u kedatangan Arka, si empunya rumah sudah membukakan pintu setibanya Arka di halaman rumah
h sama tegap dengan Arka, menyambut di ambang pintu. Otot-otot pria itu tampak liat, menyembul dari kaus abu-abu lengan pendek yang dia kenakan. Kerja
"Gini-gini gu
anu mengangk
pada sosok di seberangnya. Danu berkelit, kemudian dengan sigap me
asi kayak gini lo mesti kencengin solat sama doa lo. B
pada nama itu, dan pada dirinya sendiri. Ya, bagaimanapun, dirinya juga ambil peran dalam lubang masalah ini. Dan hal ini membuat A
pe kapan lo ba
diganjar pekerjaaan segunung." Tanpa sadar Arka menarik-narik kerah lehernya, seakan di sana ada dasi yang biasa dia tarik dan longgarkan simpulnya, sebagaimana kebiasaannya sa
ni, bisa-bisa dia dianggap gila. Tapi jujur, sakin
ng tak bertanggung jawab. Lebih baik hanya punya satu kelereng, daripada punya berpuluh-puluh, bahkan sampai p
api besok dan hari-hari setelahnya, kamu akan dipenuhi r
selalu Arka inga
ah utang si keparat Acung, tapi dengan Arka mau terlibat dalam proses transaksi ini, bagaimana dia bisa dengan sukarela membolehkan na
uin Acung, gimana langkah lo selanjutnya?" tanya D
ta getir meluncu
a putus asa, Danu bertanya dengan santai, "Si Resy
pas kita masih jamannya kuliah. Kalau dulu dia cuma tidur sama
Nggak takut titi
itu, keduanya pu
i overload aja yang bisa bikin Re
nggak mau kerja kantoran, dan
a. "Maksud lo, kalau di kampung nggak ada overload kerj
g kedua orang tuanya masih tak pulang dari masjid sehingga mereka berdua bebas berkela
nggak bisa kalau mau gue bandingan sama penghasilan lo-lo pada di sana. Tapi gue nggak mesti ngerasain stres berlebih kayak pas kalian lagi dikejar deadline. Nggak ada tuntutan berlebih, nggak ada bos penuntut. Hidup lebih santai." D
ndecihk
antoran, ataupun pegawai apa pun yang akan membuatnya terikat. Padahal bukannya Danu tidak punya
embuang-buang waktu tanpa menghasilkan uang seberapa, dibandingkan dengan pekerjaannya dan Resya yang stabil, berada di ruang ber-AC, terlindungi dari terik matahari, d
dang dalam posisi bisa
epat kapan dia akan mengajukan surat resign-nya. Tetapi kini setelah Acung menipunya, Arka tak punya jamina
gue buat Bu Armi dan Pak Jaka," pamit Arka
? Bentar lagi Ibu-Bapak pa
npa memberi alasan.
i takut ditanya-ta
yang nggak ngerti a
Butuh tujuan. Mereka cuma bantu
duluan nikah," potong Arka, kesal d
juga nggak keberatan. Gue cu
ecepat itu pula satu sudut pikirannya yang lain mencegat. Entah kenapa Arka tak