Nadia ingin memberi kejutan kepada tunangannya, Raka, di hari ulang tahun pria itu. Namun, ia malah dibuat terkejut saat memergoki Raka tengah bergumul satu selimut dengan sang Kakak, Tania. Hal itu membuat Nadia kecewa, hingga berimbas gagalnya acara pernikahan yang akan digelar tiga hari lagi. Nadia terusir dari rumah, ia pergi menemui Kakak Iparnya, Darren, yang tengah bekerja di luar kota untuk menunjukkan rekaman perselingkuhan Raka dan Tania. Dua insan korban pengkhianatan itu memutuskan bekerjasama untuk membalas dendam. Namun, siapa yang tahu kedekatan mereka menghadirkan rasa nyaman? Lantas, bagaimana dengan rencana balas dendam itu? Akankah mereka berhasil, atau malah terjebak dalam hubungan cinta yang rumit?
"Pasti Raka suka sama hadiah yang ku bawa," gumam Nadia, wanita cantik berusia 22 tahun pemilik iris coklat itu tengah membawa kue di tangan kanannya dan sebuah paper bag berwarna biru di tangan kirinya.
Kaki jenjangnya berhenti di depan apartemen Raka, ia hendak memberikan kejutan karena hari ini ulang tahun sang calon suami.
Nadia menempelkan kartu akses khusus, ia mendapatkannya dari Raka. Bola matanya mengedar saat baru saja membuka pintu unit. Senyumnya semakin lebar saat mendapati kamar ini sepi.
"Aku akan bersembunyi di lemari."
Lemari berukuran besar itu muat oleh tubuhnya, dari sini ia bisa mengawasi situasi di luar lewat celah kecil.
"Semoga Raka nggak lama, aku takut kuenya leleh," bisik Nadia.
Tidak seberapa lama kemudian ia mendengar suara pintu terbuka, senyum di bibirnya semakin merekah saat menduga pasti itu kekasihnya.
Namun, keningnya tiba-tiba mengerut saat mendengar sayup-sayup suara wanita.
"Aah ... kakiku lemas, Sayang."
Deg! Nadia terhenyak kaget.
'Aku tidak asing dengan suaranya,' batin Nadia.
"Aku akan menggendongmu ke ranjang, Tania," sahut Raka yang semakin membuat Nadia bertanya-tanya.
'Tania? Tidak mungkin-' Nadia melongokkan kepala pada celah kecil lemari ini saat terdengar suara di ranjang.
Seorang wanita dalam balutan pakaian kurang bahan tengah berbaring di ranjang kekasihnya, Wanita itu terus meracau hingga membuat telinga Nadia panas.
Namun, racauan itulah yang membangkitkan jiwa kelaki-lakian Raka. Pria itu melepas semua helai benang yang ia kenakan. Detik berikutnya ia melakukan hal itu pada sang wanita hingga tubuh keduanya benar-benar polos.
'Ya Tuhan ....' Nadia semakin menekan dadanya, sesak sekali rasanya melihat pemandangan ini.
Kenapa Raka melakukan hal keji itu dengan wanita lain? Ia merasa terhina kalau seperti ini.
"Aku rindu kamu, Raka. Sudah satu bulan nggak kamu sentuh, rasanya selalu ada yang kurang," ujar wanita itu dengan suara parau.
Nadia yang tadinya menunduk sontak mengangkat kepala, rahang runcingnya menegas mendengar suara menjijikkan itu.
Wajah wanita itu.tertutup rambut, meskipun begitu ia masih bisa sedikit mengenali wanita itu dari bentuk tubuhnya.
"Aku juga merindukanmu, Tania. Kau tidak tahu 'kan aku mati-matian menahan selama satu bulan ini. Ah, aku harus mengurus Nadia dulu karena dia sangat merepotkan," kata Raka.
Deg! Nadia kembali terhenyak.
'Ta-Tania?' batinnya sambil membekap mulut.
Mata cantiknya semakin membelalak lebar ketika wajah wanita itu menoleh ke arahnya saat Raka mengendus leher. Wanita itu tertawa sambil sesekali melenguh, membuat perasaan Nadia semakin memanas.
Kedua tangannya mengepal dan dengan sisa kekuatan yang dimiliki, gadis berambut panjang itu merogoh tas untuk mengambil ponsel.
Nadia merekam percintaan panas calon suaminya dengan sang kakak tiri dengan tangan gemetar, kedua air mata terus mengalir sampai hampir tiga puluh menit lamanya.
'Ya Tuhan ... demi apapun ini sakit sekali,' batin Nadia sambil tangannya menekan dada.
Ia tidak peduli kakinya kesemutan di dalam lemari, kue yang dibawanya bahkan sudah meleleh karena berada di ruangan pengap dalam waktu lama.
Kedua insan tidak punya hati itu sudah tertidur karena terlalu lelah bercinta, keduanya saling memeluk di bawah satu selimut tanpa sehelai benangpun.
'Aku tidak menyangka kamu sekejam ini, Raka. Dan aku lebih tidak menyangka kalau ... Kak Tania tega padaku.'
Nadia berdiri di samping ranjang dengan napas tersengal, matanya menatap nanar pada Raka dan Tania yang tidur dengan pulas tanpa peduli ada hatinya yang tengah hancur.
Gadis itu berbalik badan dan segera keluar, ia membuang kuenya ke tempat sampah yang ada di luar unit apartemen itu.
Kakinya melangkah cepat agar bisa segera pergi dari gedung pencakar langit ini, ia ingin segera pulang dan mengadukan pengkhianatan Raka kepada kedua orangtuanya.
"Aku akan membatalkan pernikahan kita, Raka!" gumamnya seraya masuk ke dalam taksi.
Air mata luruh begitu saja saat mengingat pengkhianatan yang Raka lakukan tadi, mau sekuat apapun nyatanya hatinya tetap terluka.
'Tiga hari lagi kita akan menjadi suami istri, Raka. Tapi kamu tega melakukan ini padaku, padahal kamu tahu kakakku juga sudah punya suami,' batin Nadia sambil menghela napas dalam-dalam.
Taksi berhenti di depan rumah sederhana berwarna putih. Nadia langsung memanggil ayahnya yang sedang berbincang-bincang dengan saudara lain yang ada di rumah itu untuk membantu persiapan pernikahan mereka.
"Ada apa, Nadia? Kok wajahmu kelihatan sayu begitu?" tanya Toni, ayah kandung Nadia.
Hening! Nadia belum berani menyahut.
Ia takut kalau jujur akan membuat Ayahnya terkejut dan ikut sakit hati, tetapi kalau tidak jujur maka batinnya yang akan terus memanas.
"Aku tadi dari apartemennya Raka, Yah."
"Ya, kamu 'kan sudah bilang mau kasih hadiah ulang tahun. Bagaimana? Berhasil?" tanya pria paruh baya itu dengan senyum manis.
Namun, gelengan kepala putrinya membuat senyum di bibir Toni memudar, kening keriputnya semakin mengerut dan kemudian bertanya, "ada apa, Nad? Kalian tidak ada ada masalah 'kan?"
"Aku ... a-aku memergoki Raka bermain gila sama perempuan lain, Yah. Dia mengkhianati aku. Dia ... dia bahkan nggak tahu aku bersembunyi di dalam lemari membawa kado dan kue, dia malah asyik sama wanita lain," jelas Nadia yang sontak membuat Toni tercekat.
Nadia menangis tergugu dan menutup wajah dengan kedua tangannya, air mata terus mengalir seakan tidak mau dihentikan.
Bak ada guntur keras yang menghantam jantungnya, Toni merasa dadanya nyeri melihat putrinya menangis pilu di bawah kakinya.
"Maaf sudah membuat Ayah malu. Tapi batalkan saja pernikahan ini, aku nggak mau menikah dengan seorang pengkhianat," ucap Nadia di sela-sela isak tangisnya.
"Batalkan saja katamu?! Apa kamu buta, hah?! Kamu tidak lihat berapa banyak biaya yang sudah kami kelurkan untuk membayar wedding organizer? Seenaknya saja kamu minta batalkan!" sentak Mella.
Wanita paruh baya yang merupakan ibunya Tania itu datang dengan mata melotot dan wajah merah padam. Kedua tangannya berkacak pinggang sambil terus menatap tajam ke arah Nadia.
Lima tahun lalu setelah istri pertama Toni, Yuni, meninggal karena kecelakaan tunggal, Toni menikahi Mella yang merupakan seorang janda.
Mella membawa Tania dalam pernikahan ini, kemudian tiga tahun setelahnya Tania menikah dengan pria yang ia pilih dan kini keduanya LDR lantaran sang suami bekerja di luar kota.
Nadia sudah biasa saat Mella membentaknya, ibu tirinya itu tidak sungkan meskipun ada sang Ayah. Ah, Nadia bahkan merasa dirinya tidak lagi mempunyai sosok orang tua semenjak Ayahnya menikah dengan Mella.
"Laki-laki tidak akan kehilangan apapun meskipun sudah melakukan hubungan badan, Nadia! Kamu tidak apa-apa tetap menikah, asal kita tetap menjaga rahasia ini agar tidak ada yang tahu," ujar Mella dengan napas menggebu.
Apa Mella sudah gila? Wanita itu benar-benar tidak memikirkan perasaan Nadia.
"Lupakan kejadian ini, Nadia. Lupakan juga tentang wanita yang menjadi selingkuhan Raka. Jangan buat malu aku dan Ayahmu. Kamu akan tetap menikah dengan Raka!" imbuh Mella.
Nadia sontak menggeleng keras. "Tapi, Bu ... wanita itu ... selingkuhannya Raka adalah Kak Tania!" pekiknya.
Dunia Isabella Moretti hancur dalam satu malam. Orang tuanya tewas di tangan Lorenzo Ricciardi, mafia paling berbahaya sekaligus pria paling kejam di dunia. Namun, ketika tiba giliran Isabella untuk menemui ajalnya, Lorenzo malah membiarkannya hidup, tapi sebagai tawanan pribadinya. Lorenzo adalah pria yang menguasai dunia bawah tanah dengan kekejaman tanpa batas. Namun, di balik tatapan dinginnya, ada sisi lembut yang hanya bisa dilihat oleh Isabella. Saat kebencian berubah menjadi gairah cinta, Isabella sadar tak akan bisa lepas dari dekapan mafia kejam itu. Sayangnya, Lorenzo tidak tahu bahwa Isabella menyimpan rencana balas dendam untuk kematian keluarganya. Hingga akhirnya ia mendapati dirinya hamil, membawa benih dari pria yang paling ia benci sekaligus pria yang mulai ia cintai. Dapatkah Isabella melanjutkan dendamnya, ataukah ia akan menyerah pada cinta sang iblis tampan? Dan saat Lorenzo menghadapi pilihan antara kekuasaannya dan wanita yang mencuri hatinya, akankah ia tetap menjadi raja tanpa hati, atau menyerah pada pesona Isabella?
"Kau harus membayar utangmu sekarang juga," desis Lucas, matanya dingin seperti es. Flora terpaku, tak bergeming, dadanya sesak. Hutang? Hutang apa? Sebuah perjanjian hutang antara mendiang orang tua Flora dengan Lucas, yang kini berakhir mengikat Flora dengan pria yang baru dikenalnya malam ini di pesta lajang sahabatnya. Menjerumuskannya dalam lingkaran neraka. Flora tak pernah tahu orang tuanya berhutang pada seorang pria kejam, berusia lima belas tahun lebih tua darinya, pemilik Perusahaan Blackwood tempatnya magang sebagai staf marketing. Lucas, pria yang tak kenal ampun, menuntut pembayaran detik itu juga. "Jika kau tidak bisa bayar nominal utangnya, tubuhmu untukku malam ini!" tegas Lucas, menarik tangan Flora masuk ke kamar hotel.
"Maaf, Ning. Saya menikahimu karena perintah dari Abah dan Umik, bukan atas niat saya sendiri. Jadi, izinkan saya menata hati dulu agar bisa menerima takdir ini." —Aaraf Ibrahim— Perjodohan di dunia pesantren memang sudah tidak asing lagi, seperti yang dialami oleh Kayshilla Chandra dan Aaraf Ibrahim. Kedua insan yang sama-sama asing dan hanya bertemu saat hari akad itu harus berjuang mempertahankan rumah tangga yang mereka bina. Kesabaran Kayshilla terus teruji setiap hari, hingga ia tahu ada nama perempuan lain di hati suaminya. "Jika sainganku adalah perempuan lain? Apakah aku bisa merebut hati suamiku?" —Kayshilla Chandra—
Azriya Aurora terpaksa menikah dengan Gavriel Erlando lantaran wasiat dari mendiang sahabatnya — Kartika, bahkan ia harus menjadi ibu sambung untuk kedua putra Kartika. Azriya menanggung beban membongkar misteri di dalam Keluarga Erlando. Mertuanya selalu berusaha menyingkirkannya, hingga ia harus terusir dari rumah karena sebuah fitnah. Anak sambungnya membencinya karena ia dinilai telah membunuh Kartika, hingga suatu ketika ia tahu kakak iparnya juga berperan dalam kemalangannya di Rumah Besar Erlando. Siapa sebenarnya yang jahat? Sanggupkah Azriya bertahan dalam bahtera rumah tangganya? Ataukah ia akan menyerah dalam pernikahan ini?
Bagaimana jadinya ketika kamu dipertemukan dengan orang yang dicintai sejak kecil setelah berpisah selama dua puluh tahun dengan keadaan berbeda, pola pikir berbeda, dan tentunya dengan paras berbeda? Mengharapkan kepulangan seseorang yang telah ditunggunya selama dua puluh tahun, tetapi tak kunjung jua telah membuat hati Melisa mati rasa. Kendati begitu, dia mencoba membuka diri untuk cinta yang lain, hingga harus terjebak dengan laki-laki yang hanya mengincar hartanya. Sampai saat dipertemukan dengan cinta masa kecilnya, cobaan datang bertubi-tubi. Memendam kerinduan di negeri seberang membuat kondisi Rommy semakin terpuruk. Luka perpisahan yang dia tanggung sendiri mampu mengubahnya menjadi sosok perkasa dan idaman wanita, tetapi tidak dengan cinta masa kecilnya yang menolak ajakannya untuk menikah. Lalu bagaimana jadinya saat Melisa tahu bahwa ia telah di jodohkan dengan Rommy sedari kecil? Akankah takdir cinta memihak untuk keduanya bersatu?
BACAAN KHUSUS DEWASA Siapapun tidak akan pernah tahu, apa sesungguhnya yang dipikirkan oleh seseorang tentang sensasi nikmatnya bercinta. Sama seperti Andre dan Nadia istrinya. Banyak yang tidak tahu dan tidak menyadari. Atau memang sengaja tidak pernah mau tahu dan tidak pernah mencari tahu tentang sensasi bercinta dirinya sendiri. Seseorang bukan tidak punya fantasi dan sensasi bercinta. Bahkan yang paling liar sekalipun. Namun norma, aturan dan tata susila yang berlaku di sekitranya dan sudah tertanam sejak lama, telah mengkungkungnya. Padahal sesungguhnya imajinasi bisa tanpa batas. Siapapun bisa menjadi orang lain dan menyembunyikan segala imajinasi dan sensasinya di balik aturan itu. Namun ketika kesempatan untuk mengeksplornya tiba, maka di sana akan terlihat apa sesungguhnya sensasi yang didambanya. Kisah ini akan menceritakan betapa banyak orang-orang yang telah berhasil membebaskan dirinya dari kungkungan dogma yang mengikat dan membatasi ruang imajinasi itu dengan tetap berpegang pada batasan-batasan susila
Haris dan Lidya sedang berada di ranjang tempat mereka akan menghabiskan sisa malam ini. Tubuh mereka sudah telanjang, tak berbalut apapun. Lidya berbaring pasrah dengan kedua kaki terbuka lebar. Kepala Haris berada disana, sedang dengan rakusnya menciumi dan menjilati selangkangan Lidya, yang bibir vaginanya kini sudah sangat becek. Lidah Haris terus menyapu bibir itu, dan sesekali menyentil biji kecil yang membuat Lidya menggelinjang tak karuan. “Sayaaang, aku keluar laghiiii…” Tubuh Lidya mengejang hebat, orgasme kedua yang dia dapatkan dari mulut Haris malam ini. Tubuhnya langsung melemas, tapi bibirnya tersenyum, tanda senang dan puas dengan apa yang dilakukan Haris. Harispun tersenyum, berhasil memuaskan teman tapi mesumnya itu. “Lanjut yank?”
Sinta butuh tiga tahun penuh untuk menyadari bahwa suaminya, Trisna, tidak punya hati. Dia adalah pria terdingin dan paling acuh tak acuh yang pernah dia temui. Pria itu tidak pernah tersenyum padanya, apalagi memperlakukannya seperti istrinya. Lebih buruk lagi, kembalinya wanita yang menjadi cinta pertamanya tidak membawa apa-apa bagi Sinta selain surat cerai. Hati Sinta hancur. Berharap bahwa masih ada kesempatan bagi mereka untuk memperbaiki pernikahan mereka, dia bertanya, "Pertanyaan cepat, Trisna. Apakah kamu masih akan menceraikanku jika aku memberitahumu bahwa aku hamil?" "Tentu saja!" jawabnya. Menyadari bahwa dia tidak bermaksud jahat padanya, Sinta memutuskan untuk melepaskannya. Dia menandatangani perjanjian perceraian sambil berbaring di tempat tidur sakitnya dengan hati yang hancur. Anehnya, itu bukan akhir bagi pasangan itu. Seolah-olah ada penghalang jatuh dari mata Trisna setelah dia menandatangani perjanjian perceraian. Pria yang dulu begitu tidak berperasaan itu merendahkan diri di samping tempat tidurnya dan memohon, "Sinta, aku membuat kesalahan besar. Tolong jangan ceraikan aku. Aku berjanji untuk berubah." Sinta tersenyum lemah, tidak tahu harus berbuat apa ....
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Yolanda mengetahui bahwa dia bukanlah anak kandung orang tuanya. Setelah mengetahui taktik mereka untuk memperdagangkannya sebagai pion dalam kesepakatan bisnis, dia dikirim ke tempat kelahirannya yang tandus. Di sana, dia menemukan asal usulnya yang sebenarnya, seorang keturunan keluarga kaya yang bersejarah. Keluarga aslinya menghujaninya dengan cinta dan kekaguman. Dalam menghadapi rasa iri adik perempuannya, Yolanda menaklukkan setiap kesulitan dan membalas dendam, sambil menunjukkan bakatnya. Dia segera menarik perhatian bujangan paling memenuhi syarat di kota itu. Sang pria menyudutkan Yolanda dan menjepitnya ke dinding. "Sudah waktunya untuk mengungkapkan identitas aslimu, Sayang."