ol
sebagai penerang, dan kelopak bunga mawar yang bertebaran memenuhi permukaan ranjang, m
uan itu mendongak, menyambut lelaki
Tangannya terasa dingin-yang tak ada hubungannya dengan seberapa minim gaun tidur yang dia kenakan-dan ir
jengah dengan tatapan lekat yang lelaki i
a tak menyangka bahwa akhirnya dia
alah kisah lain, kisah lain yang dia kira telah pupus saat mereka masih remaja. Namun ternyata takdir m
mengelus pipinya. Elusan yang kemudian turun ke leher, ke tulang selang
untung dirinya. Bahwa badai yang selama ini harus dia hadapi seorang diri,
uami barunya tak sebaik itu. Ada rencan
rt
barangnya nggak ada yang tersisa. Semuanya diangkutin s
a tanda-tanda dia ada di sini. Orang tuanya juga gue liat biasa aja
ereka bukan
yang kalau disuruh akting macam artis sinetron nggak bakal tahu. Ya ... kecuali si Acung. Nggak ngerti deh dia bergur
an. Setelah bertahun-tahun tinggal di kota metropolitan, bahkan kini telah terbiasa menggunakan lo-gu
terkenal pintar dan teliti bisa j
ngpret kurus nan tengik bernama Acung. Pemuda yang bahkan tak becus lulus kuliah dan berakhir "mengembara" dari satu ker
k habis
rapi itu pun berakhir acak-acak
i Arka berbeda. Dia bukan penganut kebiasaan itu. Arka akan menggunakan weekend-nya untuk melakukan aktivitas yang sama aktifnya seperti saat hari kerja. Entah dengan melakukan hal-hal domestik seperti bersih-bersih aparte
gaya hidupnya yang se
abisnya. Dia mulai jenuh dengan perlombaan tak sehat dalam memperebutkan promosi. Dia ingin formula yang berbeda. Bahkan meski harus bekerja dengan jumlah hari yang lebih banyak, Arka tak keberatan. Tentu, jumlah hari libur yang lebih banyak pasti yang le
ak. Bukan hanya modalnya dibawa kabur oleh Acung, Acung juga telah menjadikan nama Arka sebagai pen
olahraga di gym, dan sederet lis lainnya, dia malah terjebak di dalam ru
a muncul di gym. Tak seperti biasanya yang selalu on time, kali ini Arka telat sampai satu jam. Benar-benar rekor telat yang mencengangkan. Bahkan sebenarny
tuan 119. Para rentenir itu melihat saat Arka menyelinap keluar dari rumahnya lewat jalan belakang. L
mal dan dapat mengebut serta meliuk-liuk gesit di ja
napas terengah-engah. Peluh me
sama cewek, ya. Ngaku aja. Lo napasnya sampe ngap-ngap kayak gitu, pasti saking capeknya ngelayanin itu cewek." Lalu d
pikirannya tak jauh dari selangkangan, Arka melirik s
, Arka langsung menerima telepon denga
patan yang disertai anca