tapi sampean ndak datang-datang. Tiba-tiba ada suara ketukan pintu, aku kira itu sampean. Aku buru-buru membukanya, t
ah malam. Mbah buru-buru pulang, Mbah bawakan sampean sebungkus nasi bercampur telur jug
kecil yang Mbah bawa. Ternyata, sampean yang keju
mudian, Mbah Karso kembali buka suara. "Siapa Nduk? Katakan, siapa orangnya? Siapa Iblis
putus asa tergambar jelas di matanya. Mbah Karso mengangguk, seolah mempersilahkan.
aja datang saat sampean ndak ada. Aku ketakutan, Mbah. Aku merasa terancam. Aku melarikan diri
pa, N
bali menemukan aku, Mbah. Mereka merudapaksa aku, sampai tanpa sengaja sumpahku terucap. Ku sumpahi mereka ma
yata dia juga?"
h menyatu, Mbah." Mbah Karso menoleh, matanya m
yang berserak dan kabur secepatnya. Tapi nasib baik ndak mau memihakku, Mbah. Mereka semakin marah dan mal
orang-orang itu! Siapa!?" Seru Mbah Ka
dan Larapati! Hadirku bawa bala dan petaka! Kesumat ini ndak akan padam, sebelum mereka juga merasakan betapa sakitnya saat nyawa tercabut dari raga! Akan aku be
k berhati itu! Mbah ndak peduli, meski neraka menanti di penghujung waktu. Hidup ini sudah terlalu tak adil pad
*
kemari? Apa ada hal penting? Santo tadi kelihatan a
kan memanggil koe kesini sepagi
a sebenarnya? Ada hal p
jar Eyang Putri de
(Siapa Eyang?)"
Nyai Larapati, Bagyo
ak kenal siapa itu Nyai Pati Pa
apati!" ucap Eyang P
etuk Pak Bagyo. "Memangnya N
i, Bagyo! D
nggih, Eyang?" tanya Pak Bagy
ngebut mikir! Koe ini petinggi desa, Bagyo! Jelas ini ada hubungannya denganmu. Rungokne (dengark
ya Pak Bagyo. "Saya kira, setelah gadis itu mati, semua bakal kembali sentosa
ku! Kenapa kalian jadi ikut-ikutan? Kalian juga yang merencanak
tu? Eyang juga bilang, mata Mawar mirip dengan iblis yang dulu menghancur
gawat! Dan soal Mawar, kalau ndak mencoba pemikiran kalian, siapa yang tau hasilnya? La
*
ecantikanku tersaingi," seru Mbak Laili, perempuan berusia 27 tahun dengan rambut bergelomban
wae sampean kalah, Mbak!" Cel
wae sama Kang Mas Udin!" cerocos Mbak Laili. Pasang matanya kembali mena
gar semua bisik-bisik yang ditujukan untuknya, dia tersenyum miring. "Mari lihat wajah cantikku malam nanti, bisa
arapati pada Mawar. Tentu hanya dua sosok yang kini berada dal
menghinakan aku karena mata merahku,"
tku memulai ini lebih awal ka
itu, Nyai?" t
n tau sendiri," sahut Nyai Larapat