jelas bukan bantal kosong. Dengan kepala yang terasa pening, pria itu mengangkat sedikit beban tubuhnya dengan siku seraya melihat ke sekeliling ruangan. D
otolnya bahkan terguling di atas karpet yang menyebabkan nodanya berada disana. Tapi yang menarik perhat
atannya meng
gan sedikit sentuhan darinya. Bagaimana rasa bibirnya ketika Daxon membawanya dalam sebuah ciuman.
ite, tapi Daxon bersumpah bersedia melakukan apa saja untuknya. Waktu mereka selesai saja
abannya adalah
a namanya. Daxon berusa
kondisi telah berpakaian lengkap seperti semalam. Celana jeans sobek di bagian lutut dan kaost itu menyamba
axon tiba-tiba ta
dia mengangkat tangan seperti meminta sesuatu, menodong Daxon tidak ped
gsung pergi
Aku ada kewajiban yang perlu dilakukan. Harusnya aku pergi
membaca bahasa tubuh Lizzie yang tegang. Pria itu menyadari betul bahwa tidak ada gunanya mengulur waktu. Dia kemudian menyeret tubuhnya un
malam itu malam yang sangat panas, tapi aku tidak berniat untuk memulai sebuah hubungan. Bahkan hubungan kasual sekali pun. Kalau kau t
sementara para perempuan akan mencoba mengorek informasi pribadinya. Daxon sebetulnya tidak suka dengan situasi terbalik ini, tetapi
ka dengan idemu
uh ketegangan akhirnya mereda. Tapi sebelum benar-benar pergi, wanita it
ps-nya. Percayalah itu malam yang luar bia
ya. Sesungguhnya saat itu dia betu
buah tas selempang dan mengenakannya sambil
baby
nghilang dari bali
ealita, kalau begitu," kata
*
detik jarum jam berdetak konstan, menghipnotis dirinya untuk bergulir menutup mata. Ada hela napas mengisi jeda sebelum kantuk menyerang.
an. Lagipula sekarang Lizzie punya cukup uang untuk bertahan lebih dari satu bulan. Pria yang dia temui luma
pulang
nggeram pada akhirnya. Kantuk yang ada jadi memudar, memaksa kedua kelo
Arm
sedikit emosional. "Kenapa kau harus bertingkah begini? Ketik
tidur dipagi hari t
u. Kau bisa saja terluka, Lizzie. Kau bahkan tidak menelepon salah satu dari kami untuk mengatakan lokasimu. Kau bisa saja mengalami ha
elebihi ibunya sendiri? terkadang ada dimana Lizzie merasa tak tahan dengan sikap Armant yang seperti seorang kepala di rumah ini. Dia ti
ari orang asing. Kau selalu berulangkali mengatakan hal yang sama padaku sampai a
rhentilah bertin
i orangtua menyebalkan, aku tidak ingin kau juga mengisi daftar itu dihidup
ang kekanak-kanakan," kata Armant lagi y
oleh sang ayah dan hendak menarik seluruh dukungan dana untuk keperluan kuliahnya. Dia hanya mencoba untuk melupakan masalahnya sejenak dan mencari nafkah dengan cara yang mudah. Bukankah setiap oran
dahlah, jangan ganggu aku!" ungkap Lizzie ser
ie membelalak. Tapi dia tahu siapa pelakunya. Orang yang sama yang memberinya luka. Armant. Pria itu memeluk
anya khawatir," ujar pria itu penuh kasih. Sekali lagi Lizz
"Justru aku yang harusnya minta ma
dengan sayang lalu melepaskannya. "Aku akan perg
erima
ang tidak bisa dimengerti. Saling berteriak, saling memaki dan menghakimi lalu diak
auh lebih dari itu. Dia selalu menjadi pelindung untuknya dan sikapnya yang seperti i
dapati notifikasi dari ponselnya. Dia membuka da
professor mengundang narasumber khusus untuk studi kasus dan katanya, d
n dalam memori Lizzie masih dipegang oleh Daxon. Si om-om senan
asa akan lucu. Aku tidak pernah dapat pengalama