sedihan. Aku tau, pasti ada sesuatu yang terjadi pada diriku, hingga ayah sepert
mpaikan Dokter?" tanya ibu,
baik-baik aja, 'kan Yah?"
anya melihat kesedihan mereka. Tapi aku
emudian ayah membawa ibu
tahuinya? Aku mohon padamu, hilangkan kesedihan dari hati mereka
lahan kedua orangtuaku, dan jika aku menjadi penyebab kesedihan
dah menangis, entah mengapa saat ini begitu rapuh. Enta
Kulihat kelopak mata ibu membengkak,
nyebab suatu kematian. Dan kematian, bukanlah sesuatu yang
tak pernah takut mati. Tapi aku hanya ingin, diberi
untuk melakukan penanganan, sampai akhirnya aku diperbolehkan pul
yang tau tentang penyakitku, selain daripada salah satu kakak seniorku. Di
lagi aku tetap tak bisa berkata terbuka kepadanya. Hanya kebahagiaanku yang kubagikan ber
dia anak kedua dari bawah. Entah mengapa, saat dekat dengannya, aku m
an berbagai kesalahan, dengan melakukan apa ya
n cara marah, atau menghukumku, dengan cara tak menyapaku.
rakurikuler sekolah. Karena itu pula, akupun akhirnya mengikuti s
ng ke rumah ayah, setiap libur sekolah
a, yang hobi mengorientasi, apalagi menghukum para junio
urku lebih kepada takut perhat
annya, sekitar empat atau lima orang, y
walau tak seakrab kak Haryati,
i kamar kak Aisyah. Karena saat itu, teman satu kamar kak
syah, tapi ia menjagaku dan merawatku dengan penuh pe
la, aku mendapat informasi bahwa ibuku masuk Rumah
ada kak Haryati untuk ke Rumah Sakit
berhutang budi pada ibu, nekat kabu
n memintanya untuk membelikanku bubur, di
agar mereka tak mengkhawatirkanku tapi kepalaku begitu sak
un cuma satu malam aku dirawatnya, tapi sangat berkesan bag
langkah yang terasa sangat berat saat kuayunkan, kutempuh jarak yang
u hentikan salah satu angkot, dan akupun pergi dengan perasaan l
di Rumah Sakit, bukan ibuku yang dirawat, tapi justru salah satu abangk
jahitan di kepala, yang menyebabkan ia mengal
ang dari awal sudah melemah, kembali drop. Penyakit yan
ku dirawat, sampai kondisiku pulih
arena pada masa itu, belum ada ansuransi seperti saat ini.
sakitnya, karena seolah kepalaku tak lagi ada rasa, semuanya terasa seper
ia menagis, membuat aku merasa terharu. Konyolnya, aku bahkan merasa
terasa dua tahun terlewati, saat ini aku berada
ak menyukai jurusan ini, yang identik dengan lumpur dan kerja berat. Tapi sudahlah,
ng sesungguhnya. Di mana aku mengenal cinta, dengan seseorang
u kami pacaran hanya mengandalkan waktu curi-curi dari asrama, yang kami atur sen
hal yang sama, bahkan teman satu angkatanku juga banyak yang pacaran,
tetap dijalani. Padahal aku tau pacaran itu dilarang,
arang dalam agamaku. Tapi seperti yang aku bil
aku juga tau aturan agamaku, walau tak banyak, hehehe..
Haryati, yang mana tak ada lagi yang memanta
ngat belajar. Hilang semua cita-citaku. Yang kumau hanya kak H
isa bermanja, atau melakukan kesalahan, yang ujung-ujungnya dim
alani kegiatan magang. Ya kalian tau sendiri, sekolahku a
aryati, yang saat itu sudah menjadi seorang mahas
an diberi jarak akan kedekatanku dengan mbak Nisa, lalu ditinggal kak H
ekanakan. Sementara, saat inu usia
bih tepatnya kurang kasih sayang saudara. Mungkin akan berbeda, jika
asi rumit, keluargaku. Atau, karena aku yang tak pernah, merasak
an bertindak dewasa dari usiaku. Tapi jika mengenai
harap bisa bercengkerama dan bercanda
k khusus menemuiku, tapi lebih kepad
ng hanya memandangnya dari kejauhan, hanya bisa melihat se
yahku saja tak menganggap aku saudara, apalagi
normal-normal saja, walau beda keyakinan, aku dan dia tetap san
ampingku, saat kami duduk d
eo, nampak ia sedang berpik
a kamu setuju?" ucap L