Zahra melayani Fauzan dengan sangat baik. Ia menarik kursi untuk suaminya, lant
g dari Zahra. "Kamu makanlah," lanjut Fau
ya di sana. Sementara Rani, setelah menat
sungkan. Mulai sekarang kamu adalah bagian
sambil tersenyum. Lalu kemudia
n mulutnya tetiba saja terhenti. Rasa rendang
ah mengapa sekarang ia jadi sulit untuk menelan makanannya. Rasa ren
undak Fauzan hingga memb
nya tidak enak?" tanya Zahra
untuk tersenyum. Semua mata tertuju padan
sangat enak. Rani pin
merapatkan bibirnya, karena ta
balas menatap Fauzan d
t dengan rasa rendang buatan
akan hal yang sa
sa tahu kalau R
ya penasaran. Sebab saat ini mereka
alu kemudian ia berdeham untuk membasah
sama di rumahku. Dan Rani selalu me
sayang? Dia memang pintar masak sejak kecil. Tapi aku tidak tahu kalau kamu juga suka memasak. Wah sepertinya.
asak, Zahra. Selain kebutuhan batin, mengenyangka
ng memanyunk
aku akan sering meminta Rani menginap di rumah saja. Biar aku b
erutkan keningnya sambil menyodorkan air minum pada Fauzan. Sedangkan Rani m
a, ya?" tanya Zahra bingung. Ia mena
am hati. 'Jika Rani sering menginap di rumahku, perutku
ibu. Sepertinya aku sedikit berbeda pendapat. Aku tidak akan memaksa istriku untuk pintar memasak. Kalau kamu mau, kamu bisa b
s dengan urusan dapur. Ia sudah terbiasa di
a istrinya," ucap ibu pada Zahra. "Ibu harap nanti Rani juga mendapatkan
nya. Sementara Fauzan menga
rus menikah, Rani. Tidak mungkin anak bungsu ayah ini akan
u. Fauzan juga tanpa sadar mengulum senyum kecilnya. Baginya,
*
mandi. Ternyata berdiri terus di acara resepsi membuatnya sedikit kele
duk yang melilit di pinggangnya. Namun ia terkejut saat mendapati Z
a. Sekamar dengan wanita yang tidak ia cintai. Sedangkan
memberitahu. "Ini aku siapkan baju tidur untukmu." Zahra menyodorkan st
akasih. Emhh.. aku akan ganti baju dulu," ucap Fauzan
a. "Baiklah. Aku paham. Mungkin kamu masih malu untuk berpaka
ng tertahan. Sedangkan Fauzan meremas baju tidur di
dengan rapat, Fauzan meng
ana? Aku tidak mau menyakiti hati Zahra. Tapi aku juga belum siap
ang suami. Dan malam ini adalah malam pertama mereka. Tidak m
kan membuat hat
ggupi untuk menikahi Zahra? Jadi aku harus menerima segala konsekuensinya
n merasa seperti orang bodoh sekarang ini, ia s
tuskan untuk segera berpakaian. Ia takut Zahra k
tu. Zahra yang sedang duduk di tepi tempat
ajak Zahra menarik tan
gir ranjang. Fauzan memerhatikan tangan Zahra yang meraih gelas beris
n segelas susu untukmu," kata
n sebelah alis yang terangkat.
susu. Biasanya aku hanya minu
in. Terlalu sering mengonsumsi keduanya tidak baik bagi tubuh dan bisa membuatmu terjaga di malam hari. Jadi
at, lalu kemudian ia mengang
Aku akan m
h. Ia senang saat Fauzan menerima gelas dari tangannya. Sebe
n memberikan kembali
ya? Enak?" tanya
ab dengan ang
u itu di atas nakas. Lalu ia menggeser duduk
an napas. Detak jantungnya mungkin biasa
Zahra, ingin rasanya Fauzan m
ya, Fauzan?" tanya Zahr
an mencoba memba
Kamarnya sa
nga mawar dimana-mana.. Lampu-lampu hiasnya.. belum lagi gaun ini." Zahra menyentuh gaun malamnya yang berwa
ar melihat betapa kerasnya usaha Rani me
saat sedang menyiapkan kamar pengantin untu