as aku d
p udara seban
utuh tas aku. Sepatu aku aja belum
mempercepat langkahnya menaiki tangga me
ibur semester genap. Ia mengecek sekali lagi kesiapan anak majikannya. Semalam dirinya sudah mengingatkan dan membantu Sheryl untuk memasu
tanya Kala yang sudah m
tam ada
diri sepatunya?" Anna menghela napas frustrasi. Cu
ak sempat. Bekal aku juga belum. Ya
i. Tapi senyum tetap harus ia tampilkan karena masih terus beradaptasi dengan bocah tujuh tahun ini.
bagi dirinya bukan mengenai adaptasi di rumah dua lantai
angai seorang Sheryl. Ia sudah bisa menduga hal itu sejak awal bicara dengan sang nona muda. Sekali
arunya itu. Ada rasa tak enak hati ketika menoleh ke arah Kala yang j
ngat-ingat sepatu Non S
di sekolah tiga puluh menit sebelum bel. Mendapati pengasuh barunya menarik p
ya
etelah drama panjang di pagi hari,
dah Mbak taruh di tas
. Jepit kecil disemat Kala pada kedua sisi kepalanya. Juga sedikit merapikan
ngantar ke mana pun nona mudanya pergi. Sedikit banyak Kala sudah dibagitahu Anna terkait semua jadwal dan ju
ni tak banyak bicara. Ada batas yang dibangun sosok cantik ini pada orang di sekitarnya. Kebanyakan Sh
ya sebagai pengasuh Sheryl. Dugaan Kala, gadis ini bersekolah bukan di tempat biasa. Mengingat banyaknya fasilitas yang diberikan pada
suki gerbang sekolah setelah memastikan tas sekolahnya tersampir di punggung. Kala yang m
*
ya basah dengan bercak merah di bagian dada. Wajahnya masam dan tidak ingin diganggu. Saat Kala menegurnya, Sh
sti ia laku
g cukup lenggang siang ini. Seharian menunggu Sheryl di sekolah cukup membuat Kala jenuh sebenarnya. Karena belum m
gak mau
diri ke belakang. Mencari akal agar anak itu mau bicara padanya. Dirinya merasa ada yang tak beres dengan She
bernarasi sendiri, sesekali ia melirik dari sudut matany
nggak seperti sekolah Non Sheryl yang bagus itu." Kala kembali me
. Lebih ke rasa takut, sih." Kala membuat suara cukup dramatis di akhir kalimatnya. "Mbak takut waktu itu. Takut kalau bercerita
ya cukup berhasil. Buktinya, Sheryl menatap ke
Mbak s
penasaran. Matanya sekarang m
sama Mb
ati. Kala berhadapan dengan anak tujuh tahun y
untuk bercerita,
ar umpannya, tinggal menunggu respon dari
aku," kata Sheryl pelan, teramat pelan sampai K
rsenyum