Alfa.
ada hari tanpa belajar, belajar apa saja. Dari kitab, pencak silat, karate, ceramah, dan b
eh. Tapi lebih pada takut pada kemarahan dan kekecewaan aby.
it lebih santai. Dalam arti, jika capek mereka istirahat, jika mereka lagi malas, mereka bisa tiduran,
ahir atau hapal, maka aku akan tetap me
hidup di dunia hanya sementara, semua keindahan dan ke
dah dan ibadah. Dan apapun yang kamu lakuk
, jika aku malas belajar atau nangis
rti robot. Di mana, aku selalu merasa asing, di manapun aku berada. Bahkan aku merasa tak percaya di
aka aku akan mencurahkannya, melalui tulisan. Semua keluh kesahku sebagai anak, aku cur
it-dikit ditulis, tak bisa jauh dari buku diary, apa-apa tertuang di buku diary, tapi aku tak peduli. Biarlah
galamanku, tanpa ada yang tau dan mengatakan, bahwa itu salah. Bahkan
i, saat menuangkan semuanya melalui tulisan,
t, seolah figur yang aku buat, adalah kha
au jika aby adalah salah satu donatur tetap di situ
ya sesekali mendengar cerita tentang
universitas di luar kota, lebih tepatnya di kota J. Bukan ingin menghin
laki-laki harus bisa menghadapi ,dan melalui u
ku pergi. Meninggalkan kota kelahiranku, juga me
ilah a
ku tinggal di sebuah apartemen, yang tadinya merup
mengalir. Datar, tak ada gelombang, tak ada riak
temanku, pada seorang gadis. Ia salah satu mahasiswi di kampusku, deng
yang sibuk dengan kesendirianku, yang hanya berteman tinta dan kertas. Y
dekat denganku, tapi aku justru mer
ama Andin?" tanya temanku Hendra, dan
a agama melarang pacaran, pikirku saat itu. Hehe.... Mungkin karena di pesantre
ok bisa nggak tau arti kata tertarik, si
aran...?" tanya
k! Ya iyalah pacaran, B
u, ya mana aku terima "Nama aku Alfa kali, He
ri planet mana, sih? Kok bisa-b
t bumi! Kenapa..
i'un! Kenapa sih, Allah ciptaka
aku tak mau bertanya lagi, menurutku mungkin aja Hendra sedang belajar pentas seni, kare
meninggalkan Hendra yang m
ergi tuh bocah!" ucap Hendra yang mas
a orang yang lagi erorr. Apalagi, bicara tentang
perti ini, aku belum merasakan
atau karena apa, aku tak tau. Yang jelas, hatiku