i sekali saja, tetapi dulu ketika aku mengenal Nadia, berawal dari rasa penasaranlah yang membuat pe
tutup dengan rapat dariku. Sebagai manusia, aku tahu perilaku ini sangat tak wajar. Bagi kebanyakan orang, aku bukan manusia. Aku tidak pantas menjadi seorang
beberapa minggu ke depan. Tolong kam
itu, ia masuk ke ruanganku s
odorkan kertas tersebut
kanku untuk melakukan pertemuan, memimpin rapa
Pak?" ta
wa ini, dan kembal
pergi. Sementara itu, aku memperhatikan tubuhnya yang
a kerja. Aku jarang sekali berlibur atau melakukan ha
adalah kerja lembur. Tidak jarang juga aku tak memperbolehkan
da tandatangani dalam perjanjian kerjasama dengan
an membaca tump
, Pak." Setelah menundukkan waja
Kamu mau
badan, lalu menjawab, "Pulan
m. Kita lembur. Ada beberapa dokumen yang haru
aya sudah ada
tahkan!" tegasku kemudian sehingga Tari memejamkan
ai
. Akan saya kirimkan dok
Tari langsung m
I
i dia. Sikapnya semena-mena, tidak tahu aturan, dan banyak lagi yang aku tidak suka dari dirinya. Terma
amu," ucapnya seraya bergegas memelu
a menghindari
pa? Kok me
afe atau club. Ini ruang kerja saya. Kantor. Kamu ti
. Kamu selalu sibuk kerja. Kalau diajakin ketemu, alasannya inilah, itulah.
an, aku tidak pernah menganggap dia sebagai kekasihku. Aku tidak pernah menyatakan pe
oda, bahkan berposisi menindih tubuhku di atas
hidung. Tak bisa, sangat mustahil ia bisa menggoda lelaki sepertiku. Mau bagaimanapun penampilan atau ting
engetuk pintu terlebih dahulu. Seketika aku mempe
di hadapannya, Tari tampak ra
lah. Lain kali, kamu
saya lu
dah. Ad
g Anda minta, Pak." Dia me
pa berkas yang telah
s. Sudah b
a bertanya sambil mendekat
taris
sih, kalau ada pegawai baru? P
i, sekretar
ibu? Hei, saya masih muda
af, N
ag
u menyuruh-nyuruh pegawai say
odal paling besar di perusahaan kamu ini ayahku, y
syifa. Senjata ampuh baginya untuk membungk
alilah ke r
k, P
yifa menatapku dengan lamat. Ia
ik," ucapnya pelan dengan nada mengolok-olok. Ada nada am
, "Kalau sampai kamu tergoda sama sekretaris bar
i aku melihat perempuan ini, emosiku langsung memuncak tak terkendali. Ingin sekali aku me
gu kamu di rumah,
Tentu saja, mau tidak mau aku harus menuruti apa yang ia katakan. J
ekayaan, kejam dan tidak punya hati. Keinginannya harus terpen
, melampiaskan kekesalan ya
I
kan otot-otot yang mungkin terasa pegal karena lembur. Sudah pukul 8.00 malam, waj
rapa saat setelah melihatku sedang menatap ke arahnya penuh tanya, ia berusaha bersikap bia
diri di pinggir jalan sembari
ku yang berdiri beberap
tidak berkewajiban lagi
t sa
a. Aku pun tak menunggu lama, dengan segera kuraih t
a-mena dengan saya! Apa yan
bil, aku berkata, "Saya ak
. "Tidak usah, Pak. S
embuat kamu lembur. Tapi, saya mau berterima kasih kare
, Pak. Saya
, tetapi dengan lugas, aku kembali mera
pemaksaan, Pak! Anda tida
p membuat tubuh rampin
lahku mengeras. Ia tampak kesal. Tak terelakkan, tetapi
Tapi, saya sangat tidak suka kal
idak akan pernah sudi menjadi bawahan Anda!" Nada Tari penuh penek
ya. Yang pasti, kamu sudah d
i tak bersuara lagi. Ia bersedekap t
amu tidak mau memberita
belok ke kiri. Saya mau turun di sana d
belok ke kiri, sesuai yang diminta perempuan tersebut, aku menghentikan mo
lajukan mobil, hanya memandanganya sampai akh
ng say
I