"Kau harus membayar utangmu sekarang juga," desis Lucas, matanya dingin seperti es. Flora terpaku, tak bergeming, dadanya sesak. Hutang? Hutang apa? Sebuah perjanjian hutang antara mendiang orang tua Flora dengan Lucas, yang kini berakhir mengikat Flora dengan pria yang baru dikenalnya malam ini di pesta lajang sahabatnya. Menjerumuskannya dalam lingkaran neraka. Flora tak pernah tahu orang tuanya berhutang pada seorang pria kejam, berusia lima belas tahun lebih tua darinya, pemilik Perusahaan Blackwood tempatnya magang sebagai staf marketing. Lucas, pria yang tak kenal ampun, menuntut pembayaran detik itu juga. "Jika kau tidak bisa bayar nominal utangnya, tubuhmu untukku malam ini!" tegas Lucas, menarik tangan Flora masuk ke kamar hotel.
Malam itu, Flora melangkah pelan memasuki ruangan yang dipenuhi suara tawa dan musik keras. Pesta lajang untuk sahabatnya, Zeanne, sedang berlangsung dengan meriah. Flora sebenarnya bukan tipe gadis yang suka keramaian seperti ini, tetapi demi menghormati Zeanne, dia datang juga.
Zeanne, yang mengenakan gaun merah mencolok, segera melihat Flora dan melambai dengan antusias. "Flora! Akhirnya kamu datang juga!" serunya sambil berjalan cepat ke arahnya.
Flora tersenyum tipis. "Iya, aku datang. Aku nggak mungkin melewatkan acara penting ini buatmu."
Zeanne memeluknya erat, "Aku tahu ini bukan acara yang kamu suka, tapi aku senang banget kamu bisa di sini. Kamu tahu, pesta ini nggak akan lengkap tanpa sahabat terbaikku."
Flora tersenyum lagi, kali ini lebih tulus. "Kamu memang tahu aku nggak nyaman di tempat ramai seperti ini, tapi demi kamu, Ze, aku akan bertahan."
Zeanne tertawa lepas. "Kamu selalu begitu, Flora. Selalu ada buatku, meskipun terkadang aku minta hal-hal yang aneh."
Flora menatap Zeanne, melihat betapa bahagianya sahabatnya itu. Meskipun pesta ini bukan dunianya, Flora merasa senang bisa ada di sana, bersama Zeanne di momen penting hidupnya. "Yang penting kamu bahagia, Ze. Itu yang paling penting buatku."
Zeanne mengangguk, lalu menarik Flora ke tengah kerumunan. "Ayo, mari kita buat malam ini jadi malam yang nggak akan terlupakan!"
Zeanne menarik tangan Flora dengan semangat, membawa sahabatnya itu menuju tengah ballroom yang luas, dihiasi lampu kristal yang berkilauan. Mereka berada di salah satu hotel paling megah di pusat kota, tempat pesta itu digelar dengan segala kemewahannya.
Flora memandangi sekeliling, sangat terpesona oleh gemerlap cahaya dan dekorasi yang tampak elegan, tetapi suasana pesta yang hingar-bingar tetap membuatnya sedikit gelisah.
Suara dentuman musik berdentam keras, seolah memantul dari dinding-dinding ballroom. Aroma alkohol yang menyengat perlahan memenuhi udara, bercampur dengan parfum mahal para tamu.
Flora mencoba bersikap tenang, meski jelas ini bukan dunia yang ia kenal. Dia hanya ingin malam ini cepat berlalu, demi bisa mendukung Zeanne yang sedang menikmati momen spesialnya.
Tanpa terlalu memikirkan, Flora meraih sebuah gelas dari nampan yang dipegang oleh seorang pelayan yang melintas. Matanya masih teralihkan oleh Zeanne yang tertawa bersama teman-teman lain, jadi dia tak terlalu memerhatikan minuman apa yang sedang ia pegang.
Dalam sekejap, Flora menenggak isinya. Cairan dingin itu mengalir dengan lancar, tetapi sedikit rasa asam di akhir membuatnya tersadar.
Flora menurunkan gelasnya perlahan, dan baru menyadari bahwa ia baru saja meminum segelas wine.
"Aduh," bisiknya pelan pada dirinya sendiri.
Dia bukan peminum, dan fakta bahwa dia tanpa sengaja menenggak alkohol membuatnya sedikit panik.
Namun Zeanne terlalu sibuk menikmati pesta untuk menyadari apa yang baru saja terjadi. Flora menatap gelas kosong di tangannya, berpikir apa yang seharusnya ia lakukan selanjutnya.
"Flora, ayo ikut dansa!" teriak Zeanne yang tiba-tiba muncul di hadapannya.
Flora menggelengkan kepala dengan lembut, mencoba menolak ajakan Zeanne. "Aku nggak bisa, Ze, rasanya kepalaku mulai pusing," katanya, suaranya nyaris tenggelam dalam dentuman musik.
Namun, Zeanne tak menyerah. Dengan senyum lebar, dia tetap menggandeng tangan Flora, menyeretnya ke tengah kerumunan yang semakin ramai.
"Ayolah, cuma sebentar!" Zeanne berseru, tak menyadari perubahan pada sahabatnya.
Flora berusaha mengikuti, tapi setiap langkah yang ia ambil terasa semakin berat. Pandangannya mulai kabur, lampu-lampu di ballroom yang berkilauan tampak berputar-putar di sekelilingnya. Kepalanya berkunang-kunang, dan suara tawa serta musik tiba-tiba terdengar semakin jauh, seperti dari ujung terowongan.
Dia mencoba menarik napas dalam-dalam, tapi tubuhnya mulai kehilangan keseimbangan. "Ze ... aku-" Sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya, tubuhnya limbung, dan dia hampir terjatuh.
Namun, tepat pada saat itu, Flora merasa tubuhnya tertahan oleh sesuatu yang kuat. Seseorang telah menangkapnya sebelum dia terjatuh ke lantai.
Flora membuka mata yang berat dan menatap ke atas, hanya untuk menemukan dirinya bersandar pada dada seseorang-seseorang dengan tubuh kekar yang tidak ia kenali.
"Kau baik-baik saja?" tanya suara bariton yang terasa asing di telinganya.
Flora mencoba menjawab, tapi kepalanya semakin berputar. Dia tidak tahu siapa pria itu, tetapi rasa aman yang tiba-tiba muncul dari genggaman erat di punggungnya membuatnya sedikit tenang di tengah kekacauan.
Zeanne, yang baru menyadari situasi sahabatnya, bergegas menangkup kedua pipi Flora dengan wajah panik.
"Flora! Astaga, apa yang terjadi?" Zeanne berjongkok di samping Flora, matanya terbelalak khawatir.
Pria yang menahan Flora dengan hati-hati membantunya duduk di kursi terdekat. "Dia butuh air dan udara segar," kata pria itu dengan tenang.
Flora hanya bisa mengangguk pelan, mencoba menenangkan diri di tengah rasa pusing yang masih menguasai tubuhnya. "Aku tadi nggak sengaja minum wine, Ze."
Pria berwajah khas Eropa itu menatap Zeanne dengan penuh keseriusan, lalu berkata, "Aku akan membawa dia keluar untuk mendapatkan udara segar. Dia butuh istirahat." Nada suaranya tenang dan meyakinkan, membuat Zeanne sedikit lega di tengah kepanikannya.
Zeanne melihat pria itu, mencoba mencari tanda-tanda yang mencurigakan, tetapi ia terlihat sangat percaya diri dan meyakinkan.
Selain itu, Zeanne yakin, tidak mungkin ada penyusup di pesta yang diadakan di lingkaran kalangan kelas atas ini. Semuanya sudah diatur dengan ketat, dan tamu-tamu yang hadir adalah orang-orang yang dikenal baik.
Dengan satu helaan napas, Zeanne mengangguk.
"Baiklah, tapi tolong pastikan dia baik-baik saja. Aku percaya padamu," kata Zeanne sambil mengelus punggung Flora yang masih terkulai lemah.
Pria itu mengangguk tanpa banyak bicara lagi, lalu dengan cekatan mengangkat Flora dalam gendongannya, tubuhnya yang kekar dengan mudah menahan berat tubuh Flora yang terlihat semakin lemas.
Dia membawa Flora keluar dari ballroom dengan langkah pasti, seakan tahu persis ke mana tujuannya. Di luar ballroom, suara dentuman musik dan gemerlap lampu semakin redup, tergantikan oleh dinginnya angin malam.
Tak ada yang memperhatikan saat pria itu melangkah ke arah parkiran hotel. Tanpa sedikitpun keraguan, ia menuju sebuah mobil mewah yang terparkir di sudut. Ketika pintu mobil terbuka, Flora, yang setengah sadar, mendapati dirinya dengan cepat dipindahkan ke dalam mobil oleh pria tersebut. Ia mencoba berkata sesuatu, tapi bibirnya terlalu berat untuk bergerak.
Pria itu duduk di kursi pengemudi, memandang Flora yang masih dalam keadaan setengah sadar melalui cermin spion. Dengan satu gerakan halus, tangannya menyalakan mesin, dan mobil itu melaju perlahan keluar dari area hotel.
Tidak ada yang tahu ke mana tujuan pria itu, dan tak ada seorang pun yang menyadari bahwa Flora telah dibawa pergi jauh.
Mobil melesat dengan cepat, meninggalkan area hotel mewah.
"Kau sudah ada dalam genggamanku malam ini!" batin pria misterius itu.
Dunia Isabella Moretti hancur dalam satu malam. Orang tuanya tewas di tangan Lorenzo Ricciardi, mafia paling berbahaya sekaligus pria paling kejam di dunia. Namun, ketika tiba giliran Isabella untuk menemui ajalnya, Lorenzo malah membiarkannya hidup, tapi sebagai tawanan pribadinya. Lorenzo adalah pria yang menguasai dunia bawah tanah dengan kekejaman tanpa batas. Namun, di balik tatapan dinginnya, ada sisi lembut yang hanya bisa dilihat oleh Isabella. Saat kebencian berubah menjadi gairah cinta, Isabella sadar tak akan bisa lepas dari dekapan mafia kejam itu. Sayangnya, Lorenzo tidak tahu bahwa Isabella menyimpan rencana balas dendam untuk kematian keluarganya. Hingga akhirnya ia mendapati dirinya hamil, membawa benih dari pria yang paling ia benci sekaligus pria yang mulai ia cintai. Dapatkah Isabella melanjutkan dendamnya, ataukah ia akan menyerah pada cinta sang iblis tampan? Dan saat Lorenzo menghadapi pilihan antara kekuasaannya dan wanita yang mencuri hatinya, akankah ia tetap menjadi raja tanpa hati, atau menyerah pada pesona Isabella?
Nadia ingin memberi kejutan kepada tunangannya, Raka, di hari ulang tahun pria itu. Namun, ia malah dibuat terkejut saat memergoki Raka tengah bergumul satu selimut dengan sang Kakak, Tania. Hal itu membuat Nadia kecewa, hingga berimbas gagalnya acara pernikahan yang akan digelar tiga hari lagi. Nadia terusir dari rumah, ia pergi menemui Kakak Iparnya, Darren, yang tengah bekerja di luar kota untuk menunjukkan rekaman perselingkuhan Raka dan Tania. Dua insan korban pengkhianatan itu memutuskan bekerjasama untuk membalas dendam. Namun, siapa yang tahu kedekatan mereka menghadirkan rasa nyaman? Lantas, bagaimana dengan rencana balas dendam itu? Akankah mereka berhasil, atau malah terjebak dalam hubungan cinta yang rumit?
"Maaf, Ning. Saya menikahimu karena perintah dari Abah dan Umik, bukan atas niat saya sendiri. Jadi, izinkan saya menata hati dulu agar bisa menerima takdir ini." —Aaraf Ibrahim— Perjodohan di dunia pesantren memang sudah tidak asing lagi, seperti yang dialami oleh Kayshilla Chandra dan Aaraf Ibrahim. Kedua insan yang sama-sama asing dan hanya bertemu saat hari akad itu harus berjuang mempertahankan rumah tangga yang mereka bina. Kesabaran Kayshilla terus teruji setiap hari, hingga ia tahu ada nama perempuan lain di hati suaminya. "Jika sainganku adalah perempuan lain? Apakah aku bisa merebut hati suamiku?" —Kayshilla Chandra—
Azriya Aurora terpaksa menikah dengan Gavriel Erlando lantaran wasiat dari mendiang sahabatnya — Kartika, bahkan ia harus menjadi ibu sambung untuk kedua putra Kartika. Azriya menanggung beban membongkar misteri di dalam Keluarga Erlando. Mertuanya selalu berusaha menyingkirkannya, hingga ia harus terusir dari rumah karena sebuah fitnah. Anak sambungnya membencinya karena ia dinilai telah membunuh Kartika, hingga suatu ketika ia tahu kakak iparnya juga berperan dalam kemalangannya di Rumah Besar Erlando. Siapa sebenarnya yang jahat? Sanggupkah Azriya bertahan dalam bahtera rumah tangganya? Ataukah ia akan menyerah dalam pernikahan ini?
Bagaimana jadinya ketika kamu dipertemukan dengan orang yang dicintai sejak kecil setelah berpisah selama dua puluh tahun dengan keadaan berbeda, pola pikir berbeda, dan tentunya dengan paras berbeda? Mengharapkan kepulangan seseorang yang telah ditunggunya selama dua puluh tahun, tetapi tak kunjung jua telah membuat hati Melisa mati rasa. Kendati begitu, dia mencoba membuka diri untuk cinta yang lain, hingga harus terjebak dengan laki-laki yang hanya mengincar hartanya. Sampai saat dipertemukan dengan cinta masa kecilnya, cobaan datang bertubi-tubi. Memendam kerinduan di negeri seberang membuat kondisi Rommy semakin terpuruk. Luka perpisahan yang dia tanggung sendiri mampu mengubahnya menjadi sosok perkasa dan idaman wanita, tetapi tidak dengan cinta masa kecilnya yang menolak ajakannya untuk menikah. Lalu bagaimana jadinya saat Melisa tahu bahwa ia telah di jodohkan dengan Rommy sedari kecil? Akankah takdir cinta memihak untuk keduanya bersatu?
Cerita ini banyak adegan panas, Mohon Bijak dalam membaca. ‼️ Menceritakan seorang majikan yang tergoda oleh kecantikan pembantunya, hingga akhirnya mereka berdua bertukar keringat.
Amy tidak menyangka suaminya yang sangat dia cintai dan percayai selama bertahun-tahun akan berselingkuh dengan berhubungan seks dengan sekretarisnya. Ketika dia menghadapinya, dia dan sekretarisnya mengejek dan mengejeknya, mereka memanggilnya mandul, lagipula, dia tidak mengandung selama tiga tahun terakhir bahwa dia telah menikah dengan suaminya, Callan. Sangat Patah Hati, dia mengajukan gugatan cerai dan pergi ke klub, dia memilih gigolo acak, melakukan one night stand dengannya, membayarnya dan menghilang ke kota kecil. Dia kembali ke negara itu enam tahun kemudian dengan tiga anak laki-laki imut yang identik dan tiga gadis imut yang identik dengan usia yang sama. Dia menetap dan mendapat pekerjaan tetapi segera mengetahui bahwa CEO-nya adalah gigolo yang dia berhubungan seks enam tahun lalu di klub. Apakah dia bisa menyembunyikan enam imut kecilnya dari CEO-nya, yang kebetulan adalah pria paling berkuasa di NorthHill dan dianggap tidak subur? Bisakah Amy dan pria paling berkuasa di NorthHill bergaul mengingat kesenjangan sosial di antara mereka.
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Rumornya, Laskar menikah dengan wanita tidak menarik yang tidak memiliki latar belakang apa pun. Selama tiga tahun mereka bersama, dia tetap bersikap dingin dan menjauhi Bella, yang bertahan dalam diam. Cintanya pada Laskar memaksanya untuk mengorbankan harga diri dan mimpinya. Ketika cinta sejati Laskar muncul kembali, Bella menyadari bahwa pernikahan mereka sejak awal hanyalah tipuan, sebuah taktik untuk menyelamatkan nyawa wanita lain. Dia menandatangani surat perjanjian perceraian dan pergi. Tiga tahun kemudian, Bella kembali sebagai ahli bedah dan maestro piano. Merasa menyesal, Laskar mengejarnya di tengah hujan dan memeluknya dengan erat. "Kamu milikku, Bella."
Setelah tiga tahun menikah, Becky akhirnya bercerai dengan suaminya, Rory Arsenio. Pria itu tidak pernah mencintainya. Dia mencintai wanita lain dan wanita itu adalah kakak iparnya, Berline. Suatu hari, sebuah kecelakaan terjadi dan Becky dituduh bertanggung jawab atas keguguran Berline. Seluruh keluarga Arsenio menolak untuk mendengarkan penjelasannya, dan mengutuknya sebagai wanita yang kejam dan jahat hati. Rory bahkan memaksanya untuk membuat pilihan: berlutut di depan Berline untuk meminta maaf, atau menceraikannya. Yang mengejutkan semua orang, Becky memilih yang terakhir. Setelah perceraian itu, Keluarga Arsenio baru mengetahui bahwa wanita yang mereka anggap kejam dan materialistis itu sebenarnya adalah pewaris keluarga super kaya. Rory juga menyadari bahwa mantan istrinya sebenarnya menawan, cantik, dan percaya diri dan dia jatuh cinta padanya. Tapi semuanya sudah terlambat, mantan istrinya tidak mencintainya lagi .... Namun, Rory tidak menyerah dan tetap berusaha memenangkan hati Becky. Apakah Becky akan goyah dan kembali ke sisinya? Atau akankah pria lain masuk ke dalam hatinya?