gaji saya bu
ami sudah transfer melalui rekening bank kamu. Lantas, kenapa
Ia memijat pelipis. Alisnya yang
Tapi ... saya butuh
untu
oba menyelidiki ekspresi w
mbil gaji saya lebih cepat karena saya sangat b
alu saja menurun, Tari. Saya tidak percaya dengan janji kamu itu. Ketika seseorang berjanji akan sesuatu saat dia butuh, esoknya saat dia suda
berkenan memberikan gaji saya, ya, sudah. Saya tidak memaksa, Pak." Tari berdiri. Tatapannya melotot tajam. Ia benar-benar marah deng
dalah karyawan yang paling berani melawanku di perusahaan ini. Tak ada karyawan seberani
an? Apakah dia tidak takut dipecat? Entahlah, pikiran-pikiran seperti itu satu per satu membuatku berpiki
ukan mereka. Namun, Tari sudah bertahan di perusahaan ini lebih dari tiga bulan. Ia paling tahu apa yang bis
jang, berusaha meredam se
I
an kamu gunakan untuk apa uang-uang itu, tapi
s dengan amplop cokelat di meja Tari. Kemudian, ku
ai pintu, perempuan i
kkan badan dan mel
u mengapa aku begitu senang melihat kurva indah yang terbentuk di wajah perempuan itu. Aku tak
i rasa terima kasih sang perempuan,
sebuah idealisme, entah mengapa aku beranggapan seperti itu setelah disakiti seorang insan yang dulu pernah kucintai dengan sangat. Rasa cinta dan kalimat-kalimat keseti
I
, banyak sekali klien, pun investor yang tertarik dengan perusahaanku. Di saat yang bersamaan juga, banyak perusahaan kompetitor yang mencoba untuk m
lepas napas gusar karena tahu siapa sosok yang tidak tahu tata krama tersebut. Siapa lagi kalau bu
u tengah sibuk melakukan pekerjaan, tetapi ia dengan senyap justru menyejajarkan tinggi dengan posisi dudukku, lalu membelai mesra w
melapor pada ayahnya. Jika diam, aku kehilangan wibawa sebagai seorang manusia terhormat. Oh, ayolah. Tidak
aya pering
aku laporkan
gkah lakunya. Dia seperti binatang yang penuh nafsu. Ia membela
perempuan ini. Tari! Ayolah, hanya dia harapanku. Berkas yang kuberikan padanya pa
yaitu mengelus-elus dada bidangku hingga perut sixpack-ku. Ayolah, aku tidak t
an Asyifa dari tubuhku. Namun, jelas dia
-momen saat kita bercumbu, Sayang?
ong, saya se
t dan melakukan hal ini. Benar, kan? Seper
ari kursi, kulepaskan ta
u, sedikit menahan volume
kamu memil
melarang kamu. Satu hal yang perlu kamu tahu, Asyifa. Saya bukan lelaki
Ia tampak terengah-engah. Kenop pintu masih ia pegang deng
h pintu. Cukup terkejut juga ekspres
, Pak. S
menghentikan langkah Tari. Asyifa melan
n orang yang salah!" Tak ragu-rag
r karena sudah menggangg
tan dengan perusahaan ini dan kekayaanku. Tubuhku bergerak dengan sendirinya. Melangkah ke arah A
an orang yang salah! Lepa
peduli lagi diri ini dengan harta benda ataupun masa depan. Tak peduli lagi denga
r. Tangannya yang mencengkeram Tari, lantas lemas. Dadanya kembang kempis, menata
dan menampar wajahku, tetapi aku tak peduli. Tajamnya mata ini tak lagi bisa tumpul. Mem
hancur, dendam, air mata, dan sesuatu yan
atap diriku yang sedang dikuasai amarah. Meski begitu, betapa
tap di sini untuk beberapa jam
itu padanya agar aku sendir
i, P
LAN
pelan. Ia menutup pintu ruanganku. Ya, aku tahu i
ututku rasanya begitu lemas. Aku roboh, tetapi kutahan dan berpegangan pada meja. Akhi
ENGS
Tak ada yang akan melihat bahwa seorang bos yang terkenal galak dan tegas
I
di sekitar wajahku. Aku bangkit setelah beberapa lama bersimpuh di lantai. Kurapikan k
nnya masih menyala? Aku memeriksanya, dan benar dugaank
balik kaca. Jadi, dia belum pulang
mendengar teriak
rempuan seper
I