ngar lucu memang, dia sedang mencuri ayam tetangga, namun dia juga
bergegas menutup kembali pintu kandangnya, kemudian segera mengedarkan pandang ke berbagai penjuru sekitar rumahnya. Giginya bergemulatuk menahan amarah. Wajar sa
ang akan dia periksa segera adalah kandang ayam petelur, dimana Mbah Karso bersembunyi di ba
Tes..
mbasahi rambut dan juga keningnya. Dia meraba keningnya dan mendapati cairan merah berbau anyir disana. Kardi y
ugh!
arena terkejut. Kardi beringsut mundur dengan tubuh gemetaran. P
pingsan. Namun sepertinya, doanya tak terkabul karena bahkan saat sosok b
ntung kepalanya tampak berada di genggaman tangan kanan sosok berkuku runcin
rmata merah itu melesat cepat dan berhenti tepat di depan Kardi. Jarak mereka berdua kini hanya seje
unya dengan dua tangan menangkup di atas kepala. Sosok Mawar menyeringai, dia menoleh ke arah Mbah Karso yang
demi tetes air mata yang keluar dari netranya yang terasa memanas. "K
golok lalu menyembelih ayam cemani itu secepatnya. Sebuah kendi beruku
rrrr
tampak menggelepar namun sekuat tenaga Mbah Ka
Eh, hati opo jantung yo?" gumam Mbah Karso. "Opo perlu tanya lagi sama Nyai? Tapi gimana cara panggil Nya
embelek dada ayam itu dengan sebuah belati kecil. Tak ada rasa jijik,
a sendiri. Satu-satunya teman bicaranya sudah tiada karena kekejaman para warga. Wajar saja hati lembutnya
demikian rupa bersandingan dengan bunga dan sekendi kecil darah segar ayam cemani. Tak lupa, segeng
kan. Dia duduk bersila tepat di depan gundukan tanah yang masih basah nan merah. Suara binatang malam meramaika
sh! J
tu lilin diletakkan di tengah nampan. Nyala api meliuk-liuk ditiup angin malam. Mbah Karso mengambil buku peni
buku itu. Bibir kering nan pucatnya mulai bergetar, dia menggumam pelan membacakan mantra pembangkit. Ya, dia su
iwa kang
ga kang
mu kup
u kuh
ora tuntas
ora terbal
diwale
diwale
Nyai
segenap ra
ri nganti meng
r Ut
r Ut
r Ut
u sebut
itlah
ah.. Ban
kembang melati tercium samar-samar, namun beberapa saat kemudian semakin pekat mengaduk-aduk i
sannya juga aroma kembang melati terbawa angin hingga menyebar pada seluruh
a. Sosok Mawar yang sedang duduk bersimpuh di samping tanah makamnya h
Krincing
arso berdiri, entah kenapa dia merasa yakin, ini adalah tanda kehadiran sosok yang baru-baru ini
henti tepat di depannya. Dia memberikan salam hormat, tangannya