jaan kamu selama in
mu ngapain di sini
menemani hari-hariku tanpa pernah tahu profesi apa yang
ng mengerut serta tatapannya yang tampak terkejut. Ia mungkin tidak mau menerima kenyataan bahwa
at! Gue nggak mau tangan kotor lo
lan pergi dari seonggok raga yang kini bergem
A hingga ia berkuliah di kampus ternama saat ini. Namun, aku tak melanjutkan ke universitas hanya
I
lakukan apa saja. Aku mengerjakan semua hal yang bahkan tidak bisa aku lakukan. Hanya kegigihan dan ketekunan yang mampu membuatku mengalahkan semua ego
mah-rumah tetangga, menjadi sopir, menjadi tukang ojek. Aku bahkan mengurangi pengeluaran harianku, meminimalisir po
-nyiakan kesempatan. Mengikuti segala macam seminar kewirausahaan. Mengikuti pelati
an sendiri adalah
I
ika tangis perempuan berambut lurus hingga pu
-apa, aku hanya mengalihkan pandangan sambil menyaksikan riuhny
ang diakui. Meski begitu, aku masih ingat betapa dulu ia bahkan tidak ingin tangan kotorku meny
ah memaaf
au begitu,
ebagai kekasih seperti dulu," tandasku, masih tak mau menatap dirinya yang
udah mendapat maaf, tetapi
didominasi warna biru muda serta tas di lengan kanannya. Aku akui ia am
pergi melewati pintu ini untuk keluar." Aku memutar kenop pintu, membu
pintu hingga keluar dari ruanganku. Sebelum aku menutup k
u tidak peduli dengan kata maaf yang begitu diucapkan lalu dilup
sadari saat ini. Bahkan masalah yang lebih pelik telah menunggu di depan sana. Ingin melahapku, mencengkeram
II
ebagai sekretaris baru di kantor ini. Saya sudah bilang kalau k
sa meyakinkan dia kalau kita memang tidak butuh karyaw
Pak. Or
kan temui dia. Di
epan ruan
aku mendengkus kesal. Bagaimana bisa dia bekerja sangat tidak becus? Seharusnya dia dan satpam yang sudah aku gaji
iri dari tiga lantai. Di atas lantai tiga terdapat beberapa perusahaan juga. Ada sekitar tiga ratus karyawan yang bekerja
sedang berjalan menuju ke arahnya. Dengan sungkan ia menyunggingkan senyuman. Di tangan kanan ia membawa sebuah amplop cokelat. Sepertinya identitas diri dan kumpulan sertifikat kerja sebagai bukti
ucapnya sambil sedikit membungkuk
a?" tanyaku dengan dahi berkeru
au melamar
an. Kantor ini sudah kebanyakan karya
sedikit bernada tinggi. "Pak! Maaf, tapi ... Bapak boleh lihat dulu berkas-berkas saya. Saya sudah
yawan. Kalaupun saya membuka lowongan pek
nakan. Di titik ini, aku benar-benar kesal. Tak habis pikir diriku, mengapa perempuan
ntimidasi. Namun, tetap saja ia tidak gentar. Ia semakin berani menyodork
angat ingin bergabung dengan perusahaan Bapak. Saya punya pengalaman sebagai sekretaris. Bapak
ingat diriku enam tahun yang lalu. Enam tahun lalu saat aku dapat makan dan minum hanya dari hasil parkir kendaraan. Ketika melamar pekerjaan dengan ijazah lusuh tamatan sekolah menengahku, tidak ada satu perusahaan pun yang m
endu. Kulihat matanya memang menyimpan sebuah kesedihan. Selain itu,
dan, lalu berka
mpuan itu masih berjalan pelan. Ia tampak lega, teta
duk
odorkan amplop cokelat yang berisi berkas-berkas lamaran dan beberapa kertas bukti prest
kas-berkas kamu. Tida
a lakukan agar bisa diter
ar sebagai apa di
an sebagai sekretari
retaris?" Aku mendengkus. "D
rja di perusahaan
ti bekerja di
ay
u kamu ceritakan
raturan-peraturan lain yang mengatur tentang kedisiplinan karyawan. Yang lebih penting adalah, karyawan yang bekerja di perusahaan ini dilarang keras untuk sali
p ketika aku mendekatinya
k boleh dibantah. Harus dilaksanakan dengan baik. Pendapa
kat tanganny
pa?" t
Kenapa karyawan di sini
uh cinta ma
ya,
a yang boleh melanggar aturan itu. Tidak ada yang bol
ara lisan, kamu saya terima bekerja di sini sebagai sekretaris saya. Karena kebetulan sekret
ertas di laci meja, lalu m
Nanti kamu akan saya berikan salinan yang lain. Yang penting di
ia mulai membaca pasal-pasal yang bercetak tebal pada kont
tanda tangani saja kontrak itu," kataku seolah menant
ncabut pulpen yang ada di meja, tak menunggu lama ia menandatangani kontr
utkan. Kamu tidak boleh bicara sebelum saya memerintahkan kamu bicara, atau sebelum saya bertanya k
Napasnya terdengar berat saat me
ah mengerti. Mulai se
i, s
bicara! Ingat? Itu adalah aturan
ia begitu kesal padaku saa
ik. Sekarang, pergilah ke ruangan kamu. Jobdesk sudah tersedia di sana. Kamu bisa mulai berkenalan dengan karyawan-
k. Hari i
andatangani kontraknya, kamu sudah resmi jadi bawahan saya. Kamu tidak bol
tapku dengan tajam. Tampak bahwa rahangnya mengeras. Kupikir ia memang sangat kesal padak
mpuan tersebut,
akan merasakan apa y
I