..
dak
u menyelesaikan
tidak!" Gloria Liem menyentak. Nad
ni. Pasti jelas keluarga besar takkan setuju atas keputusan yang diambilnya. Seharusnya Gabriel juga tidak perlu datang ke sini, ma
nlah perkara mudah. Nyatanya, dia takkan pernah dapat restu dari kedua orang tuanya. Sejak awal mere
menahan segalanya. Mulai dari rasa takut, gugup, berdebar dan bergetar hingga panas dingin karena u
anya, kemudian. "Pa ..., tolon
restui pernikahan kalian. Kamu seharusnya tahu kalau seja
a menegaskan bahwa tidak ada wanita yang lebih baik daripada Nad
mu mencintai dia dan dia mencintai kamu, seharusnya kalian mengerti kalau kalian tidak akan pernah bersama. Perbedaa
kian memerah. "Tidak, Ma. Ini tid
oen Liem diam tidak bersuara karena dia bosan mendengar perdebatan soal pernikahan yang tidak kunjung berakhir sejak berminggu-minggu lalu. Ci
adalah restu dari Koen Liem dan Gloria. Itu saja. Tidak banyak. Dia juga tidak datang ke
alam agama Islam, meninggalkan kepercayaan keluarga kita!" Gabriel melanjutkan ucapannya. Jelas ket
anya mau menikahi dia, kamu sampai-sampai meninggalkan agama kita. Kamu tahu Gabriel, kita adalah penganut agama Kristen
, maka itu cara satu-satunya juga yang harus aku lakukan agar bis
rbaik. Tapi tidak dengan perempuan ini! Mama bilang ya, dia memang cantik. Dia baik. Dia berpendidikan. Dia masuk tipe keluarga ini sebagai calon menantu. Mungkin dia me
..
enar-benar menggebu tak tertahan. Bahkan suasana ter
berusaha meminta restu. Alih-alih dapat restu, dia malah dimaki dan diteriaki kasar. Ha
nya itu bisa menerima keadaan ini. Sayangnya, jawaban Koen
nya apa yang kamu dapatkan setelah pindah agama." Koen Liem mengembuskan napas sengal-samar, "Jika itu ke
an rahangnya. Sej
abriel telah memilih memasuk Islam, bukan lagi beragama Kristen seperti yang dianut kedua orang tuanya. Tidak perlu menghina
ini." Gabriel menelan ludahnya sekali lagi. Kemudian dia berdiri, tangannya menggamit tangan Nadya. "Aku tidak butuh restu kalian lagi saat ini kalau pada akhirnya masih sa
iap apa yang kamu inginkan pasti ada konsekuensin
tua ini kedengarannya seperti mengancam. Namun Gabriel tidak ambil pusing sama
•
tadi
!" Gabriel memoto
eluar dari rumah kedua orang tuanya. Kendaraan yang Gabriel kemudi sudah masuk di jalan tol dalam kota. Jal
dak bisa melawan restu. Papa dan Mama Koko tidak menerima keadaanku dan itu menjadi bumerang untukku. Jadi sebaiknya, lebih
endaraan ke bahu jalan. Untungnya jalan tidak terlalu ramai lalu lalang kendaraan lainnya. G
? Kamu bilang kita usai
o. Dan begitu sebaliknya. Mama kamu benar soal tadi. C
nan demi bisa bersama kamu. Demi bisa pernikahan kita diterima negara, dicatat oleh pengadilan agama. Dan demi bisa se-amin dan seiman dengan kamu. Bahkan aku tidak peduli kalau harus meninggalkan Tuhanku. Aku
Menatap mata sendu Nadya yang tidak
nikahan kita. Bahkan kalau dunia menolak pun, aku akan tetap memilih bersama kamu. Aku nggak masalah kalau aku menjadi anak pembangkang,
..
kepikiran ucapan Mama dan Papa tadi. Aku akan cepat mengantar kamu pu
raan, sebentar lagi mereka akan tiba di rumah Abi, ayahnya Nadya. Gadis ini tinggal berdua bersama ayahnya, tanpa sang ibu. Karena
an mesjid di tempat tinggal mereka. Mas Angga seorang pengusaha, yang sama-sama punya ilmu
hoa penganut kepercayaan protestan, merasa bahwa apa yang dipilihnya sudah tepat. Nadya a
h. Gabriel melanjutkan perjalanan kendaraan. Sudah tugasnya