/0/19148/coverbig.jpg?v=75957c119eed08ef1a74136c81a2aea6)
Kisah-kisah pilihan tak terduga
Kenalin namaku Jaka Susantio atau biasa dipanggil Jack biar kerenan dikit. Ibuku asli Garut, Jawa Barat, sementara ayahku asli Semarang, Jawa Tengah. Aku tinggal di kostan kawasan Cianjur. Sementara orang tuaku bersama ke tiga adikku tinggal di Cirebon.
Maaf kalau cerita ini bahasanya agak sedikit vulgar apa adanya, karena memang pengalaman pribadi, dan aku terbiasa bicara ceplas ceplos. Jika sedikit terganggu dengan bahasa yang agak vulgar mohon maaf dan mohon dimaklum. Coba aja terus baca dulu, minimal sampai bab 6, siapa tahu berkesan dan jika suka teris lanjutkan sampai selesai.
Pekerjaanku sebagai tukang penagih kreditan, alias Debt Collector. Umur 22 tahun, masih relatif muda namun bermutu.
Selama hidup aku gak pernah kenal yang namanya pacaran. Dalam arti benar-benar punya pasangan kekasih seperti remaja pada umumnya. Boro-boro pacaran, kenal deket sama cewek aja gak pernah. Abis setiap mau kenalan, pasti tuh mental aku down, karena merasa tampangku gak ganteng-ganteng amat, walau hampir semua teman-teman sesama debt collctor, jauh lebih hancur dariku.
Anehnya cewek juga sepertinya tidak terlalu tertarik dengan penampilanku. Walau tidak pada lari saat lihat muka aku yang sejujurnya kayak preman, terkesan lebih tua dari usia sebenarnya, jadi bermutu alias 'bernuka tua'. Mungkin karena posturku yang agak kerempeng, wajahku tirus hitam manis, senang memelihara kumis dan jenggot dari sejak remaja namun terawat baik. Serta suka berdandan selengean ala preman. Maklum anak jebolan STM, pernah aktif dalam geng motor, tapi bukan anak buahnya Pegi Cianjur anaknya Pak Cecep.
Walau belum pernah pacaran, namun sudah cukup pengalaman dalam hal membombardir memek. Baik secara baik-baik atau secara maksa, lebih sering dengan WTS, alias wanita panggilan, pelacur murahan pinggir jalan. Namun yang pasti dilakukan di tempat-tempat yang ala kadarnya, tanpa penghayatan dan perasaan lebih. Hanya sebatas menyalurkan syahwat, tak jauh beda dengan onani.
Semua kenakalanku itu berubah gara-gara satu orang.
Siapakah orang itu? Orang itu tak lain dan tak bukan adalah orang yang sedang memarahi aku saat ini.
''Gimana sih lu, Jack! Bisa kerja gak sih? Jangan kumis aja lu gedein, badan sama setoran juga gedein doong!'' omel seorang ibu-ibu kepadaku yang sedang kebingungan meredakan amarahnya.
Dia adalah Bu Haji Ijah, istrinya Pak Haji Mamad, bosku. Pak Haji Mamad sebenarnya masih saudara sepupu dengan ibuku. Bu Haji Ijah asli Betawi, usia 42 tahun. Orangnya sih lumayan cantik, kadang berpakaian tertutup kalau mau ikut pengajian doang. Toketnya juga gede, karena udah menyusui empat anaknya yang sekarang udah gede-gede.
Bodi Bu Haji Ijah juga lumayan montok kayak Titi DJ, tapi sayang kelakuannya kayak mak lampir. Suka pamer, mulutnya pedas kaya cabe rawit malah kadang cenderung menyakitkan. Pokoknya jauh dari akhlaq seorang wanita yang pernah naik haji. Maklum titel Hajah hanya dia jadi topeng rentenir yang sangat kejam.
Setelah marah-marah panjang lebar, akhirnya berhenti juga setelah ditenangin oleh suaminya. Aku diultimatum wajib membawa setoran lebih banyak kalau masih mau bekerja dengannya. Sambil dongkol, aku pulang ke kostan sedehanaku. Kebetulan aku kost juga di rumah sepupu ayahku, jadi agak murah bayarnya, walau agak jauh tempatnya.
Andai saja ada pekerjaan lain yang lebih baik, mungkin aku sudah pindah. Namun sejak lulus STM, aku sama sekali tak pernah punya pekerjaan lain, selain menjadi penagih utang di tempat saudaraku sendiri yang jadi rentenir berbaju kreditur hebat itu. Bermodalkan motor tua berlebel RX King, kadang aku menjadi King Jalanan.
Besok siangnya, aku berangkat nagih utang yang macet-macet. Salah satu targetku adalah pemilik warung di salah satu kompleks tempat aku keliling. Namanya Teh Dewi, istrinya Bang Ramzi. Teh Dewi, masih sepupuan dengan Pak Haji Mamad juga dengan ibuku. Dan anehnya justru para sepupu itu juga yang kadang menghambat lancarnya usaha. Mungkin karena merasa ada ikatan saudara jadinya suka nganggap enteng. Padahal ada prinsip sakral dalam dunia bisnis, 'Bussines Is Bussiness.'
Teh Dewi ini si mulut dan muka manis. Ketika ngajuin kredit, segala tektek bengek rayuan sebagai saudara sepupu dekat dia keluarkan. Namun ketika ditagih bagaikan musuh bebuyutan, segala macam alasan dia keluarkan, bahkan kadang omongan nyelekit pun keluar. Kebiasaan dia, ketika aku belum sampai di warungnya, dia sudah menghilang entah kemana.
Teh Dewi sebenarnya orangnya lumayan cantik, muka khas Sunda geulis karena ibunya berasal dari Bandung. Toket lumayan muncul, bodi langsing kayak Desi Ratnasari, tapi dia rada pendek. Bang Ramzi suaminya seorang tentara, kelahiran Medan, saat ini sedang tugas di Papua selama dua tahun, punya satu anak lelaki umur tiga tahun.
Ketika aku berhenti depan rumah yang merangkap warungnya, ternyata tutup dan sepi. Aku yakin Teh Dewi sengaja menutup warungnya karena tahu hari ini jadwal aku menagih kreditan ke kompleks ini. Sudah satu bulan kredit dia macet, seharusnya sudah lunas tiga minggu yang lalu.
Aku panggil-panggil gak ada orang. Ya udah, aku coba masuk saja lewat dapur. Pas aku lewat kamarnya Teh Dewi, aku dengar suara mencurigakan. Insting detektifku langsung keluar. Pas aku intip pelan-pelan, aku lihat Teh Dewi sedang masturbasi pake dildo sambil meremes-remes toketnya yang gede kaya melon. Otak mesumku segera berpikir keras gimana caranya biar aku bisa mendapatkan hasil maksimal dari sepupu ibuku ini.
Aku balik lagi ke depan, terus aku teriak-teriak agak kenceng biar dia tahu kalau aku sang penagih ganteng sudah datang. Gak berapa lama, Teh Dewi menghampiri aku sedikit tergopoh-gopoh dengan wajah keringetan dan napasnya ngos-ngosan.
''Habis ngapain, Teh, sampe ngos-ngosan gitu?'' tanyaku berlagak bego.
''Itu, habis nimba air tadi di sumur,'' jawabnya malu-malu karena aku terus menatapnya sampai dia salah tingkah. Dan yang pasti dia tidak punya sumur, hehehe.
'Bilang aja lagi sange berat.' batinku.
''Eh, kok sepi amat, Teh, si Adit kemana?'' tanyaku menanyakan anaknya.
''Lagi nginep ke rumah kakeknya, tadi dijemput.'' balasnya. Kakek yang dimaksud adalah bapaknya Bang Ramzi, alias mertuanya, karena orang tua Teh Dewi tinggal di Bandung.
''Oh, terus gimana, sudah ada belum uangnya buat melunasi cicilannya?'' tanyaku langsung pada sasaran.
''Aduh, Jack, minggu depan aja ya. Warung lagi sepi nih, mana kiriman Bang Ramzi belum datang lagi,'' jawabnya berbohong, karena aku yakin tiap bulan pun gaji suaminya gak pernah telat.
''Wah, gak bisa, Teh. Aku sudah dimarahi sama boss gara-gara setoran kurang terus, seharusnya bulan lalu teteh sudah lunas!'' sergahku tak mau lagi kompromi.
"Halah, bilangin aja sama Pak Haji Mamad, masa sama saudara aja perhitungan banget. Dia kan sepupu aku juga. Sama kaya ibumu, Jaka!" Tiba-tiba saja Teh Dewi nyolot.
"Aku juga berarti masih sepupunya Pak Haji Mamad, Teh. Tapi kerja ya kerja, gak ada urusan sepupu. Teteh juga begitu, utang ya utang. Apalagi ini sudah lama banget jatuh temponya!" Aku rada kesal, karena selalu itu alasannya. Belanja online setiap saat tapi bayar utang udah kaya kiamat.
Teh Dewi, kebingungan. Mungkin lebih tepatnya kaget dengan jawabanku yang kali ini agak tegas dan sedikit memaksa.
''Ya udah deh, bentar ya, Jack, aku ambil uangnya dulu,'' katanya sambil pergi ke kamarnya.
"Nah, dari tadi gitu, gampang kan?" sergahku lagi masih berlaga marah dan kesal padahal sebuah rencana besar sudah menari-nari dalam otak kusutku.
Aku ikutin dari belakang masuk ke rumahnya karena memang sudah biasa. Aku lihat lewat celah pintu kamar dia mengambil uang dalam kotak di atas lemari agak tinggi sambil jinjit. Tapi tak berapa lama dia hilang keseimbangan terus jatuh sama kotak uang dan barang-barang di lemari ikut berjatuhan, termasuk dildo yang tadi dia pake buat masturbasi.
Melihat itu, aku buru-buru masuk kemarnya dan membantu mungutin barang-barangnya yang berjatuhan. Pas aku ngambil dildo, dia melotot melihat aku memperhatiin dildo dengan seksama sambil senyum-senyum mesum.
''Eh, ngapain kamu lihat-lihat barang orang, itu barang rahasia khusus buat wanita dewasa. Emangnya kamu bencong? Kok malah senyum-senyum lihat begituan?'' sergahnya makin sewot.
''Gak. Aku cuma penasaran aja, Teh. Kok kontol palsu sekecil gini apa bisa puasin Teteh? Gedean juga kontol aku yang asli,'' jawabku frontal sambil berdiri menunjukin kontolku ke dia, walau masih pake celana tapi sudah keliatan menggelembung, karena celanaku memang ketat lagian dari tadi, sejak melihatnya masturbasi sudah agak ngaceng walau belum maksimal.
''Emangnya kontol kamu segede dildo itu? Gak percaya aku!'' kata Teh Dewi masih sangat kesal atau lebih tepatnya malu. Tapi jujur aja aku kaget karena dia pun bicaranya cukup vulgar. Selama ini tak pernah aku dengar dia begitu, si mulut manis dan si wajah manis, masa berani bicara porno seajaib itu?
^*^
“Good, kamu juga bisa mengelaborasi tugas itu, yang penting misi utama tidak terabaikan. Ingat kita hanya waktu maksimal tujuh bulan!” “Siap komandan!” “Kamu mesti tahu bahwa Madam Elva tidak sembarangan ngambil anak buah. Dia bukan germo kelas bawah yang menipu anak gadis di kampung buat dijual di kota. Ya, mungkin dia pernah atau masih juga begitu sih, dengar-dengar jaringannya menyediakan buat semua pangsa pasar.” Nikita masih terdiam menyimak. “Itu nanti kamu cari tahu saja. Yang jelas banyak anak buahnya itu high class, dan punya profesi utama bukan hanya sebagai pelacur: Ada yang masih mahasiswi, wartawan, sekretaris, perawat, atau malah istri orang yang diabaikan suaminya. Kamu bisa paham kan tipe seperti apa orang-orang yang bekerja sama dengan kamu nantinya.” Kompol Rudy menambahkan,
‘Ikuti terus jatuh bangun perjalanan Sang Gigolo Kampung yang bertekad insyaf, keluar dari cengkraman dosa dan nista hitam pekat. Simak juga lika liku keseruan saat Sang Gigolo Kampung menemukan dan memperjuangkan cinta sucinya yang sangat berbahaya, bahkan mengancam banyak nyawa. Dijamin super baper dengan segala drama-drama cintanya yang nyeleneh, alur tak biasa serta dalam penuturan dan penulisan yang apik. Panas penuh gairah namun juga mengandung banyak pesan moral yang mendalam.
Sepatah Kata, Jangan pernah bengong dan tertegun-tegun jika belum selesai membaca kisah yang sangat AGAK LAEN dan super unik dalam novel ini. Mungkin banyak yang tidak terpcaya jika cerita ini lebih dari 58,83% merupakan KISAH NYATA, 24,49% Modifikasi Alur dan 16,68% tambahan halu sebagai variasi semata. Buktikan saja keunikan kisah dalam novel ini. Jangan mengatakan gak masuk akal jika belum tahu bahwa hal itu bisa terjadi kapan dan dimanapun juga
Ketika Nadia mengumpulkan keberanian untuk memberi tahu Raul tentang kehamilannya, dia tiba-tiba mendapati pria itu dengan gagah membantu wanita lain dari mobilnya. Hatinya tenggelam ketika tiga tahun upaya untuk mengamankan cintanya hancur di depan matanya, memaksanya untuk meninggalkannya. Tiga tahun kemudian, kehidupan telah membawa Nadia ke jalan baru dengan orang lain, sementara Raul dibiarkan bergulat dengan penyesalan. Memanfaatkan momen kerentanan, dia memohon, "Nadia, mari kita menikah." Sambil menggelengkan kepalanya dengan senyum tipis, Nadia dengan lembut menjawab, "Maaf, aku sudah bertunangan."
Bagi Sella Wisara, pernikahan terasa seperti sangkar yang penuh duri. Setelah menikah, dia dengan bodoh menjalani kebidupan yang menyedihkan selama enam tahun. Suatu hari, Wildan Bramantio, suaminya yang keras hati, berkata kepadanya, "Aisha akan kembali, kamu harus pindah besok." "Ayo, bercerailah," jawab Sella. Dia pergi tanpa meneteskan air mata atau mencoba melunakkan hati Wildan. Beberapa hari setelah perceraian itu, mereka bertemu lagi dan Sella sudah berada di pelukan pria lain. Darah Wildan mendidih saat melihat mantan isrtinya tersenyum begitu ceria. "Kenapa kamu begitu tidak sabar untuk melemparkan dirimu ke dalam pelukan pria lain?" tanyanya dengan jijik. "Kamu pikir kamu siapa untuk mempertanyakan keputusanku? Aku yang memutuskan hidupku, menjauhlah dariku!" Sella menoleh untuk melihat pria di sebelahnya, dan matanya dipenuhi dengan kelembutan. Wildan langsung kehilangan masuk akal.
Cerita ini banyak adegan panas, Mohon Bijak dalam membaca. ‼️ Menceritakan seorang majikan yang tergoda oleh kecantikan pembantunya, hingga akhirnya mereka berdua bertukar keringat.
Hanya butuh satu detik bagi dunia seseorang untuk runtuh. Inilah yang terjadi dalam kasus Hannah. Selama empat tahun, dia memberikan segalanya pada suaminya, tetapi suatu hari, pria itu berkata tanpa emosi ,"Ayo kita bercerai." Hannah menyadari bahwa semua usahanya di tahun-tahun sebelumnya sia-sia. Suaminya tidak pernah benar-benar peduli padanya. Saat dia masih memproses kata-kata mengejutkan itu, suara pria yang acuh tak acuh itu datang. "Berhentilah bersikap terkejut. Aku tidak pernah bilang aku mencintaimu. Hatiku selalu menjadi milik Eliana. Aku hanya menikahimu untuk menyingkirkan orang tuaku. Bodoh bagimu untuk berpikir sebaliknya." Hati Hannah hancur berkeping-keping saat dia menandatangani surat cerai, menandai berakhirnya masanya sebagai istri yang setia. Wanita kuat dalam dirinya segera muncul keluar. Pada saat itu, dia bersumpah untuk tidak pernah bergantung pada belas kasihan seorang pria. Auranya luar biasa saat dia memulai perjalanan untuk menemukan dirinya sendiri dan mengatur takdirnya sendiri. Pada saat dia kembali, dia telah mengalami begitu banyak pertumbuhan dan sekarang benar-benar berbeda dari istri penurut yang pernah dikenal semua orang. "Apa yang kamu lakukan di sini, Hannah? Apakah ini trik terbarumu untuk menarik perhatianku?" Suami Hannah yang selalu sombong bertanya. Sebelum dia bisa membalas, seorang CEO yang mendominasi muncul entah dari mana dan menariknya ke pelukannya. Dia tersenyum padanya dan berkata dengan berani pada mantan suaminya, "Hanya sedikit perhatian, Tuan. Ini istriku tercinta. Menjauhlah!" Mantan suami Hannah tidak bisa memercayai telinganya. Dia pikir tidak ada pria yang akan menikahi mantan istrinya, tetapi wanita itu membuktikan bahwa dia salah. Dia kira wanita itu sama sekali tidak berarti. Sedikit yang dia tahu bahwa wanita itu meremehkan dirinya sendiri dan masih banyak lagi yang akan datang ....
Nafas Dokter Mirza kian memburu saat aku mulai memainkan bagian bawah. Ya, aku sudah berhasil melepaskan rok sekalian dengan celana dalam yang juga berwarna hitam itu. Aku sedikit tak menyangka dengan bentuk vaginanya. Tembem dan dipenuhi bulu yang cukup lebat, meski tertata rapi. Seringkali aku berhasil membuat istriku orgasme dengan keahlihanku memainkan vaginanya. Semoga saja ini juga berhasil pada Dokter Mirza. Vagina ini basah sekali. Aku memainkan lidahku dengan hati-hati, mencari di mana letak klitorisnya. Karena bentuknya tadi, aku cukup kesulitan. Dan, ah. Aku berhasil. Ia mengerang saat kusentuh bagian itu. "Ahhhh..." Suara erangan yang cukup panjang. Ia mulai membekap kepalaku makin dalam. Parahnya, aku akan kesulitan bernafas dengan posisi seperti ini. Kalau ini kuhentikan atau mengubah posisi akan mengganggu kenikmatan yang Ia dapatkan. Maka pilihannya adalah segera selesaikan. Kupacu kecepatan lidahku dalam memainkan klitorisnya. Jilat ke atas, sapu ke bawah, lalu putar. Dan aku mulai memainkan jari-jariku untuk mengerjai vaginanya. Cara ini cukup efektif. Ia makin meronta, bukan mendesah lagi. "Mas Bayuu, oh,"
Pada hari pernikahannya, saudari Khloe berkomplot dengan pengantin prianya, menjebaknya atas kejahatan yang tidak dilakukannya. Dia dijatuhi hukuman tiga tahun penjara, di mana dia menanggung banyak penderitaan. Ketika Khloe akhirnya dibebaskan, saudarinya yang jahat menggunakan ibu mereka untuk memaksa Khloe melakukan hubungan tidak senonoh dengan seorang pria tua. Seperti sudah ditakdirkan, Khloe bertemu dengan Henrik, mafia gagah tetapi kejam yang berusaha mengubah jalan hidupnya. Meskipun Henrik berpenampilan dingin, dia sangat menyayangi Khloe. Dia membantunya menerima balasan dari para penyiksanya dan mencegahnya diintimidasi lagi.