uk menghalangi jatuh cahaya ke puluhan orang yang berlalu di bawahnya. Ava berjalan dengan takut-takut, menghindari akar gantung yang menjunta
ntuk menggantikan Pak De kerja bakti membersihkan areal Pura Dalem, yakni tempat peribadatan yang te
hingga menyisakan bade -sarkofagus wadah jenazah-, dan pelepah pisang yang tak habis terbakar, dibiarkan teronggok begitu saja di antara rerumputan yang meni
as sekali Ava tampak ragu-ragu membaurkan diri. Ava takut kejadian sep
seorang bapak-bapak yang mengena
ernyata para warga
ia tahu inggih di sini dan d
kata seorang lag
am =
gerti artinya, Kadek menjelaska
nya cuma Islam KTP. Ava agak takut, takut
partai itu berkata, "di sini orang Selam dengan o
Braya =
Raja Demak, juga para pedagang Muslim yang menjalin hubungan denga
akrab sambil bersih-bersih, samp
engayun-ayunkan arit tümpül-nya, butuh sedikit tena
ggak pernah nonton FTV aja!" Kadek sepertinya sengaja menggoda Ava, dengan menjelaskan bahwa perci
asal-asalan sehingga tak sedikitpun rumput itu terpotong.
k sendiri," kata Kadek bagai acuh tak acuh.
gan kerikil. Kadek men
ggi, nanti jatuhnya sakit
n Ava tak tahu persis apa. Semenjak ia menjejakkan kaki di Pulau Dewata, tak sedikit hal yang mengganggu perasaan Ava dan dirinya bahkan
Ava berdehem, "tentang kak
oknya jangan sekali-kali kamu ungkit-ungkit masalah kakak
nap
andangan mengawang, merunuti satu-persatu al
makaman tersebut, jatuh menjadi larik-larik cahaya yang merupa tirai bagi sebüȧh
= = = = =
ak De terdiri dari 4 orang. Pak De, Juli
diri keturunan bangsawan, seorang tuan tanah yang memiliki berhektar-hektar perkebunan cengkeh dan kopi. Oleh beliau, Pak De disekolahkan di The Art Institute of New York. Di sinila
; Affandi, Basuki Abdullah, sampai akhirnya Pak De dan Julia menetap di Ubud dan berguru pa
a menguasai teknik menggambar perspektif yang biasanya menjadi mata pelajaran SMA, bahkan mahasiswa seni rupa. Menginjak rema
kanvas menemani ibunya. Kadang masih mengenakan secarik selendang yang disampirkan di kėwȧnïtȧȧn, kadang malah tanpa büsȧnȧ sėhėlȧïpun, seperti la
kan di kancah seni rupa Indonesia, bahkan Mancanegara. Beliau mulai diundang sebagai pembicara dan pemateri di kampus-kampus menter
. Namun, mȧnüsia terkadang lupa. Kebahagian, kesedihan, hanyalah roda
l..." ujar Kadek getir, menutup ceritanya. "Aku juga sedih, Va... semen
takut-takut Ava bertanya.
r 2002," d
tanah air, pasti akan langsung mengetahui persis apa yang terjadi di pulau Dewata pada tanggal tersebut. Kemarahan Indi
sam