i pelepasan. Cairan cintanya tumpah di dalam rahim h
angannya mengelus paha Flora. "Tidurlah dulu, kau pasti capek setelah
i ciuman pada pucuk dada gadis itu. Ah, bahkan tak segan u
yang ia ciptakan kini memantik gairahnya lagi. Perlahan ia bangkit, erek
ta lakukan lagi, Sayang," bisiknya yang
us meneteskan air mata. Ia terus memaksakan nafsunya, memasukkan ereks
Flo. Nikmat sekali!" racaunya saat cair
tu kejam mencekiknya. Ia hanya bisa pasrah, tak sanggup melawan samp
h tak ingin menatap lelaki itu, seseorang yang telah mengambil sesuatu ya
ak emosi yang bergemuruh di hatinya. Namun demikian, air m
-olah apa yang baru saja terjadi hanyalah hal biasa. Napasny
dan tak lama kemudian ia terlelap, meninggalk
menyelimuti dirinya, merasa seol
ri, suaranya hampir tenggelam dalam deru angin ma
merasakan dinginnya embun y
ga? Apa aku masih pantas hidup walau sudah tidak suci?" Pertanyaan i
helaan napasnya. Namun, perasaan nelangsa itu enggan pergi. Ia hanya bis
napas Lucas yang terdengar, menjadi satu-satu
ali bergumam, "Mengapa
akitkan. Dengan langkah tertatih, ia berjalan menuju kamar mand
berdiri di bawah aliran air yang deras, memb
mampu menahan emosi yang ia pendam, ia menangi
Dengan gerakan yang penuh kemarahan dan penyesalan, ia menggosok kulit tubuhnya
nda dari kekejaman dan ketidakpedulian pria
gini?!" pekiknya lirih d
kan mata, berharap semua ini hanya m
nti. Meski tubuhnya terasa perih, ia tak peduli. Luka
ejak menyakitkan itu lenyap, dan luka
hidupnya, ia belum pernah menjalin hubungan atau dekat dengan pria man
h ia kenal sebelumnya, datang begitu saja ke dalam h
ngkan tubuhnya dan mengenakan kembali pakaiannya. Napasnya masih terengah, t
k terjadi apa-apa. Melihatnya begitu tenang, Flora merasa perih, seola
n melangkah keluar dengan langkah pelan, berusa
k menangis lagi. Ia melangkah dengan hati yang berat, meninggalkan malam yangi kamar kosnya. Begitu pintu tertutup di belakangnya, ia tak mampu lagi menahan diri. Langkahnya t
kan tak terkatakan. Tangan mungilnya memukul dadanya sendiri, seolah berharap rasa
iknya di antara tangis yang
pikir, gara-gara utang yang tak pernah ia ketahui sebelumnya, utang yang konon adalah
i Flora, tetapi ia merasa tak berdaya, seolah sem
jat. Tangan gemetarnya menyentuh perutnya. seola
. Hatinya diliputi ketakutan yang mendalam, bagaimana jika kejadian malam
ng. "Apa yang harus kulakukan ...?" ujarn