ak
sinya tumpah. Dia mulai memunguti satu persatu uang yang berserakan. Air matanya
ini, Mbah mau ke rumah Kardi." Mbah Karso berbicara p
s meter dari rumahnya. Nafasnya terengah-engah, dia sudah cukup kepayahan malam ini. Duka dan kenya
lik Kardi terlihat di kejauhan sana, membuat
Dok Do
ii! Kardi!" Serunya
erunya se
engar nyaring, kemudian si pemilik ru
ingin meniadakan Mawar, pria renta itu juga ikut dijauhi. Tapi bila dipik
ninggal, Di!" ujar Mbah Karso tergugu. Kardi tampak terkejut,
nar menjalankan rencan
o D
u saja rumah Parto atau Misbah, jangan rumahku! Percuma toh, aku ndak mau menggali liang buat
u. Mawar putuku bukan pembawa sial, Di! Berapa kali to
rdi gangguin Mawar dengan dorong dia ke sungai!? Mawar nyumpahin Mardi biar hanyut, eh hanyut beneran toh!?
sing kalian takuti wis ndak bisa terbuka. Kenapa sampean masih bersikeras
, jangan harap ada warga yang mau datang membantu. Asal sampean tau, kematian Maw
jolak amarah. "Setan koe!! Yang Iblis bukan Mawar, tapi ka
i rumah-rumah para penggali kubur, namun jawaban yang sama dia terima. Terpaksa, dia
an lesu, mengambil cangkul dan
Duk!
r sendirian. Rasa sesak kembali merajai hatinya yang gersang. Satu hal yang dia
menimpa sampean itu sudah di rencanakan. Mereka keji, Nduk. Entah fitnah ap
Si Mbah. Sampean pakai saja kafan yang Mbah siapkan buat kalau Mbahe ninggal. Uange ndak cukup buat be
matanya jatuh ke kening Mawar. "Mbah bersihkan getih
sediakan. Dia membaringkan Mawar di amben bambu. Tangannya gemetar kala membuka satu persat
air lalu menyiramkan perlahan. "Getihe ndak mau berhenti. Ini pasti sak
arik, lantas membawanya kembali ke ruang depan. Tikar yang penuh dar
r ke atasnya. Dia membebat tubuh cucu semata wayangnya per
ngkan, Mbah cuma sendirian," lirihnya. Akhirnya,
. "Duh Gusti, piye iki? Si Mbah ndak punya cadangan kain kafan," desahnya parau. Tak ad
enang, Mbah ndak akan jauh-jauh dari sampean. Setiap hari, M
ngungan. "Gimana cara Mbah turunkan sampean, Mawarku?" gumamny
an Si Mbah, Nduk. Maaf," mohon Mbah Karso. Pria itu turun, membenarkan posisi Mawar ya
ereka berbuat seperti ini, Mbah ndak bisa terima," rutuknya sembari menutup liang itu dengan tanah. Setelah berjam-jam lamanya melewati semua hal yang m
ar padam. Bagaimana Mbah melewati ini tanpa sampean, Nduk? sementara sela