Orang ketiga bisa hadir darimana saja tak terkecuali dari orang yang kita pekerjakan di rumah kita sendiri.
"Bu, hari ini Ibu libur kerja kan? Kalau Ibu libur, rencananya saya mau ke salon sebentar. Boleh kan, Bu?"
Yuni, Asisten Rumah Tangga sekaligus pengasuh Silla, anak perempuan semata wayang kami bertanya saat aku sedang konsentrasi mengupas kentang dan wortel yang rencananya akan dimasak bersama ayam yang sudah dipotong kecil-kecil untuk diolah menjadi sup ayam, kesukaan Silla dan Mas Arman, suamiku.
Di hari Sabtu dan Minggu seperti ini yang merupakan hari libur kerja, aku memang biasanya terjun sendiri ke dapur untuk menyiapkan makanan buat Silla dan Mas Arman yang sekali-kali kadang ingin juga mencicipi masakan istri dan ibunya ini.
Jadilah, pagi ini selepas salat subuh aku bergerak menuju dapur dan berkutat dengan alat dapur sementara Yuni kusuruh bersih-bersih rumah.
Namun, belum selesai ia membersihkan bagian dapur di mana aku sedang beraktivitas saat ini, Yuni sudah minta diizinkan keluar.
"Kamu mau ngapain ke salon? Potong rambut?" tanyaku sembari menoleh padanya.
Kulihat rambut ART-ku itu memang sudah panjang hingga melewati batas bahu. Mungkin itu membuatnya gerah saat melakukan pekerjaan rumah yang menjadi tanggung jawabnya dan membuatnya ingin segera memotong rambut.
Namun, di luar dugaan, gadis itu justru menggelengkan kepalanya.
"Bukan, Bu. Mau perawatan aja. Facial, creambath sama luluran. Mungkin agak lama makanya Yuni izin dulu," ucapnya sembari melempar pandangan ke samping seolah ingin menghindari kontak mata denganku.
Facial? Luluran? Ups, apa mungkin aku saja yang kurang suka pergi ke salon karena berpikir semua itu bisa dilakukan di rumah seperti yang selama ini kulakukan?
Ya. Aku memang lebih suka melakukan treatment sendiri di rumah. Setelah membeli produk kecantikan dan skin care yang diperlukan maka aku akan melakukan perawatan sendiri di kamar ketimbang jauh-jauh pergi ke salon. Lebih efisien soal waktu dan biayanya menurutku. Lumayan bisa menghemat uang juga karena tak perlu membayar jasa si mbak salon. Bukan hanya luluran, facial dan creambath pun semuanya dilakukan sendiri di waktu-waktu senggang, seperti hari libur begini.
Namun, mungkin diriku beda dengan Yuni yang sepertinya rela menguras uang gajinya demi bisa perawatan di salon.
Kulihat pakaian gadis berusia dua puluh dua tahun itu sudah rapi. Kaos ketat dipadu dengan rok pendek selutut membalut tubuhnya yang tinggi, langsing dan semampai, membuat penampilan ART-ku itu terlihat cantik dan seksi. Wajahnya yang lumayan manis juga dipoles make up tipis. Siap pergi.
"Izinin aja Ma. Yuni kan juga butuh refreshing. Capek di rumah terus jagain Silla dan beres-beres rumah. Sekali-kali mungkin pengen keluar," celetuk Mas Arman tiba-tiba dari balik sekat ruang tengah menuju dapur.
Senada dengan Yuni, penampilan Mas Arman pun terlihat rapi. Kaos brand ternama dipadu Jeans dari merek terkenal melekat di tubuhnya. Membuat penampilan lelaki berusia tiga puluh dua tahun itu terlihat modis dan enerjik. Mas Arman memang tampan. Tak salah jika banyak wanita menyukainya meski sudah beristri.
Mendengar celetukan suamiku yang kelihatannya memaklumi keinginan Yuni, aku pun hanya mengangkat bahu dengan pasrah. Ya mungkin sekali-kali gadis itu juga perlu waktu untuk refreshing dari penatnya mengerjakan pekerjaan rumah.
Tak mengapa sekali-sekali kuizinkan gadis itu keluar asal tidak berlama-lama karena aku juga perlu istirahat siang nanti setelah lima hari capek berkutat dengan pekerjaan di kantor. Hari ini harusnya bisa istirahat setelah capek mengolah masakan di dapur, tetapi tak bisa karena Yuni hendak pergi.
"Ya sudah. Pergi aja, Yun. Tapi jangan lama-lama ya, kalau bisa jam 2 udah di rumah. Minta mbaknya jangan lama-lama ngelulurnya biar siang udah bisa pulang. Oke?" sahutku sembari memasukkan potongan kentang dan wortel ke dalam panci, siap untuk direbus bersama potongan daging ayam yang sudah lebih dulu direbus di atas kompor.
"Baik, Bu. Kalau gitu Yuni berangkat dulu ya, Bu. Permisi...." Yuni menyampirkan sling bag di pundaknya lalu berjalan keluar rumah dengan langkah pelan setelah melempar pandang sekilas pada Mas Arman. Entah apa maksudnya, tapi aku hanya menganggap itu ungkapan minta diri.
Sepeninggal Yuni, Mas Arman beranjak menuju kamar dan kembali lagi dengan penampilan rapi dan tubuh tercium bau wangi parfum yang khas, membuatku bertanya-tanya di dalam hati. Mas Arman mau kemana kok jadi ikut-ikutan mau pergi, bukannya memilih me time di rumah mengingat waktu kami berkumpul hanya bisa dilakukan pada saat hari libur kerja seperti ini?
Belum sempat bertanya, Mas Arman sudah duluan membuka mulutnya.
"Mas, juga mau keluar sebentar ya, Nis? Mau cari angin dulu di stadion. Silla juga lagi nonton teve. Jadi kamu bisa nerusin masak tanpa terganggu sama dia. Oke?" ucapnya dengan nada tenang seolah-olah tak tahu perasaanku yang mendadak bertanya-tanya sendiri kenapa saat Yuni baru saja pergi, Mas Arman juga minta izin keluar rumah? Ada apa ini?
Melihat Mas Arman meraih kunci mobil, aku hanya diam sembari menepis prasangka yang menyelusup dalam benak.
Ah, apa mungkin kepergian Mas Arman ada kaitannya dengan kepergian Yuni? Tapi tidak mungkin! Terlalu rendah dan tak dewasa rasanya jika menuduh Mas Arman berbuat yang tidak-tidak dengan pembantu itu. Terlalu paranoid rasanya.
"Ya, sudah. Pergi saja tapi jangan lama-lama ya, Mas. Soalnya aku mau istirahat siang, capek dan ngantuk. Jadi nanti gantian ya awasi Silla," ujarku yang disambut Mas Arman dengan anggukan kepala tanda setuju.
Usai mendapat persetujuan dariku, bergegas lelaki yang sudah mendampingi hidupku selama tujuh tahun itu melenggang menuju garasi dan mengeluarkan mobil sport kesayangannya menuju halaman rumah. Sesaat kemudian deru halus mesin mobil yang dikendarainya meninggalkan rumah menuju jalan raya di depan sana.
***
Jarum jam sudah hampir menunjukkan pukul dua siang, tetapi tanda-tanda Yuni atau pun Mas Arman kembali belum juga kelihatan.
Berkali-kali kuintip halaman dari gorden jendela yang kusibakkan, berharap mobil Mas Arman sudah kembali, tetapi nihil. Hingga lelah kepala ini berkali-kali mengintip ke luar, mobil suamiku belum juga kembali.
Kututup mulut yang sedari tadi menguap menahan kantuk. Hari libur begini selain berkutat di dapur, memasak untuk anak dan suami, siang hari biasanya kugunakan untuk tidur sekedar melepas penat dan letih setelah lima hari bekerja di luar rumah.
Namun, karena Yuni dan Mas Arman yang tadinya kuandalkan untuk bisa bergantian menjaga Silla yang baru saja bangun dari tidur siang, tak juga kembali dari luar, jadilah aku hanya bisa berbaring sembari menemani putri tunggalku itu menonton televisi.
Beberapa saat berlalu tanda-tanda Yuni ataupun Mas Arman pulang tak juga kelihatan. Penasaran kuambil ponsel dan menelpon suamiku. Tersambung tapi tak diangkat.
Akhirnya kukirim pesan wa menanyakan keberadaannya sekaligus meminta ia segera pulang ke rumah, tetapi pesan dariku tak dibaca. Wa nya pun terlihat terakhir aktif pada jam ia berangkat pagi tadi. Ah, kemana gerangan Mas Arman selama itu tidak online? Sudah hampir empat jam sejak ia pergi, ia tak menyentuh ponselnya. Hatiku kembali diganggu prasangka mendapati kenyataan itu.
Penasaran, kuhubungi pula nomor telepon Yuni. ART itu memang kufasilitasi sebuah telepon genggam agar saat aku di kantor, masih bisa berhubungan dengannya untuk menanyakan dan memantau keadaaan Silla, tetapi anehnya nomor telepon Yuni malah dalam keadaan mati. Wa nya pun terakhir aktif beberapa jam yang lalu. Berkali-kali dihubungi berkali-kali pula operator provider menyampaikan informasi bahwa nomor telepon yang dihubungi sedang tak bisa menerima panggilan.
Ah, ada apa sebenarnya ini? Kenapa nomor wa Mas Arman tidak aktif dan nomor telepon Yuni juga tidak bisa dihubungi? Ada apa dibalik semua ini? Tak urung seribu pertanyaan berkecamuk di benak ini.
***
"Assalamualaikum."
Suara salam dari luar menyadarkan aku yang sedang berbaring dengan seribu kecamuk di depan televisi.
Buru-buru aku melangkah menuju pintu dan membukanya dengan tak sabar. Di depan teras kulihat Yuni sedang berdiri menunggu pintu dibuka dengan rambut terlihat basah dan kedua tangannya mencengkram erat Sling bag yang melingkar di dadanya.
Gadis itu menatapku dengan pandangan datar seolah tak merasa bersalah meski sudah mangkir dua jam dari waktu semula yang kuberikan padanya. Benar-benar membuatku hilang kesabaran dibuatnya.
"Kok baru pulang, Yun? Kemana aja dari tadi?" tanyaku tak mampu menahan rasa jengkel dan emosi karena gadis itu terang-terangan melawan perintahku untuk segera pulang setelah selesai dari salon.
"Maaf, Bu. Tadi banyak yang antri di salon, jadi kelamaan," ucapnya sembari ngeloyor masuk tanpa menghiraukan kejengkelanku.
"Kalau sudah tahu rame, kenapa nggak pindah salon aja sih, Yun? Ditungguin sampai sepi kan lama jadinya. Lagipula kamu perawatan apa aja kok nggak ada bau lulur?" tanyaku sembari mengendus aroma tubuh Yuni yang tak mengeluarkan bau lulur melainkan aroma parfum biasa. Wangi tapi beda dengan bau harum lulur biasanya.
"Ng-tadi memang nggak luluran, Bu. Kan sudah Yuni bilang antri jadi batal luluran. Cuma facial sama creambath aja bisanya," ucap gadis itu lagi sembari menjauhkan tubuhnya dari jangkauan penciumanku.
Mendengar perkataanya kembali kuteliti raut wajah Yuni. Kelihatannya make up yang dipakai gadis itu seperti baru dipulaskan di wajahnya. Bedak dan lipstik yang digunakan kelihatan baru dipoles. Apa gadis ini memolesnya setelah facial? Ah, bisa jadi. Tapi tunggu dulu, dia bilang baru saja creambath, betulkah? Wangi yang menguar dari rambut gadis itu bukan seperti wangi krim atau pun masker rambut. Tapi wangi shampoo dan conditioner biasa. Lalu apa maksudnya dengan mengatakan dia habis ke salon? Hanya untuk mengelabuiku sematakah?
Tapi kalau tidak ke salon, kemana gadis itu selama lima jam kepergiannya?
Sedang aku menatap dengan pandangan tak percaya pada Yuni, pintu depan diketuk dari luar. Mas Arman membuka pintu sendiri dan masuk dengan wajah terlihat cerah dan segar seperti orang yang baru saja habis mandi.
Pikiran buruk pun serta merta tanpa mampu dicegah menyeruak ke dalam hati.
Ah, sebenarnya Mas Arman dan Yuni kemana sih? Pergi barengan, meskipun tidak satu kendaraan dan pulang pun berbarengan? Benarkah mereka tidak ada apa-apa di luar sana dan hanya kebetulan saja pergi dan pulang berbarengan?
Ya Tuhan, salahkan jika aku menaruh curiga pada suami dan pembantuku ini?
Saat aku menikah lagi, Andin, istriku yang semula polos dan penurut tiba-tiba berubah acuh tak acuh dan tidak lagi peduli.
Talak tiga itu terlanjur diucapkan Danu pada istrinya di hadapan saksi sesaat sebelum Laras terus terang soal permintaan bapak dan ibunya agar mereka segera pulang kampung untuk mengurusi uang ganti rugi senilai 10 miliar rupiah hasil jual tanah ke perusahaan kilang minyak karena tak sabar lagi hidup sederhana bersama istrinya. Lalu apakah Danu menyesal sudah gegabah menjatuhkan talak dan bagaimana ia akan melewati penyesalannya serta masih adakah harapan baginya untuk kembali pada Laras? Atau justru wanita itu akan meninggalkannya tanpa sedikitpun penyesalan? Simak kisahnya di sini ya.
"Kenapa aku selalu dibedakan dari menantu-menantu ibu yang lain?" tanya Mia berapi-api. "Karena kamu memang beda! Kamu miskin sedang mereka kaya!" sahut mertuanya dengan pongah. Mia menggertakkan giginya. Sungguh, kalau saja ibu mertuanya tahu, harta benda yang berhasil ia kumpulkan dari hasil menulis online, mungkin ibu mertuanya akan terbelalak takjub. Tapi tidak! Karena ia justru tak ingin mertua dan suaminya yang zolim itu sampai tahu pundi-pundi logam mulia yang ia sembunyikan di suatu tempat yang aman.
Selama ini aku tak pernah keberatan membantu Mas Arya memenuhi kebutuhan keluarga kami, bahkan menafkahi ibu dan adiknya karena gajinya yang tak lagi mencukupi untuk itu. Tapi saat ia berkhianat bahkan nekad memutuskan menikah lagi, maka aku tahu bahwa aku tak perlu lagi berbuat baik terhadapnya. Sekarang biarlah ia memenuhi kebutuhan keluarga kami dan ibunya dengan usahanya sendiri, hingga akhirnya sadar bahwa selama ini akulah orang di belakang layar yang telah menyelesaikan semuanya tanpa ia perlu tahu. Namun, aku bukan wanita bodoh yang akan selamanya mengorbankan diri dalam perkawinan yang tidak sehat bersamanya karena tentu saja masa depanku masih sangat panjang dan aku berhak meraih kebahagiaan yang lain.
Tunangan Lena adalah pria yang menyerupai iblis. Dia tidak hanya berbohong padanya tetapi juga tidur dengan ibu tirinya, bersekongkol untuk mengambil kekayaan keluarganya, dan kemudian menjebaknya untuk berhubungan seks dengan orang asing. Untuk mencegah rencana jahat pria itu, Lena memutuskan untuk mencari seorang pria untuk mengganggu pesta pertunangannya dan mempermalukan bajingan yang selingkuh itu. Tidak pernah dia membayangkan bahwa dia akan bertemu dengan orang asing yang sangat tampan yang sangat dia butuhkan. Di pesta pertunangan, pria itu dengan berani menyatakan bahwa dia adalah wanitanya. Lena mengira dia hanya pria miskin yang menginginkan uangnya. Akan tetapi, begitu mereka memulai hubungan palsu mereka, dia menyadari bahwa keberuntungan terus menghampirinya. Dia pikir mereka akan berpisah setelah pesta pertunangan, tetapi pria ini tetap di sisinya. "Kita harus tetap bersama, Lena. Ingat, aku sekarang tunanganmu." "Delon, kamu bersamaku karena uangku, bukan?" Lena bertanya, menyipitkan matanya padanya. Delon terkejut dengan tuduhan itu. Bagaimana mungkin dia, pewaris Keluarga Winata dan CEO Grup Vit, bersamanya demi uang? Dia mengendalikan lebih dari setengah ekonomi kota. Uang bukanlah masalah baginya! Keduanya semakin dekat dan dekat. Suatu hari, Lena akhirnya menyadari bahwa Delon sebenarnya adalah orang asing yang pernah tidur dengannya berbulan-bulan yang lalu. Apakah kesadaran ini akan mengubah hal-hal di antara mereka? Untuk lebih baik atau lebih buruk?
AREA DEWASA! YANG BELUM CUKUP UMUR, MINGGIR DULU YA, CARI BACAAN SESUAI UMURNYA. NEKAT BACA CERITA INI, DOSA TANGGUNG SENDIRI. Pertemuan Anne Mary yang masih berumur 18tahun dengan Marcio Lamparska, 30tahun dalam sebuah tragedi pembunuhan di Tokyo dimana Marcio sebagai pelaku pembunuhan dan Anne yang menjadi saksi matanya membuat hubungan antara Anne dan Marcio terikat dalam suatu kerjasama yang saling menguntungkan karena akibat dari tragedi pembunuhan tersebut, Anne yang merupakan orang terdekat dengan korban, tertuduh menjadi tersangka utama pembunuhan. Sebelum interpol menemukan dan menangkap Anne, Marcio bersama anak buahnya sudah terlebih dahulu menculik gadis itu dan membawanya ke Murcia, Spanyol, kediaman Marcio berada. Anne Mary yang memiliki otak jenius di atas rata-rata hanyalah seorang gadis muda yang sangat lugu, polos namun memiliki mulut yang tajam pedas dan kritis sedangkan Marcio yang tanpa dia sadari sudah jatuh cinta kepada gadis muda tersebut semakin membuatnya protektif menjaga dan memberikan pelatihan-pelatihan fisik pada Anne yang tentu saja semakin membangkitkan api dendam dalam diri Anne yang membara di dalam dadanya. Anne akhirnya bersedia membuka hatinya untuk menerima perasaan Marcio agar dia bisa lebih mudah untuk membunuh pria itu yang ternyata tanpa dia sadari masuk ke dalam perangkapnya sendiri, jatuh cinta pada Marcio. Bisakah Anne melupakan Touda Akira sepenuhnya, orang yang sudah menjadi korban pembunuhan Marcio, dimana Touda merupakan cinta pertama Anne yang mencintainya secara diam-diam dan melupakan balas dendamnya pada Marcio? Bagaimana dengan Iosef, tangan kanan musuh besar Marcio yang sejak pertama kali bertemu dengan Anne, memiliki perasaan tidak biasa terhadap gadis mungil itu. Iosef juga musuh yang pernah melukai Anne namun juga menyelamatkan gadis itu dari kematian. Demi menyelamatkan Marcio, Anne terpaksa ikut pergi dengan Iosef. Iosef yang lembut, perhatian, sangat posesif dan mencintai Anne dengan nyawanya. Cinta yang tulus dan abadi namun memahami jika gadis yang dia cintai tersebut masih mengukir nama Marcio di dalam hatinya. Dalam pelarian bersama Iosef, Anne tumbuh semakin kuat, tangguh dan sangat cantik mempesona. Ayunan pedangnya sangat cepat, akurat, dan sikapnya tegas, tidak segan membunuh siapapun yang menjadi tugas dalam misinya. Akankah pertemuan kembali Anne dan Marcio bisa menumbuhkan perasaan cinta dan kerinduan di antara mereka lagi atau mereka menjadi musuh yang akan saling membunuh? Ikuti terus cerita Anne Mary ini dari seorang gadis biasa yang jelek menjadi seorang gadis muda yang sangat cantik dan memukau namun sifatnya yang sangat tidak peka akan cinta membuat para pria yang terpikat padanya selalu salah paham akan sikapnya. “Ini bukan tentang cinta dan siapa yang kamu pilih, tapi kepada siapa kamu akan berkomitmen untuk memberikan hati yang kamu yakini dia bisa menjaga hatimu dengan sangat baik,” – Anne Mary. CERITA INI EXCLUSIVE HANYA ADA DI BAKISAH!
Setelah tiga tahun menikah yang penuh rahasia, Elsa tidak pernah bertemu dengan suaminya yang penuh teka-teki sampai dia diberikan surat cerai dan mengetahui suaminya mengejar orang lain secara berlebihan. Dia tersentak kembali ke dunia nyata dan bercerai. Setelah itu, Elsa mengungkap berbagai kepribadiannya: seorang dokter terhormat, agen rahasia legendaris, peretas ulung, desainer terkenal, pengemudi mobil balap yang mahir, dan ilmuwan terkemuka. Ketika bakatnya yang beragam diketahui, mantan suaminya diliputi penyesalan. Dengan putus asa, dia memohon, "Elsa, beri aku kesempatan lagi! Semua harta bendaku, bahkan nyawaku, adalah milikmu."
//Mature conten 21+// Meghan Crafson, mantan model majalah dewasa. Di usianya yang sudah menginjak 30 tahun dia masih kelihatan cantik dan seksi layaknya remaja 20 tahunan. Dinikahi seorang Crazy Rich asal New York hanya membuatnya bahagia dari segi financial saja. Namun dia tak mendapatkan kepuasan sex dari suaminya yang sudah berusia 50 tahun itu. Sampai akhirnya kedatangan Hardin merubah segalanya. Hardin Willbowrn, pria tampan dengan postur tubuh atletis menyerupai aktor Hollywood itu adalah putera tunggal suaminya. Gejolak nafsu liar Meghan menginginkan anak tirinya itu. Dia pun berusaha menggoda Hardin di belakang suaminya. Sebagai pria normal, tentu Hardin kesulitan menolak gelombang gairah liar yang ibu tirinya tawarkan. Bagaimanakah kisah selanjutnya? Akankah Hardin menolak gairah liar ibu tirinya itu? Atau dia malah terjun dalam kenikmatan salah yang ditawarkan Meghan?
Andres dikenal sebagai orang yang tidak berperasaan dan kejam sampai dia bertemu Corinna, wanita yang satu tindakan heroiknya mencairkan hatinya yang dingin. Karena tipu muslihat ayah dan ibu tirinya, Corinna hampir kehilangan nyawanya. Untungnya, nasib campur tangan ketika dia menyelamatkan Andres, pewaris keluarga yang paling berpengaruh di Kota Driyver. Ketika insiden itu mendorong mereka untuk bekerja sama, bantuan timbal balik mereka dengan cepat berkembang menjadi romansa yang tak terduga, membuat seluruh kota tidak percaya. Bagaimana mungkin bujangan yang terkenal menyendiri itu berubah menjadi pria yang dilanda cinta ini?
Novel ini berisi kompilasi beberapa cerpen dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan penuh gairah dari beberapa karakter yang memiliki latar belakang profesi yan berbeda-beda serta berbagai kejadian yang dialami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dengan pasangannya yang bisa membikin para pembaca akan terhanyut. Berbagai konflik dan perseteruan juga kan tersaji dengan seru di setiap cerpen yang dimunculkan di beberapa adegan baik yang bersumber dari tokoh protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerpen dewasa yang ada pada novel kompilasi cerpen dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!