a rikuh dan mulai jengah atas reaksi yang terjadi di bawah perut masing-masing. Sebenarnya bisa saja salah satunya mengalah da
ru air terjun yang mengiringi degub jantung keduanya yang saling bersusulan. I
l be... will be..., batin Ind
ngatupkan mata, membiarkan cahaya yang mengambil peranan dengan menyisakan jejak berkilat-kilat nan erotis di lekuk-lekuk tubuh belianya. Tanpa disadari bahkan oleh dirinya sendiri, Indira semakin terhanyut oleh arus birahin
onton, Indira seolah sengaja meraupkan buih ke payudaranya, dan mengusap-usap benda kenyal di dadanya dalam gerakan memutar, malah cenderung ke arah meremas karena diselingi gerakan memilin puting di sela-sela jari! Seolah disengaja
isa melihat lubang anal Indira yang mungil dan berwarna pink, serta bukit kewanitaan yang menggunduk tanpa bulu. Jari-jari lentik Indira bergerak dengan telaten membalurkan sabu
mengejan dengan ekspresi kesakitan ketika kewanitaannya mulai disusupi s
n diri, namun tindakan Indira membuatnya tak kuasa
awah permukaan air. Hal ini menimbulkan senyum sensual tersungging di bibir sang ga
ungkinkan Indira lebih jelas melihat kejantanan berurat yang sedang diremas-remasnya
tnya naik turun seiring gerakan tangannya yang kian cepat, mengurut-meremas batang berurat yang di ujungnya sudah dilelehi cairan precum
tutnya tak lagi mampu menopang berat tubuhnya. Remaja blasteran itu hanya bisa tersungkur di atas batu, menumpu pada kedua siku dalam posisi menungging, memamerkan l
a menyetubuhinya dalam posisi menungging, rambutnya dijambak dan payudara mungilnya diremas-remas kasar dari belakang. "Ava... sshhhhh... kontol
rada di ubun-ubun. Puncak Indira ditandai dengan semburan cairan cinta yang menyemprot kencang
UUUUNGGGHHH....
sekuat-kuatnya, dan otot-otot tubuh telanjangnya menggigil hebat dan mengejang tak terkendali. Pantat mungil remaja itu melejang-lejang disertai lelehan cairan yang tak henti menyembur, menyertai badai orgasmenya yang panjang nikmat. Hingga akh
n tertahan keluar dari kerongkokan Ava ketika puncak kenikmatannya datang bak ombak yang bergulung-gulung. Sesaat kemudian pantat berotot itu mengejang berkali-kali, diikuti c
hi lembah sungai yang beranjak terang. Tawa Ava terdengar menyertai. Sepertinya tak akan ada yang berkebe
hui permainan kecilnya ini, namun belum pernah ia merasa sehidup ini setelah kematian i
encubit pantat Ava, ketika mereka sama-s
uluan! Udah untung k
embasuh wajahnya yang mas
memang ka
il di hadapannya itu, tidak tega ra
k sama Kadek, ya..
ang jangan bi
mbil mengulurkan ke
ntap sambil mengaitkan k
ah semua yang terjadi sebelumnya. Ava dan Indira tak lagi rikuh saling menyembunyikan tubuh mereka yang tak tertutup sehela
ya. Indira bercerita bahwa dulu sewaktu kecil, ibunya selalu mengajaknya bermain di sini. Hanya di tempat ini Indira bisa menemukan suaka kecil, sebüȧh Paradiso di mana ia mas
hu, semenjak Ava tinggal di rumahnya, hidupnya menjadi lebih berwarna dengan kehadiran makhluk brewok itu, tapi
Ava sambil terkekeh-kekeh. "Enak, ya..." Indira be
ken
kayak Ava hehehe... ada nyebelinny
ar-benar pagi. Di tempat sepi itu cuma ada mereka berdua dan deru air terjun yang mengiringi degub jantung kedu
ratur dan monoton menjadi sebüȧh sistem yang serba chaos... namun juga... h
ak, bibir Ava hampir menyentuh bibirnya sa
" Indira te
nap
manya I
he.
tahu nama lengkapmu
k, co
ehe.... " Indira mengekeh jenaka, sambil melingkarkan lengannya di
engge
Vrak
i. "Mustava Ibrȧhï
atanya memicing ke arah Ava, tatapan yang tad
nap
uma brewokmu aja,
ah
yang Ava sendiri tak mengerti musababnya. Indira mengambil pȧkȧïȧn dan
gerti, ia hobi mengoleksi bokep dan tidak pernah bergabung dalam
lkan sepi dan resah yang menggelayut
sam