, egois, banyak mau, tidak bisa diatur?" Daru
Kala tidak tahu apa ini sebuah jawaban yang s
ak ... Kal
otong Kal
h, egois, dan gampang merajuk. Tapi saya butuh bantuan untuk menjaga selama saya bekerja." Pria itu, yang tadi memperke
meneman
ya dulu, deh. Biar saya bi
u berdiri. Melangkah meninggalkan ruangan yang memang dised
di sana. Memainkan gadgetnya dalam diam. Sesekali rambutnya diusap le
pun menoleh ke arah sumber suara. "Ini c
tra Kala dengan sempurna. Definisi cantik sedari kecil layak disemat pada gadis berponi itu. K
n itu langsung dialihkan kembali dengan sempu
ini wanita paruh baya yang me
la,
beliau
eh. Ia hanya menjawab
rkenalan dengan anak
sar. Apalagi berhadapan dengan anak kecil. Namun, ia harap bisa melaluinya. Ia merapal satu kata, bismillah, sebelum melangkah. Merasa
sapa Ka
lok boneka langsung menatap layar tabletnya lagi. Tan
u kenala
enal nama aku, ya? Ken
us sudah. "Nama Mba
tarikan kecil di sudut bibirnya yang K
nama Non berart
Sheryl. Sheryl
*
nya. Tak bisa ditolak oleh Kala. Jadi, dua hari sejak kedatangan mereka, Kala ber
rkaca-kaca dari Risa, juga beberapa petuah dari ibunda Risa, pun pelu
akan menjemput Kala secara paksa. Tak peduli kalau harus ia harus menanggung akibatnya. Kala terkeke
enginginkan kriteria pengasuh untuk anaknya itu. Nyaris mendekati sempurna, kata Risa malam sebelum keberangkatan Kala. Wa
ala dari Risa. "Aku kay
atan, kok. Aku bakalan apply
inya memang merepotkan. Bagaimana tidak. Sepanjang perjalanan Kala hingga tiba di sini, berulang kali Daru mengirimkannya pesan. Mulai dari; nomor plat taksi onlin
mulai. Bel di ujung gerbang sudah Kala perhatikan sejak sekian menit lalu. Bismillah. Tak butuh waktu lama bagi
Mbak K
ebahu itu hanya me
Nina itu mengulurkan tangannya.
itu dengan hangat. Semoga,
k. Sudah di
bisa ia tenteng. Mulai memasuki rumah yang menurut Kala cukup mewah. Ketika pintu ukir kayu itu didorong pelan o
la sudah samp
lan dengannya, menyambut Kala dengan senyuman
a separuh, "Alhamdu
u, ya. Nanti Ibu ajak keliling
ah Kala mengikuti arah yang ditunjukkan oleh sang tuan rumah. Kal
Anna, Kala memperhatikan sekeliling. Rumah ini besar, terkesan mewah tapi dibuat dengan nuansa
kenalan, ya. Kebetulan Sari lagi belanja." Anna membuka satu
litas di dalamnya tersedia; TV, kipas angin, single bad, ju
akan. Akhir-akhir ini anak itu sulit sekali makan," keluh Anna namun kembali tersenyu
anti Kala se
terus terjaga. Semoga ia bisa bekerja dengan penuh tanggung