waktu y
ebentar. Nadya menunggu Gabriel di depan mesjid, sedang mengenakan sepatu pantofelnya. Sekali
is itu gundah gulana memikirkan nasib acara pernikahan mereka kedepannya. Hanya menyoal waktu, terhitung dua Minggu lagi acar
yang berubah pikiran untuk menikah atau sebagainya. Tetapi beruntung, Gabriel sosok yang sangat pengertian.
nsep pernikahan. Sama kita belum nyari katering buat acara nant
deh. Kita pakai aja yang dulu pernah dip
kan siang di restoran. Cuaca saat itu terik sekali. Selain itu, panas juga tak tertahan. Kota kami tidak hujan
Turki. Ini pertama kalinya mereka ke sini. Ketika masuk, di depan pintu pelayan dua-tiga datang, m
sana tertera banyak pilihan. Nadya mengamati satu-persatu. Sembari mencari apa yang akan dipesan, dua pelay
mousse." Nadya menyebutkan pesanannya usai melihat isi daftar menu makanan. Pelayan wa
ert, aku mau mille-Feuille sama croissant."
-reservasi tempat ini sudah dicatat sempurna. Tinggal dibawa k
briel mengajak Nadya bicara beberapa hal. Di antaranya adalah tentang rencana pernikahan mereka a
pergi. Nadya segera menyantap makanan itu. Makan siang kali ini bukan yang pertama bagi Nadya dan Gabriel. Sepanjang tiga tahun
at diajak makan siang. Sedangkan Gabriel yang bekerja di perusahaan keluarga, lima belas menit le
kan, katanya tidak sesuai dengan sekolah yang abi ketahui. Tetapi karena ini kesempatan bagus buat Nadya, maka abi akh
paling populer. Tanyakan saja kepada koki masak di kantin sekolah. Bah! Dia paling paham seluk beluk soal Gabriel. Atau Nadya akan berpapasan dengannya sekali pada
dang mengenang sesuatu tersadar. Oke, saat ini Nadya sedang tidak bisa fokus pada satu
apa-apa
kin
ke dalam mulut. Tetapi sesekali Gabriel akan melirik Nadya yang tidak menyentuh makanannya, justeru m
, kenapa
epat perempuan itu menyahut.
kiran soal perni
Ko. Buka
usinya." Gabriel menatap lekat-lekat wajah merah Nadya. Gadis itu masih menggeleng, tapi kali ini agak tipis. Gabrie
benar. Dia tidak salah menebak.
terngia
ang membuat Nadya seperti ini. Jadi Gabriel tidak bisa menebak
u Mama sama P
dorong kursi ke belakang. Dia melepaskan pegangan tangan, mena
s dengan membuat calon suamiku harus pindah agama. Apalagi harus dimusuhi keluarga sampai kedua ora
ah jalanku sendiri. Bukan jalan hidupnya kedua orang tuaku atau Tuhanku. Jika seandainya aku ternyata berdosa kepada Tuhanku yang terdahulu, aku aka
nyalang Gabriel. Wajahnya sudah sendu, hampir menangis. Tapi tertah
api kita tidak pacaran karena aku tahu, abi tidak suka hal ini. Dia hanya mau sama orang yang benar-benar serius sama putrinya. Terus mendapatkan hati abi sama Mas An
benar-benar amat tegang. Pembicaraan mereka se
reka bosan dengan sikap egois mereka, maka mereka akan menerima kamu. Kita hanya perlu bersabar dan menunjukkan
us air mata yang meleleh, turun di pipi. Mendengar penuturan Gabriel membuat Nadya mem
nggurita. Konsorsium yang dibangun membentuk koloni perusahaan raksasa yang menembus pasar g
da yang berpengaruh. Apalagi Gabriel? Dia pun sama. Orang yang memiliki nama besar dan berperan penting dalam bisnis kel
nkan, bio gas, minyak bumi, fashion, teknologi dan digital atau bahkan dalam bidang keuangan, kecantikan dan maskapai p
andang dikalangan tetangga komplek saja dan teman-teman bisnis Mas Angga. Tak ada yang b
enangis dan butuh waktu sendiri sesaat. Gabriel mengerti situasi ini, maka dibiarkannya Nadya men
ingat, Briel, gue masih ada di dunia ini. Siapa saja yang berani menga
mendapatkan Nadya memang tidak mudah. Namun bukan berarti Gabriel aka