a apa ribu
n bertanya penuh rasa ingin tahu padaku. Matanya
awatir jawaban itu justru menjadi sebab kesalahp
diam, Mas Arman mengula
pa kamu marah-marah sama Yun
kan aja, tapi dia menolak. Jadi aku menegur dia. Itu a
if pada Yuni. Apa-apa yang bersangkutan dengan gadi
benarnya. Bagaimana bisa Mas Arman bertemu dia
yang hendak mencari pekerjaan di kota ini. Karena aku butuh ART untuk mengasu
dibawanya ke rumah ini, tetapi aku memilih diam untuk menghindari konflik dengannya karena enggan malu pada tetangga jika
u sekarang berganti dengan kemarahan jika sedikit saja aku
an Yuni. Seperti kali ini di mana ia justru lebih memilih menyuruh Y
olah tak percaya, Mas Arman kembali bertanya pada Yuni yang seger
bar dulu sampai saya selesai bikin teh buat Mas, eh Bapak. Tapi bukannya sabar, ibu malah
a hati karena kata-kataku yang dianggap menghina statusnya
ntuk membuat Mas Arman simpati dan menilaiku buruk karena te
engusir gadis itu sekarang juga dari rumah i
k-tidak pada Mas Arman, seolah-olah aku sengaja mengatainya pembantu dan merendahkan profesinya itu, padahal
dia cuma seorang pembantu, tapi besok lusa bisa saja berubah menjadi majikan. Jangan sombong!" tegas Mas Arman lagi de
sama istri Mas sendiri? Keterlaluan!" Aku benar-benar merasa tersinggung mendengar perkataan Mas Arman hingga akh
ar aku beranjak meninggalkan dapur di mana kami berada saat ini, tetapi belum sempat
i suami kalau sedang ngomong! Ngerti?" bentak Mas Arman s
tenaga. Menyadari hal itu aku hanya mampu menelan ludah dengan getir. Ta
enahan diri terus-menerus. Kata orang sabar itu ada batasnya, demikian pula yang terjadi p
Mas, kenapa kamu ribut terus sama Yuni? Apa belum puas juga dengan penjelasan kemarin hingga k
uh berubah. Entah apa yang membuatnya begitu, yang pasti sejak kedatan
u dia di sini itu kerja! Jadi, sudah sepatutnya dia menghormati orang yang sudah mempekerja
pekerjaan sebagai pengasuh Silla, hari ini juga aku tidak peduli. Walau harus bersusah pay
kan teh panas. Kenapa Mas nyuruh dia bukannya kamu? Itu karena kamu kalau buat teh kurang panas dan kurang manis. Makanya Mas minta Yun
is jantung ini. Mendengar suami sendiri terang-terangan
uni ketimbang teh seduhanku? Drama apa sebenarnya yang s
api jangan lupa kalau saat ini Mas tinggal di rumahku. Rumah yang kubeli jauh sebelum kita menikah. Jadi sudah seharusnya Mas menghargaiku karena a
ta-kata dan perlakuan yang Mas Arman berikan, membuat
rus disadarkan akan posisinya
jadi tolong jaga sikap jika kamu mau terus bekerja di sini. Kalau t
i sepertinya memang perlu sedikit keberanian dan ket
wa kutinggalkan ruangan dapur menuju kamar untuk m
Yuni yang seketika memerah mendengar ucapanku. Namun, a
*
amar dengan keras. Tetapi belum tertutu
!" ucapnya sembari dengan cep
kayu persegi empat itu dan mem
elam dan sinar mata yang tajam menusuk. Namun, aku tak gentar. Kalau Mas Arman bisa tersinggung,
a? Kamu ingin mengancam dan mempermalukan aku di depa
hukum dengan predikat kelulusan terbaik, aku tahu bagaimana car
berhak meminta keadilan. Bahkan Islam membolehkan istri meminta talak jika suami tak memperlakukan istrinya lagi dengan baik. Apalagi hukum n
dengar? Ini rumahku Mas, jadi tolong hargai aku atau kupersilahkan Mas keluar kapan saja Mas mau.
s Arman hanya tegak membisu dengan wajah memerah. Entah apa yang ada di benaknya, aku tak